[caption id="attachment_115566" align="aligncenter" width="567" caption="Aa Gym dan Teh Ninih(dok: kompas.com)"][/caption] Sungguh keterlaluan dan sok tau tudingan Linda Djalil pada postingan kemarin di Kompasiana berjudul "Saudara Aa Gym, Tidak Usahlah Anda Menjelek-jelekan Teh Ninih". Hanya sebagian kecil yang benar, karena kebanyakan tudingan-tudingannya, jika Anda amati dengan kepala dingin, adalah ngawur. Itu menunjukkan bahwa Linda Djalil tidak memahami duduk perkara perceraian serta tidak paham apa yang terjadi di Pengadilan Agama. Sehingga terdorong untuk menurunkan postingan bernada sangat emosional bahkan beraroma kebencian pribadi. Mari perhatikan poin-poin berikut ini: Sebelum itu ijinkan saya sampaikan sepintas jatidiri dan pengalaman saya pribadi. Saya adalah pria berusia 51 tahun, tinggal di Jakarta, penggemar Aa Gym yang kecewa karena rumah tangga Aa Gym dengan Teh Ninih kacau, saya bercerai dengan istri pada tahun 2007, aktif menulis di Kompasiana sejak Mei 2009. Agar pembaca mengerti bahwa saya membahas masalah ini atas dasar pengalaman nyata. Tambahan: Sebagai muslim, saya tidak mendukung poligami, tidak melarang poligami, dan tidak pernah berpoligami. Mari perhatikan postingan Linda Djalil yg terdiri atas 5 alinea (bagian-bagian tertentu saya tebalkan untuk diperhatikan): 1) Aline pertama berbunyi: "Apakah perilaku seorang ustad (bahkan A’a Gym menyebut dirinya sendiri sebagai ulama) mengutarakan kekurangan istri (baca : mantan istri!) layak ditiru? Saudara menganggap teh Ninih tidak pandai mengasuh anak. Bahkan yang lebih ‘gila’, Saudara mengatakan bahwa teh Ninih tidak setulus hati mengasuh anak-anak yang tujuh orang itu. MasyaAllah !!" Di sini jelas Linda Djalil tidak tahu bahwa di Pengadilan Agama (PA) ada proses gugatan cerai di mana si penggugat harus menyebutkan alasan yang kuat agar dapat diproses oleh PA. Biasanya aparat PA menyediakan waktu konsultasi dengan penggugat/pemohon agar tepat dan kuat ketika si penggugat menyebutkan alasan resmi secara tertulis mengapa mengajukan perceraian. Dan sudah umum pula banyak penggugat memilih bahasa dan alasan yang lebih lunak agar tidak terlalu menyakiti pasangan dan anak-anak mereka. Bahwa alasan Aa Gym cerai karena "sang istri tidak setulus hati mendidik anak" adalah termasuk alasan yang cukup kuat dan lunak bahasanya. Alasan itu wajib ditulis dalam formulir permohonan cerai. PA akan menggugurkan proses perceraian jika alasan tidak kuat. Bisa jadi alasan yang sebenarnya adalah bukan itu. Mungkin jauh lebih buruk dari itu. Mohon diingat dalam rumah tangga banyak hal bersifat rahasia yang tidak patut dipublikasikan. Misalnya pasangan punya penyakit tertentu atau perubahan prilaku yang tidak layak diumumkan. Pengalaman pribadi saya di Pengadilan Agama menemui banyak pasangan bercerai pada intinya karena sudah patah arang atau tidak nyambung lagi komunikasinya. Bisa pula alasan resmi yang diajukan Aa Gym adalah hasil kompromi dengan Teh Ninih melalui proses negosiasi belakang layar. Karena yang menggugat cerai suami maka Aa Gym harus menyebut alasan - biasanya hal kurang baik tentang istri. Jika sang istri yang menggugat maka Teh Ninih harus menyebutkan alasan - biasanya hal kurang baik tentang suami. Ini adalah prosedur wajib secara tertulis dan dibacakan di persidangan, tidak termasuk menjelek-jelekan di muka umum. Maka tudingan Linda Djalil bahwa Aa Gym mengutarakan kejelekan istri di muka umum adalah salah besar. Apalagi menyebut alasan Aa Gym adalah alasan "gila". Gila apanya? 2) Alinea ketiga berbunyi: " Dalam sidang pembaca putusan permohonan cerai, tersebut alasan-alasan serupa itu. Bagi saya, ini adalah alasan yang mengada-ada dan sangat barbar. Tidak heran bila dalam wawancara akhir tahun lalu, ibu mertua Saudara mengatakan bahwa Anda begitu kasar, sering membentak-bentak mertua dan tidak santun sama sekali. Jadi, apa saja yang sudah Saudara lontarkan kepada jemaah selama ini, tentang segala penghalusan budi , yang ternyata sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan?" Di sini Linda Djalil tampak mau turut campur rumah tangga orang lain. Mereka mau bersatu selamanya ataupun bercerai adalah urusan mereka pribadi. Punya hak apa Linda Djalil mengatakan bahwa alasan Aa Gym adalah mengada-ada? Yang berhak berkata seperti itu hanya Teh Ninih, sang istri. Lalu dikatakan pula "sangat barbar". Sangat barbarnya di mana? Apanya yang sangat barbar?  Saya menangkap kebencian pribadi seorang Linda Djalil kepada Aa Gym telah melumpuhkan akal sehatnya sebagai seorang penulis yang mengaku ex wartawan majalah Tempoe dll selama 23 tahun. TAMBAHAN: Sayangnya saya tidak pernah baca tulisan dia di Tempo - sejak SMP awal tahun 1970an bacaan utama saya adalah Tempoe- saya cuma hapal Goenawan Muhammad, A.Dahana, Gus Dur, Amien Rais, Nurcholis Majid, Putu Wijaya, Kwik Kian Gie, dll. Yang saya tau kualitas artikel Linda di Kompasiana tsb di atas jauh di bawah standar majalah Tempoe. 3) Alinea kelima berbunyi: "... Tapi nurani kewanitaan saya sungguh amat terusik manakala Saudara berkata alasan perceraian karenaTeh Ninih tidak tulus dalam mengurus anak. Mohon maaf, rasa tidak hormat saya kepada Saudara yang amat rajin berdakwah itu semakin berlipat ganda sekarang. Tak heran bila Ibu Ainun Habibie sempat berulang-ulang berpesan bahwa tidak perlu lagi seorang A’a Gym berceramah untuk kumpulan pengajian yang selalu diselenggarakan di kediamannya Patra Kuningan. Semoga Tuhan tetap ‘tersenyum’ melihat kelakuan orang yang bersyiar tapi ternyata juga sekaligus sebagai penghina kaum wanita - ..." Di sini Linda Djalil kembali mau turut campur rumah tangga orang lain (lihat butir 2 di atas). Dia juga mengisyaratkan agar Aa Gym berhenti berdakwah dengan mengutip ucapan Ibu Habibie. Mari bertanya: apa sih hak Linda Djalil melarang-larang orang berdakwah sementara orang yang dilarang tidak melakukan tindak kriminal apapun? Yang dia lakukan adalah poligami dan mengajukan cerai yang tidak melanggar hukum tapi tidak disukai publik pada umumnya. Resikonya adalah popularitas menurun. Itu pilihan hidup. Serupa dengan yang pernah dilakukan mantan Presiden Soekarno, wakil Wakil Presiden Hamzah Haz, dll. Lalu tudingan terakhir bahwa Aa Gym adalah penghina wanita. Mari bertanya: Mulai kapan seorang suami dinilai menghina wanita jika mengajukan cerai. Dan karena ini dalam lingkup umat Islam, mari ingat kembali bahwa Nabi Ismail menceraikan istrinya karena kurang sreg dengan ayahnda yaitu Nabi Ibrahim. Kemudian anak angkat Nabi Muhammad yaitu Zaid menceraikan istri karena komunikasi macet. Sebagian nabi, ulama, Presiden Soekarno dan Presiden Megawati pun (seingat saya) pernah bercerai. Adakah kaitan dengan prilaku menghina perempuan? Tidak satupun ulama (pemuka Islam) berkata seperti itu. Penutup: Dengan tulisan ini saya berharap ke depan tidak ada lagi postingan serupa Linda Djalil yang tampaknya kritis namun sebetulnya ngawur, tanpa dasar, sangat emosional, tutur campur rumah tangga orang lain, dan mengumbar kebencian pribadi. Sangat disayangkan bila Linda (Linda Djalil) yang direken senior di Kompasiana dan mengaku pernah jadi wartawan majalah Tempoe dll selama 23 tahun lalu terjerumus gaya postingan seperti itu. Lalu di mana latak kematangan dan integritasnya sebagai penulis/wartawan senior itu? Perlu dicatat bahwa alasan resmi Aa Gym bahwa "sang istri tidak mengasuh anak dengan tulus atau tidak pandai mengasuh anak" - atau dengan bahasa yang sepadan dengan itu- termasuk alasan kurang kuat. Ini menurut pengetahuan saya ketika mondar-mandir di Pengadilan Agama Jakarta Timur selama 7 bulan mengurus sendiri proses perceraian. Sehingga, dengan menengok alasan Aa Gym itu, sangat memungkinkan untuk patah proses perceraian di tengah jalan, lalu pasangan Aa Gym-Teh Ninih rujuk kembali. Lagi pula pada dasarnya proses perceraian di Pengadilan Agama adalah sidang tertutup, publik taunya ada proses kemudian berakhir dengan rujuk atau cerai. Apapun yang terjadi di dalamnya adalah urusan private. Kita sebagai penonton hanya liat dari luar rumah tangga seseorang. Sedangkan yang merasakan dan mengalami manis-getirnya rumah tangga adalah mereka sendiri. Oleh karena itu jika ingin mengritik tokoh publik hendaknya kritiklah kinerja pada jabatan dan aktifitasnya, bukan urusan sangat pribadi yang mana hanya mereka yang tahu, mengingat dalam rumah tangga banyak hal-hal rahasia yang tidak patut dijadikan konsumsi publik. Maka biarlah mereka putuskan sendiri mana yang terbaik bagi mereka. Bukan pada tempatnya kita turut campur apalagi "ngompor-ngomporin" agar kian keruh dan meruncing. Maka benarlah nasehat orang tua kita dulu: janganlah kebencianmu kepada seseorang menghalangimu berbuat adil dan menuduh orang semau gue, atau kamu akan merasakan tuduhan itu berbalik kepada dirimu sendiri. *** by Ragile 22-jun-2011 Kompasiana: http://www.kompasiana.com/ragile Facebook    : Agil Abd Batati *) Catatan: mohon maaf di tengah artikel ada iklan NO SECRET yang tidak pernah saya masukan. Saya sudah coba hapus tapi ketika diedit tidak ada(tidak tampak). Semoga Admin mau bantu hapus iklan liar tsb.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H