Setelah membaca artikel usulan oleh @Herry Fk di blog Kompasiana tertanggal 05-11-2012 berjudul "Jokowi Gubernur Kenthir". Sang Penulis nampaknya kurang menyelami samudra dampak kejiwaan maupun dampak budaya alam sekitar Asia Tenggara. Meskipun gelar "Yang Diperkenthir" ke haribaan Dato Jokowi tidak terlalu khilaf, akan tetapi masih kurang shahih dan belum pas.
Tengoklah Kesultanan Brunei Darussalam:
Dato Herry Fk barangkali berkaca dari tempat mukimnya ( ataukah dahulu kala adalah distrik transmigrasi ) iaitu Palembang Sumatra Selatan Indonesia Barat. Kemudian ianya hendak menganugerahkan gelar kemuliaan kepada Dato Joko Widodo (Jokowi) Gubernur Jakarta. Kerana Dato Jokowi adalah orang Jawa/Jawi maka ianya digelari bahasa Jawa iaitu "kenthir". Diunduh (download) dari sana kemudian menjadi gelar kemuliaan "Yang Diperkenthir".
The meaning of "kenthir":
Menyusuri ilmu dan hikmah bahasa Sangsekerta - apabilanya dioplos dengan Kromo Inggil Jawa Solo-Jogya lalu diobok-obok pula dengan Jawa Ngapak Tegal-Purwokerto - maka ditemukan tarekh makna kata "kenthir". Menurut makhluk purba iaitu maknanya pemifikiran maupun persikapan yang di luar lazim namun khalayak mengamini kerana manfaat. Sedemikian rupa sehingga alam rayapun senyum-senyum dikulum. Seakan mahu mengkahwinkan makna "kenthir" dengan something new atau change atau berubah baharu (akan tetapi bukan bini baru).
Adapun gelar "Yang Diperkenthir Jokowi Kenthir" dirasakan mengandung (hamil, meteng, tek-dung) kekhilafan dan atau istilahnya perkara khilafiah. Ina bila ditinjau dari budaya Kesultanan Brunei Darussalam yang berkedudukan kekal di Istana Nurul Iman. Ina bila hendak ngalap berkah agar supaya gelar tadi akan menyuburkan ekonomi Jakarta. Agar gelar tadi menewaskan masa sengsara rakyat Jakarta. Agar makmur ekonomi seperti Brunei.
Ingatlah...! Sejak jaman bahela hingga jaman bahenol, Budaya Brunei lazim mengenakan gelar dengan julukan "YANG TERAMAT MULIA". Misalnya: Yang Teramat Mulia Paduka Pengiran Muda Mahkota. Demikian lazim tak goyah ditiup badai maupun angin.
Dengan ini pula... maka... alangkah mulia, elok, cantik, nun indahnya di telinga jikalau Dato Jokowi (Dato Joko Widodo) dikenakan serta dikekalkan gelar menjadi...... "YANG TERAMAT KENTHIR PADUKA JOKOWI".......*
Demikian mohon maklum. Apabila ada kalimat-kalimat tak senonoh tak berkenan mohon dimaafkan. Baik itu bunyian kalimat aktif, kalimat pasif maupun kalimat majemuk yang tak senonoh tak berkenan di hati sampeyan. Akhirul kata Salam Persaudaraan dari Brunei Darussalam.
***
-Ragile, 06nov2012