Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Singapura: Sentimen Anti Orang Asing Tidak Terbendung

28 Agustus 2012   12:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:13 3481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1346157771861588587

[caption id="attachment_209178" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Sejak 2011 gejala Singapura menuju negeri anti orang asing amat terasa. Bahkan hasil poll oleh Yahoo Singapore pada Mei 2012 menunjukkan angka 80% setuju bahwa orang Singapura menuju masyarakat anti orang asing. Meskipun demikian pada umumnya percaya bahwa penyebab utama adalah kebijakan pemerintah yang pro-imigran akibat salah kebijakan satu-anak-satu-keluarga di masa lalu. Topik berita xenophobia ( sentimen anti orang asing) selalu rame perhatian. Contoh pada link di bawah ini dari Yahoo mendapat komentar 1000 lebih. Hal ini sejalan dengan psikologi publik yang merasa terdesak oleh tekanan ekonomi: banjir jutaan imigran, biaya hidup meroket, gangguan transportasi, sulit cari kerja, sulit memperoleh tempat tinggal. Untuk menghimpun aspirasi publik telah diadakan diskusi untuk menginventarisir pokok masalah dan mencari solusinya. Pada 24 Juni 2012 lalu diadakan diskusi forum xenophobia. Dihadiri oleh para netizen di antaranya para editor online sites yaitu Andrew Loh dan Ravi Phelon. Juga hadir blogger politik Alex Au, pembuat film Marthyn See, dan anggota parlemen Zaqy Muhammad. Pada umumnya mereka mengakui Singapura menuju atau sudah menjadi masyarakat anti orang asing. Semua itu karena tekanan ekonomi. Pada saat yang sama Singapura tidak bisa bertahan tanpa kehadiran pekerja asing berhonor murah. Kemarahan warga Singapura mencapai puncak Mei 2012 lalu. Adalah insiden Bugis di perempatan Rochor Road. Seorang imigran China bernama Ma Chi naik mobil sport Ferrari menabrak sebuah taksi. Sopirnya warga Singapura, penumpangnya warga Jepang. Mereka tewas semua akibat insiden yang menggemparkan Singapura. Pusat perhatian publik tertuju kepada Ma Chi, imigran kaya yang memiliki mobil mewah. Insiden Bugis memicu kecemburuan sosial ketika menemukan Ma Chi - yang baru 4 tahun pindah ke Singapore dari Sincuan China - telah hidup mewah bersama anak-istri. Terbukti dengan pemilikan mobil sport Ferrari berharga jutaan dollar. Sementara itu kian banyak warga Singapura sulit cari kerja. Mayoritas pekerja asing dari daratan China. Meskipun satu ras, Singapore dan China sama-sama chinese alias tionghoa, kecemburuan sosial ekonomi amat nyata. Padahal secara statistik mayoritas kue ekonomi berada di tangan warga asli Singapura. Ini menunjukkan bahwa imigran dan pekerja asing yang terlalu banyak menimbulkan masalah rumit. Namun perlu dicatat bahwa partai politik yang berkuasa, PAP yang didirikan oleh Lee Kuan Yew, amat beruntung atas kehadiran imigran dan pekerja asing. Bukan rahasia lagi kehadiran mereka menjamin dukungan penuh kepada PAP. Orang asing butuh keamanan, PAP butuh dukungan politik. Dan oleh karenanya tahun lalu Lee Kuan Yew dengan semangat menyerukan bahwa Singapore butuh tambahan 750.000 pekerja asing. Alasannya adalah untuk menutupi kekurangan jumlah tenaga lokal. Seruan Lee Kuan Yew menimbulkan kemarahan publik. Kebetulan seruannya disampaikan ketika PAP hampir kalah oleh partai oposisi. Publik curiga Lee Kuan Yew hanya memikirkan anak-cucu sendiri agar turun temurun menduduki jabatan Perdana Mentri dan puluhan posisi strategis di semua lini. Apa yang dialami Lee Kuan Yew serupa dengan pengalaman Presiden Suharto pada 10 tahun terakhir berkuasa. Ada gejala buruk. Pada General Election 2011 Lee Kuan Yew mengancam warga distrik Aljunaid; bila tidak pilih PAP akan menyesal karena tidak akan diurus negara. Tapi warga Aljunaid cuek, PAP kalah oleh partai oposisi. Warga melawan, Lee Kuan Yew dkk panik. Belajar dari kasus Ma Chi dan melambungnya sentimen anti orang asing yang tak terbendung. Belajar dari kepanikan masa depan generasi mudanya. Belajar dari kecemburuan sosial-ekonomi walau dalam satu ras dan satu rumpun chinese. Nampaknya pemimpin Singpura perlu belajar dari Indonesia dalam merukunkan warga. Indonesia... Dengan jumlah penduduk dan luas wilayah sekitar 100 kali besarnya dari Singapore. Dengan aneka ragam suku-bahasa-budaya yang jauh lebih banyak dari Singapore. Tidak ada alasan pemimpin Singapore - khususnya Lee Kuan Yew - selalu menggurui Indonesia bagaimana cara mengelola negara. Lee Kuan Yew sudah saatny jaga mulut. Daripada ditertawakan seperti ketika dia menggurui Prancis, sehingga Perdana Mentri Prancis menilainya sebagai orang keminter dari negeri kecil. Lah wong baru menghadapi persoalan seperti aja udah panik! *** ** *)sumber rujukan: *Yahoo.com: Is Singapore turning into xenophobic soceity? *Yahoo.com: 80 percent says Singaporean are becoming anti foreigners, Y! Poll

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun