Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Marshanda, Kisah Sukses Single Parent By Riyanti Sofyan

29 Juni 2011   06:26 Diperbarui: 28 Maret 2016   12:25 14476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Marshanda dan Riyanti Sofyan (dok: popmagz.com)"][/caption]

Saya pernah satu kantor dengan Riyanti Sofyan pada tahun 1990. Dari situlah saya kenal dia sekitar 6 bulan karena sering makan siang bareng di Coffee Shop Hotel Sofyan Cikini Jakarta Pusat. Dari obrolan pribadi taulah saya bahwa Riyanti Sofyan (akrab dipanggil Yanti) adalah lulusan Universitas di Australia. Juga pada saat itu dia sudah pisah dengan suami di mana Yanti mengasuh anak-anak.

Tidak mudah bicara dengannya karena status kami beda jauh bagai langit dan bumi. Yanti anak pemilik Grup Hotel Sofyan yaitu Sofyan Ponda, kerja sebagai latihan kenal usaha babeh, sedangkan saya... cuma pegawai! Sekantor dengan anak big boss kadang rikuh, takut salah omong terus nyampe ke telinga bigboss, hehe. Tapi hanya dalam tempo satu minggu Yanti yang direken angker oleh semua karyawan ternyata saya temukan enak diajak ngobrol. Ketika itu dia, kalo tidak salah, menjabat Manager Procurement, sementara saya Manager MIS (istilah sekarang Manager IT).

Dia biasa saja dalam busana, selalu rapi, wangi, cantik, pendiam, berkulit putih mulus, sesekali melepas senyum tipis. Bicarapun pelan dalam nada rendah. Sebagai anak gedongan yang tinggal di Menteng Jakarta Pusat, Yanti tergolong kurang beruntung ketika harus pisah dengan suami dalam usianya ketika itu masih kepala dua. Anak-anaknya masih kecil-kecil, di antaranya Marshanda diasuh olehnya sebagai seorang Single Parent.

Yanti cerai dengan suami atas kehendak sendiri. Ketika itu Marshanda (kelahiran 1989) berusia 5 tahun. Ohya,  dulu kedua orang tuanya sama-sama kuliah di Australia di mana bunga-bunga asmara mulai bersemi.

Dan hebatnya memasuki tahun 2000 Marshanda masuk jajaran selebriti muda ternama di Indonesia di mana Yanti  menjadi Managernya. Mohon maaf saya tidak akan tulis apa sebab pasangan Riyanti Sofyan-Irwan Yusuf bercerai menurut versi Yanti yang dicerikan kepada saya pada sekitar tahun 1990, ketika sama-sama ngantor di Kantor Pusat Grup Hotel Sofyan di Cikini Jakarta Pusat.

Yang saya ingat sejak Yanti jatuh sakit 1991 lalu tidak kembali ngantor sebagai pegawai. Namum beberapa tahun kemudian comeback dengan menduduki jabatan Komisaris. Kemudian sesekali kami ketemu di kantornya. Dan yang saya dengar dari kawan-kawan di Sofyan Hotel hingga tahun 2010 Yanti masih hidup sendiri. Single Parent.

 

Yang ingin saya sampaikan di sini adalah bahwa Riyanti Sofyan mampu menorehkan prestasi sebagai seorang ibu mendidik dan membimbing anak hingga meraih sukses. Padahal orang Hotel Sofyan taunya anak Sofyan Ponda hanya satu yang menonjol dan sukses yaitu Riyanto Sofyan, kakak Yanti. Riyanto yang jebolan MIT Amerika mampu meneruskan warisan bisnis hotel ayahnda, Sofyan Ponda, bahkan berani mengubah Hotel Sofyan menjadi Hotel Syariah dari sebelumnya Hotel Konvensional dengan 3 buah hotel di Jakarta- di Cikini, Cut Mutia, Tebet.

Dari contoh ini, dan sebetulnya banyak contoh dalam kehidupan nyata, maka terbukti bahwa anak didikan single parent (orang tua tunggal) tidak kalah mutu dan kelas oleh anak didikan full parent (orang tua komplit). Banyak pula ibu-ibu di kampung yang sukses mendidik anak tanpa ayah sehingga keyakinan publik bahwa anak didikan Single Parent atawa orang tua cerai cenderung terpuruk perlu dikaji ulang.

Untuk menghasilkan anak berprestasi nampaknya tidak terlalu penting bahwa orang tua harus utuh, tapi lebih penting bagaimana orang tua mendidik anak dengan sekuat tenaga, sepenuh hati, sepenuh kasih dan sayang dalam keadaan apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun