Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anak Broken Home Bisa Jadi Pahlawan Keluarga

1 Februari 2010   10:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:08 1128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Broken home  biasanya diungkapkan dg macam-macam umpatan: "Rumah gue kayak kapal pecah." , "Babeh kemana, Mami kemana... ", "Tiap hari ribut melulu.", "Life's fuck! ", "Gue nyesel jadi anak Babeh", "Tidak ada yg perhatian sama aku", "Frustrasi!", "Swear, pengin bunuh diri!!!". Dan entah sumpah-serpah apa lagi.

Sementara roda kehidupan terus berputar. Kematian yg diduga menjadi jalan keluar tidak juga datang. Hidup terus, dan menderita  terus. Apa iya selamanya begitu? Apa betul broken home adalah kartu mati untuk mencetak prestasi?

Lagi.... Paling sedap menyalahkan keadaan. Bila perlu menyalahkan Tuhan. "Tuhan nggak adil, masa cuma keluarga saya yg begini?", "Sudah rajin ibadah koq begini terus, sama aja boong.", "Udah nasib hidup gue ancur!", "Kalo mau rusak jangan tanggung-tanggung, sekalian jadi rampok!!!"

Tanpa menyadari semakin hanyut dengan irama yg diciptakan oleh keadaan semakin dalam gelombang keterpurukan. Sampai ke jurang yg tidak terbatas kedalamnya. Tanpa menyadari bahwa irama keterpurukan cuma tantangan yg dihadirkan untuk kita lawan. Tuhan menciptakan semua itu. Dan Tuhan tahu betul bahwa tantangan dan ujian itu bisa ditaklukan. Lalu bagaiman dong supaya tidak begini teruuuus? Bete nih, beteeee.....!!!

Ubahlah persepsi Anda mengenai broken home, itu saja. Broken home adalah tantangan untuk Anda menjadi pahlawan keluarga, why not?

Ingat, kita sebagai orang yg beriman biasanya rajin berdoa kepada Tuhan agar hidup mulia-bahagia-damai-sejahtera-asyik-nikmat-sehat wal afiat sampai hari kiamat. Pada saat yg sama Tuhan mengatur seluruh kehidupan yg dihuni raturan milyar mahluk, mungkin juga trilyunan mahluk. Diatur sedemikian rupa agar berjalan roda kehidupan dg berpasang-pasangan: ada siang ada malam, ada miskin ada kaya, ada sedih ada bahagia, ada raja ada pengemis, dst dst dst. Semua dapat giliran.

Tak peduli anak nabi atawa anak rampok, sama-sama punya peluang menjadi orang mulia. Dg cerita dan jalannya masing-masing.

Banyak contohnya. Lihat sendiri di sekeliling kita. Atau ingat-ingat sejarah tokoh-tokoh masa lalu. Pasti akan kita temukan anak broken home yg tiba-tiba muncul ke permukaan dg mengalahkan prestasi anak baik-baik (tidak broken home). Dan hebatnya muncul jadi pahlawan keluarga. Situasi di dalam keluarga tiba-tiba tersedot irama indah si anak broken home yg berjaya. Apakah kebetulan? Tidak! Keajaiban? Tidak! Lalu apa?

"Gantungkan cita-cita setinggi langit," kata Bung Karno. Mau tidak mau kita harus punya Semangat Meraih Cita-Cita. Kalo Anda punya angan-angan dan punya mimpi indah untuk menjadi apa yg Anda mau, itulah cita-cita. Apa kata orang, masa bodo. Kita sendiri yg menentukan arah kehidupan kita. Orang lain cuma penonton dan komentator yg hanya tertarik dg hasil akhir, tak peduli awalnya dan prosesnya bagaimana.

Ibaratnya sepakbola, kalo tim underdog menaklukan Brasil atau Jerman pasti semua sorak sorai, "Hebat, hebaaaat...". Walaupun tim yg menang maen rada kasar dan tidak ada permainan cantik menawan.

Salah besar jika mengutuk diri sendiri jadi pecundang dan orang sial. Broken home bukan alasan. Alasan seperti Itu cuma kiat ngeles agar bisa dimaklumi untuk segala macam penyelewengan.

Indekost atau pindah tempat tinggal bisa jadi pilihan. Kalo Anda merasa broken home tak ada salahnya untuk cari indekosan, kontrakan, atau tinggal di rumah sanak famili yg menerima Anda dg sepenuh hati. Ini kesempatan untuk belajar hidup mandiri, lepas dari bermanja ria di bawah ketiak orang tua. Kemandirian dg mengerjakan segala suatu oleh diri Anda sendiri akan melahirkan banyak pengalaman, kekuatan yg tahan banting. Ini modal besar untuk meraih cita-cita yg bisa jadi diluar perkiraan banyak orang.

Boleh saja bete di rumah, boleh saja merasa broken home, tapi lanjutkan cita-cita setinggi langit. Anggap saja Anda ditunggu keluarga untuk jadi pahlawan merubah nasib.

Sampai di sini mungkin ada yg komen, "Akh, itu teori..." hehehe.... Boleh dong saya jawab, "Maaf, itu nyata. Saya buktinya. Dan masih banyak anak-anak broken home pada masa remaja yg meraih sukses, berjaya, mulia yg jaaaauuuh di atas saya." Bagi saya bukan itu kebetulan. Karena saya yakin nasib bisa dirubah apapun keadaan saya. Tergantung saya, mau apa nggak?

Saya orang biasa-biasa saja sampai hari ini. Saya tidak pernah jadi orang kaya atau pejabat tinggi sampai detik ini. Tapi semua kawan  tahu bahwa masa kecil dan remaja saya hanya punya 3 stel pakaian lebih dikit untuk digilir pakai dalam satu tahun. Tidak betah di rumah. Setelah bergelut dg perjuangan nasib dan berhasil meraih hal-hal yg dianggap mustahil, barulah kebanyakan orang beranggapan bahwa saya bukan mantan remaja broken home. Karena terlanjur lekat persepsi bahwa anak broken home adalah kartu mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun