Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ambisi Ekstrimis Brunei Rebut Wilayah Indonesia, Malaysia, Filipina Untuk Jadi Superpower

25 April 2011   15:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:24 2123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_103177" align="aligncenter" width="620" caption="Superpower Ambitions (doc: opednews.com)"][/caption] Terinspirasi masa lalu abad 15, seorang penulis Brunei Times melemparkan gagasan Austronesia Raya. Di mana Kesultanan Brunei ditempatkan sebagai pusat kekuasaan. Sedangkan negara tetangga (Indonesia, Malaysia, Filipina) dijadikan provinsi melalui perluasan wilayah (ekspansi). Kemudian MIB (Melayu Islam Beraja) dijadikan idiologi negara. Islam agama negara dan Melayu sebagai penguasa. Namun perlawan dari dalam menilai gagasan tersebut berbahaya. Pejabat Kesultanan Brunei tutup mulut. Wacana tsb sering dibahas. MIB lahir sejak 1 Januari 1984 pas Brunei merdeka. Sebuah idiologi untuk melestarikan Kerajaan Melayu Islam. Wilayah Austronesia yang meliputi Asia Tenggara mengilhami penggabungan negara agar jaya seperti abad 15. Penggagas yaitu Hj Syamsuddin memimpikan Brunei jadi negara superpower. Negara Asia Tenggara dan sekitarnya tunduk di bawah Kerajaan Brunei. Tidak jelas alasan Brunei punya hak. Yang jelas: 25 tahun lagi cadangan minyak Brunei habis, menurut High Commissioner to Brunei Darussalam yaitu Riewad V Warjri pada Maret 2009 (baca di sini: We Have To Live With MIB). Menurut pidato Nazrin atau Pangeran Perak pada September 2006 di depan Forum MIB, mengatakan bahwa pada awal abad 15 terdapat 300 dinasti yang berkuasa, dan pada akhir Perang Dunia Kedua tinggal beberapa gelintir saja. Kebanyakan telah punah dan menyesuaikan diri dengan situasi terbaru (baca di sini: Supprise At The MIB Forum). Pidatonya yang berdasarkan paper dinilai sangat cemerlang dan sangat menyentuh audiance, bahkan Nazrin sempat membasuh air mata selepas pidato - mungkin sedih betapa telah punah kejayaan masa silam. Falsafah dan idiologi MIB (Melayu Islam Beraja) juga dikenal dengan nama lain yaitu Malay Islam Monarch atau Kerajaan Islam Melayu. Semacam PANCASILA di Indonesia. Namun Sang Penggagas  Brunei Superpower nampaknya kelewat ekstrim dalam menjabarkan Idiologi MIB. Dia sangat yakin dapat mewujudkan mimpinya menjadikan Monarchi Brunei sebagai negara superpower bersaing dengan Amerika, Inggris, China, dll. Untuk mewujudkan itu utamakan  Indonesia, Malaysia dan Filipina dijadikan provinsi Brunei melalui aksi diplomasi maupun aksi militer. Jika terwujud maka musuh superpower Kerajaan Brunei adalah: Amerika, China, Prancis, Inggris, Australia, Africa Hitam, dan Rusia. Sejauh ini pejabat Kesultanan Brunei tidak menanggapi. Malahan belum lama ini, 21-apr-2011 Sultan Hassanal Bolkiah berkunjung ke Indonesia menemui Presiden Soesilo, kemudian dianugerahi gelar doktor honoris causa oleh Universitas ndonesia di Depok atas jasanya di bidang filsafat kemanusiaan dan peradaban. Selama ini Sultan Brunei telah memberi beasiswa bagi 88 mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan study di Brunei Darussalam. Berikut ini postingan asli dari Brunei Times 24-apr-2011 yang mengagetkan pembaca: ::

Brunei's rights to expand national border

I'm pleased to see that there are still people out there who want Brunei to be great and possibly becoming a world power. Surely there are a lot of naysayers, but these people are kataks under the well who never seen the world before. They simply cannot understand that to be influential Brunei has to enlarge itself and to have a global ambition. This is too much for their tiny, unexplored minds to handle. Basically we just need to ignore and kick them aside. In the other post, it was mentioned that we should absorb the whole BIMP-EAGA region. I think that is not enough for us to be a world power. To make us a formidable global force, we should step further to make Malaysia, Indonesia and Philippines parts of our provinces. Not only that, we also need to bring Singapore, New Zealand, East Timor, Madasgacar, Taiwan, and all islands in the Pacific Ocean including Hawaii under our control. Naysayers will say we are being too aggressive or expansionist. They are silly, we have all the legitimate claims for that. The people in the said areas, they are related to us. Did you know that the Malays in Brunei, Malaysia and Singapore, the Indonesians, the Filipinos, the Maoris in New Zealands, the Malagasy in Madagascar, the Taiwanese aborigines, and those natives in Pacific islands originally belong to one big group known as Austronesian? Don't believe me? Try google Austronesian peoples. Foreign imperialism divided us, and now we should come to our sense and reunite back again. Did you know that the economy of the whole Austronesia totaled $2.5 trillion? This is more than the UK, and have potential to be the no.2 or no.3 in the world (no.1 if we decided to absorb Japan and Australia, which we most likely will especially now the earthquake severely weakened Japan and Australia is just like a helpless sheep awaiting our onslaught) The first step as I said, is to bring the 3 core countries into one, using means of diplomacy or military. Then we strengthen ourselves. After that we declare war and chase out the Chinese from Singapore and Taiwan, remove the Whites from New Zealand, Hawaii and all those Pacific islands currently under the colonization of UK, France, USA and Australia, and push out the Blacks from Madagascar so our brothers and sisters there can be free from oppression. The capital city of Southeast Asia must be Bandar Seri Begawan, and MIB will be the regional ideology. Our enemies are the USA, China, France, UK, Australia and Black Africa. Russia is a satanic mafia country so they are our enemy too. Our missiles will always be aiming at Bangkok, Hanoi, Rangoon, Phnom Penh and Vietianne. These are the countries that we don't intend to incorporate into Brunei as their natives are too inferior. As long as they remain forever submissive to us, we are satisfied with that. I urge everyone in Brunei to work together towards this goal. If we never push for it, we will always remain as 'nothing', do you want that label forever or do you want a brighter future? ::: *) sumber: Brudirect, Brunei Times, Borneo Bulletin, Antara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun