Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Desparado Ngenyek Orang Jawa Gaya Ruhut Sitompul dan Melani Meilena

16 Juli 2012   08:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:54 3615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beginilah bila politisi gagal mengakui kekalahan. Kemudian desparado cari-cari masalah untuk menghina pemenang. Suku Jawa pun jadi sasaran dosa atas kemenangan Jokowi pada Pilkada Jakarta. Begitulah desparado ala pengusung Foke yaitu Ruhut Sitompul dan Melani Meilena. Mungkin dengan harapan agar mereka lepas tangan dari tanggung jawab karena dikalahkan faktor suku, bawaan lahir, benda mati.

Dua petinggi Partai Demokrat itu dengan gegabahnya "ngenyek" pemilih seakan begitu bodohnya milih kandidat hanya karena sesama suku.

Dikutip dari situs BeritaPolitik, 12 Juli 2012. Kata Ruhut Sitompul Ketua Partai Demokrat, "Saya tidak bicara SARA, tapi ini fakta mengapa Jokowi unggul karena dia dari Jawa."

Dikutip dari sumber yang sama. Menanggapi kemenangan Jokowi, berkatalah Melani Meilena, anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, "Kami melihat di DKI Jakarta banyak Jawa-nya daripada Betawi."

Jelaslah dari statement di atas Mereka hendak menyampaikan pesan kepada publik bahwa kemenangan Jokowi semata karena faktor solidaritas etnis/suku. Dengan demikian Foke harus terima nasib apes karena terlahir dari rakhim suku Betawi. Dus, mereka berdua, pengusung Foke, tidak boleh dimintai tanggung jawab kenapa jagoannya kalah. Karena di luar jangkauan nalar... * Kesannya seperti itu.*

Benarkah semua itu?

Ternyata bohong besar. Buktinya kandidat dari Jawa lainnya terkapar jauh. Itulah Hidayat Nur Wahid yang berpasangan dengan Didik Rachbini, hanya memperoleh suara 11%. Sementara Foke (Betawi) 34%, Jokowi (Jawa) 43%. Bila tuduhan Ruhut dan Melani benar seharusnya bertukar tempat Foke dengan Hidayat dalam perolehan suara. Toh dua-duanya tokoh publik sama-sama dikenal luas. Tapi tidak demikian bukan?

Semua warga tau...

Meskipun semua Lembaga Survey menempatkan Foke sebagai unggulan teratas namun warga Jakarta punya kebijakan sendiri. Pilkada DKI Jakarta pada 11-07-2012 memberi peluang warga untuk unjuk rasa secara damai lewat pemungutan suara. Pernah 30 tahun saya tinggal di Jakarta hingga September 2011, keluhan warga pada jaman Gubernur Fauzi Bowo (Foke) umumnya adalah sbb:

1) katanya Bang Foke jagonya Jakarta, paling tau tentang Jakarta, koq 5 tahun nggak bisa ngatasi banjir, macet jalanan, kerawanan sosial.

2) katanya putra asli Betawi perlu diberi jatah jadi Gubernur Jakarta karena pasti lebih jago, koq setelah Foke diberi kesempatan tidak lebih baik daripada Gubernur sebelumnya yaitu Sutiyoso (suku Jawa)?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun