Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kamu Koq Belum Hamil?

6 Oktober 2010   08:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:40 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kecantikan Savitri tak ada yang meragukan. Begitu juga dengan kesehatan, kebugaran, dan keceriannya sepanjang hari. Apalagi kecerdasan dan karirnya  cemerlang pisan di sebuah perusahaan swasta asing. Hampir semua orang suka berebut jadi sahabatnya. Yalah...Terang aja dia itu keren, murah senyum, murah hati lagi. Cuma satu "kasus" yang bikin hatinya deg deg flassshh (istilahnya Mommy), tau nggak? 13 tahun belum punya anak. Duh, kenapa yach? Apa kata orang? [caption id="attachment_280583" align="aligncenter" width="259" caption="(natureeducation.wordpress.com)"][/caption] Di rumah sebuah kompleks elite

Rojali sih santai walau belum punya anak dari kandungan istri tercinta Savitri. Sebagai pengusaha tekstil tak kurang apapun. Tapi yang bikin uring uringan itu lho... Keluarga, tetangga, dan teman-teman pada usil nyindir nyindir. Sindiran favorit mereka itu berbunyi  "NGGAK BISA BIKIN ANAK". Hmm bikin geram minta ampun. Segala macam upaya sudah ditempuh mau gimana lagi? Rojali dan Savitri pasrah: punya anak syukur, nggak punya anak ya sudah. Usil amat tuh orang orang...!

Pas ngumpul hari lebaran hadir 50 orang "Alhamdulillah saya punya anak 7, Om," kata Dhonny kepada Rojali. Istri Dhonny menambahkan, "Iya, anak itu amanat Allah. Alhamdulillah saya dipercaya Allah sampe dikasih anak 7 orang. Hebat 'kan?" Penggg... Penggg... Penggg... Panas kuping Savitri dan Rojali tersengat sindiran. Mungkin tak sengaja. Baru salam salaman minta maaf hari lebaran, eh mulai deh. Biasanya  bakalan sahut menyahut nih. Ada aja yang manas-manasin belagak polos nada bicaranya. "Gak kebayang deh kalo gak punya anak. Sepi. Gak ada artinya hidup ini. Buat apa banyak harta kalo gak punya anak? Ini kata Tante lho." Tuh kan si Tante nimbrung ngompor-ngomporin. Nggak diajak ngomong tapi komen. Savitri terpancing, "That's right. Nothing wrong. Bener juga sih.. Eh, Dhonny. Kalo tek-dung duluan sebelum nikah ribet gak sih? Buruan deh nikah ngumpet-ngumpet. Ha ha ha... Gue salut sama  yang dipercaya Allah, baru married 3 bulan udah ngemong babby. Bener bener salut, hiks." Muka si Tante merah padam, kesindir. Si Om terlonjak ikut tersindir, menghampiri si Tante istrinya, "Mah, jagain anak anak kita ya... Gak semua orang bisa bikin anak!" si Tante ngerti isyarat, "Iya Pah. Orang penyakitan kallee... Kena AID kallee.. Monyet aja bisa bikin anak, ya Pah... Gak malu tuh kalah sama monyet? Hihihi.." Si Om menyambar, "Betul... Biar cantik kayak apa, kalo kalah sama monyet berarti mendingan punya istri monyet dooong... Hahaha..." Rojali tak tahan, teriak, "Lebih baik monyet daripada rentenir berpeci hitam. Lintah darat!!! Munafik!!! Bangsaaattt!!!" Awan putih tergulung kobaran api membara [caption id="attachment_280590" align="aligncenter" width="360" caption="Nikmati hidup ini (kainsutra.com))"][/caption] "Sudaaah...! Sudaaah...!" Si Kakek datang menghardik. Kehadirannya selalu bikin suasana sejuk di tengah keluarga besar. "Itu lagi, itu lagi. Anak lagi, anak lagi. Coba renungkan yang jujur. Apa betul punya anak lebih mulia? Apa betul  punya anak berarti dipercaya Allah? Apa betul tambah anak tambah bahagia? Hayo jawab sejujurnya... Urus rumah tangga masing masing deh. Mari  nikmati hidup ini apa adanya. Ukuran bener dan bahagia kan beda beda. Mari nikmati hidup ini dengan saling menyayangi," ajaknya lirih dan lembut. Semua terdiam. Tertunduk malu. Tak lama kemudian semua tersadar suasana hari lebaran. Hari saling mengasihi dan memaafkan. Tiba tiba ada gerakan saling mendekati, saling merangkul, saling berpelukan erat. Semua terlibat. Tak kuasa air mata bercucuran diiringi tangis sesenggukan. Kata maaf tak kuat diucapkan mulut, diganti bunga bunga ketulusan saling memaafkan merebak wangi di sanubari dan di wajah wajah berseri.

Jutaan kembang melati membungkus awan putih, bocah bocah berebut balon warna warni di atas selendang panjang pelangi.

--- t a m a t ---

*nama, kejadian dan tempat hanya fiktif belaka Salam tuljaenak, RAGILE 06-okt-2010 * *Postingan sebelumnya : Jokerseh Ngintip Tatto (02) *Postingan kawan-kawan: Bahagia Arbi               Cerita liga eropa minggu ini chelsea kuasai … Trihito Eribowo          Lakers kalah kobe hanya tampil selama 6 menit Dinar Manaf               Hantu ke 13 dari the blues

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun