[caption id="attachment_110325" align="aligncenter" width="530" caption="Computer Programmer (dok: latenighthacking.com)"][/caption]
Setelah 5 tahun jadi programmer di Belanda, saya pulang ke Medan untuk jadi sub-kontraktor Hollitech Netherland. Begitulah kata Managing Director kepada saya sambil menyodorkan kartu nama berlogo Hollitech.
Pemuda gagah itu adalah contoh putra Indonesia yang sukses menyerap ilmu teknologi informasi (TI/IT). Bincang bincang pribadi di sebuah hotel berbintang di bilangan Tebet Jakarta Selatan berlangsung santai. Sambil tukar pikir membangun real-time connection jaringan komputer di bawah bendera sebuah konsorsium antara hardware distributor, Telkom, dan ITB Bandung.
Waktu itu akhir tahun 2005, sang programmer anak Medan lulusan sebuah universitas di Belanda bermurah hati berbagi cerita. Dalam 3 kali atau lebih pertemuan diskusi dan kerjasama, dia memberi kesan spesial kepada saya. Nampaknya dia agak lain dari anak Medan yang sering saya temui dulu ketika kuliah di UKI Jakarta awal 1981. Dia agak pendiam, sangat disiplin dan profesional.
Dia bilang bahwa lulus kuliah langsung bekerja sebagai programmer di Grup Hollitech, sebuah kontraktor di Belanda yang bergerak di bidang jasa otomatisasi. Segmen pasarnya sebagian besar negara negara Eropa. Sedangkan untuk menekan biaya tenaga kerja maka Hollitech menggaet sub-kontraktor di Asia. Sub-Kontraktor inilah yang sebetulnya melakukan job computer programming. Namun hasil akhir "sistem jadi" diakui sebagai hak paten dan royalti ke tangan Hollitech.
Serupa cara kerjanya dengan pabrik sepatu branded Eropa dan Amerika yang buka pabrik di Pulau Batam.
Dia bilang dulu di Belanda diberi upah sekitar $5000/bulan. Setelah pulang ke Medan Sumatra Utara kian makmur. Usaha software house di bawah naungan Hollitech sukses besar. Malah diberi bonus sebuah sedan anyar senilai Rp.400.000.000,- langsung dari tangan big boss Hollitech.
Berbekal merekrut sekitar 10 programmer muda dan buka kantor di Medan, dia juga menang tender pengadaan jasa sistem komputerisasi untuk Pemerintah Daerah di Sumatra. Sekarang mungkin sudah mandiri tanpa ikatan langsung dengan Hollitech.
Belakangan saya berselancar di dunia maya cari informasi. Nampaknya Hollitech pernah kerjasama dengan Matrakom yang didirikan oleh Anita Matthew di Jakarta. Seingat saya kami pernah 3 kali jumpa di Hotel Sofyan Cikini sekitar tahun 1995. Anita Matthew adalah profesional di bidang komputerisasi, cantik dan gesit, berdarah India, dan terkait dengan group software development bernama Matsys di India.
Kembali ke Medan. Apa saja skill yang dia dan timnya punya dan kembangkan dalam divisi system development di Kota Medan?
-Sistem aplikasi umum perkantoran real time.