Sampai hari ini berita duka itu terngiang di telingaku. Betapa tidak? Korban adalah seorang pria nelayan yang rumahnya tak jauh dari tempat tinggalku. Bregidik membayangkan korban sedang jongkok di atas perahu tradisional. Tiba tiba mulut hiu mencaplok bokongnya sampai "kroak". Menganga. Termakan dagingnya.
Maaf saya lupa kapan persisnya, kalo tidak salah antara Februari-Maret 2012 yang lalu.
Konon Korban naas tinggal di Jl.Mawar, jalan kecil sebelah selatan jalan Raya Kartini Tegal, Jawa Tengah. Tak jauh dari SMA 1 Tegal. Walau saya hanya dengar dari bisik bisik tetangga sampai sekarang sering keingatan kayak apa derita hebat yang dialaminya. Tentu beliau mengalami derita panjang setelah "digragot" mulut ikan hiu di Tengah Laut Jawa. Mungkin tidak langsung nyawanya melayang. Darah mengalir deras dari bokong sembari menahan perih tiada tara sakitnya. Menjerit sendirian di tengah laut tanpa seorangpun mampu menolong.
Semua ini, proses kematian korban, adalah dugaan saya hasil nguping.
Entah berapa jam kemudian baru ditemukan oleh sahabat nelayan. Dalam keadaan tewas mengenaskan. Digotong ke rumah. Kalo tidak salah kejadian malam hari dan ditemukan pagi hari. Orang orang hanya bisik bisik dengan menahan bregidik ketika cerita apa yang terjadi pada diri nelayan naas.
Saya ingat dulu waktu kecil.
Tahun 1966-1969 sering ke Tegal Sari untuk liburan di rumah nenek. Tegal Sari adalah wilayah pantai utara Tegal tempat Pasar Ikan. Di belakang rumah nenek langsung menghadap pantai laut. Bau amis ikan amat menyengat. Sebelah utara laut. Sebelah barat Pasar Ikan. Nelayan hilir mudik. Bila sore pada bilas mandi di pemandian berbayar.
Tapi tidak banyak saya tau kehidupan nelayan Tegal yang umumnya hidup pas pasan. Nenek jualan macam macam ikan dan menyewakan puluhan kolam mandi untuk nelayan. Itu dulu. Dan tidak ada berita nelayan tewas diserang ikan raksasa. Tapi baru baru ini ponakanku bilang pernah kejadian seekor ikan paus terdampar di pantai Tegal. Rame deh jadi tontonan rakyat.
Kembali ke peristiwa naas.
Saya baru tau ternyata keselamatan pelayan Tegal cukup berat. Bila memang ikan hiu masih ada, bagaimana menghindarinya? Sulit membayangkan ketika nelayan sedang mencari ikan di tengah laut. Lagi pula itu job satu satunya cari nafkah demi menghidupi keluarga.
Mudah mudahan tidak terulang peristiwa mengerikan tersebut. Tak terbayang betapa shock keluarga dan handai tolan beliau ketika menyaksikan tubuh korban terkoyak. Saya sendiri nggak berani melihat langsung andaikata diberi kesempatan.
Rasane nggrentes pisan kalo ingat kejadian itu walau cuma denger kata tetangga. Oh ya, ada yang bilang mungkin juga dimakan ikan paus, bukan ikan hiu. Entahlah.
Semoga beliau dimuliakan Allah di alam baka. Dan diberkahkan serta dilapangkan rejeki bagi keluarga yang ditinggalkan. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H