Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

250 Juta Tarif Iwan Fals Buat Event Organizer Menjual Barang Tak Laku

17 Juli 2012   06:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:53 7448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="477" caption="iwan fals (dok:tribunenews.com)"][/caption] Sungguh aku tercengang! Nggak nyangka memelototi tarif sekali manggung Iwan Fals. Dia duduki papan teratas dalam daftar Talent Price List, semacam daftar tarif manggung penghibur. Nempel dikit adalah Grup Musik Dangdut Soneta milik RH Oma Irama. Tarif manggung dikantongi Account Manager perusahaan agency Event Organizer (EO). Gunanya untuk merancang proposal anggaran kepada perusahaan (project owner atau client). Tapi berapa Rupiah persisnya penghibur mengantongi fulus dari penanggap sungguh masih misteri. Ketika itu 2010 saya masih gawe sebagai Auditur Keuangan di sebuah grup agency Event Organizer (EO) di Jakarta. Dan menyaksikan banyak hal mencengangkan. Artist Management Ibarat Germo? Waduh nggak enak banget. Orang-orang EO suka berkelakar menyamakan Artist Management (AM) dengan germo. Maksudnya begini: Kita mau pesen artis X lewat perantara yaitu Artis Management (AM) bernama Y. Bisa jadi si artis ngantongi Rp.25 jt dan AM ngantongi Rp.25jt bahkan dua kali lipat. Lho? Jangan kaget, AM bisa pasang tarif semau gue kepada EO tapi setor kepada artis tetap sama sesuai perjanjian awal. Nah, dengan "germo2" ini EO menjalin relasi dalam atmosfir "benci tapi rindu", "jengkel tapi nempel". Biaya bengkak gara-gara diperes oleh AM, keluh EO. Sebetulnya bisa kontrak langsung dengan artis tapi kalau dadakan nggak bisa. Lagian AM paling tau jadwal manggung para artis. Sampai tahun 2010 seingatku tarif manggung Iwan Fals 250jt, Soneta 225jt, Ahmad Dhani 125jt, Ungu 75jt, Krisdayanti 75jt, Olga Lidya 20jt, MC 10jt. Ini tarif bersih non-taxable di luar akomodasi, konsumsi, dan transportasi. Ini tarif kira2, lho. Bisa naik turun secepat roller coaster. Bisa tergantung musim ibarat harga cabe dan bawang merah di Pasar Bawang Brebes. Pokoke tarif tergantung popularitas si talent. Nah, Artis yang udah redup dan rindu order atau karirnya terkapar, lain lagi ceritanya. Biasanya banting harga, atau obral gratis, atau banting setir jadi politisi. Ada juga yang pasrah jadi "istri alternatif", top secret, buat pejabat dan pengusaha yang perlu jaga imej punya rumah tangga rukun-bahagia-sehidup semati. Keliatannya doang rukun, tapi "bobo siang" mulu di hotel-motel-apartment sama yang itu-itu juga. Eh, entar nongol di TV pamer rumah tangga bahagia, suami-istri senyum2 tanpa rasa dosa. [caption id="" align="aligncenter" width="497" caption="Event Organizer Promosi Produk (dok:koran-jakarta.com)"][/caption] Orang EO sudah biasa pangku-pangkuan dan cium-ciuman dalam kantor. Pertama kali aku nyemplung di EO tahun 2007 sungguh kikuk rasanya. Keder, koq kantor tapi kayak bukan kantoran. Semua personil bebas berpakaian, bebas dandanan, bebas penampilan. Mau pake bluejeans sobek2 oke, celana pendek oke, kaos singlet oke, rambut jabrik ala horor juga oke. Cuma belom ketemu sih yang ngantor pake kridongan sarung atau sorban atau cadar. Ngakak deh, sumpah! Ternyata mereka ngantor sekedar koordinasi, lebih banyak waktu di luaran dengan dunia iklan dan industri hiburan. Maka penampilan nggak kantoran tapi ngartis (artist look). Lah, saking bebasnya sering lho aku liat mereka cuek beradegan nyata: cium2an, peluk2an, pangku2an. Lebih dari itu mungkin di tempat lain. Gimana nggak kedorong ke sana? Wong, cewek2 berpakaian minim-tipis-merangsang, duduknya juga pada "buka warung" transparan ke wilayah sekwilda (sekitar wilayah paha dan dada). Ibarat kucing garong diumpanin dendeng, gimana sih? Income Orang EO menggiurkan. Jangan salah. Manager OE meraih basic salary antara 10jt-50jt. Ini bersih bisa langsung ditabung. Koq bisa? Lha kan semua ditanggung perusahaan. Mulai dari makan, transport, akomodasi, pulsa HP, bensin, entertain/traktir. Semua biaya bisa ditanggung resmi oleh perusahaan dan gampang diselundupkan ke dalam biaya event. Pendek kata begini: keluar dari rumah sampi balik rumah adalah tanggungan biaya perusahaan. Elmu Merayu Konsumen Agar Barang Tidak Laku Menjadi Barang Laris Manis. Kehebatan orang EO adalah kreatif merancang iklan. Dikemas sedemikian rupa sehingga pemirsa TV dan pembaca koran melirik-lirik kesengsem. Kemudian merancang event-event di alam nyata untuk jemput calon pembeli barang. Misalnya pengenalan kartu SIM AXIS digeber iklan dan event sepanjang tahun 2008. Tau2 tewaslah kartu 3, Fren, Smart; kalah jogrogan kartu Axis berkat tangan kreatif orang EO. Biayanya? 3milyar lebih plus plus. Apa untungnya konsumen? Konsumen merasa beruntung kenal barang baru dari iklan. Beruntung nambah pilihan. Tapi jarang menyadari bahwa tidaklah beruntung ketika milyaran rupiah biaya iklan itu dibebankan ke dalam harga barang. Perhatikan: dua buah barang dengan mutu sepadan bisa mejeng dengan harga jauh berbeda, karena yang satu hemat iklan dan yang satu lagi jor-joran iklan. Tanda jor-joran biasanya rajin ngadain konser musik dan sewa artis top buat promo barang baru dan gak laku. Konsumen, sadar nggak yah? Judul artikel ini cuma kiasan, talent luar negri mahalnya bukan kepalang. :::

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun