[caption id="attachment_93071" align="aligncenter" width="680" caption="Jared Cohen ( doc stephenvoss.com)"][/caption] Pernahkah terbayang di pikiran anak muda Indonesia bahwa penasihat kebijakan luar negeri Amerika ditangani oleh pemuda usia 24 tahun? Tidak terbanyang. Inilah berkah era internet membuka peluang "Digital Diplomacy", di sinilah Jared Cohen menemukan pijakan. Pria ganteng ini sering jadi pusat perhatian di kalangan elite Amerika, bahkan Glenn Beck, komentator teori konspirasi dari Fox News tak kurang menyebut-nyebut nama Jared sebagai tersangka sukses Revolusi Mesir melalui Google search. Lho, apa hubungannya? Jared Cohen dilahirkan 29 tahun lalu, tepatnya 24 November 1981 di Weston Connecticut Amerika. Dia bukan cuma jago internet dan politik, tapi juga penulis dua buah buku politik ( "Children of Jihad" dan "America And The Rwanda Genocide"). Tak pelak kiprah politisnya yang merapat ke kaum liberal/kiri (demokrat) mendapat serangan dari kaum konservatif/kanan (republikan) yang dimotori Glenn Beck dari Fox News. [caption id="attachment_91135" align="alignnone" width="600" caption="Jared Cohen (doc the new york times)"]
[/caption] Adalah Mentri Luar negeri Condoleeeza Rice yang menemukan bocah ajaib ini untuk menjadi staff the Secretary of State's Policy Planning ( semacam staff ahli mentri luar negeri) tahun 2006 Jaman Presiden George W. Bush. Saat itu dia masih 24 tahun, termuda sepanjang sejarah Amerika. Kemudian berlanjut hingga 2010 jaman Barack Obama. Dengan demikian Jared sangat dekat dengan Condoleeza Rice dan Hillary Clinton penggantinya. Bukan sembangan staff tapi penasehat Mentri Luar Negeri. Selanjutnya Jared menggaet tantangan baru yaitu menjadi Director of Google Ideas sejak 2010 hingga kini. Pada saat yang sama terus berkiprah sebagai rekan pada Dewan Hubungan Luar Negeri Amerika. Karir cemerlangnya tak lepas dari background pendidikan di mana Jared adalah jebolan Stanford University danÂ
Oxford University.
[caption id="attachment_91143" align="aligncenter" width="434" caption="Jared Cohen (doc Foreign Policy)"]
[/caption] Tugas yang diemban untuk Gedung Putih sangat krusial untuk urusan: Kontra Terorisme, Kontra Radikalisme, Wilayah Asia Selatan, Pemuda, Technologi. Apa yang dilakukan oleh Jared, dia sebut "digital diplomacy", adalah pendekatan informasi melalui jaringan internet. Seruannya adalah "Freedom of Internet". Mempromosikan penggunaan jejaring sosial di negara berkembang untuk kemudian dimanfaatkan sebagai ajang promo kepentingan Amerika. Kabarnya bocoran Wikileaks menyebutkan US$100juta untuk Indonesia melalui Jared. Tidak hanya mikir dan teori. Dia turun langsung dalam peristiwa politik penting. Misalnya dia terlibat dalam Pemilu Presiden Iran dua tahun lalu untuk menyediakan twitter bagi warga Iran ketika Facebook diblokir Ahmadinejad. Demikian pula pada revolusi Mesir Jared nimbrung guna mendorong lengsernya Husni Mubarak dari istana. Tidak salah ketika The New York Times Magazine menghadiahi gelar kepadanya sebagai salah satu arsitek kenegaraan abad 21. Begitulah sepintas kilas tentang pemuda ganteng yang jadi idola gedung putih, Google dan aktivis pembebasan warga sipil dunia. Pengikut tiwitter Jared menduduki posisi nomor 3, hanya di bawah John McCain(2) dan Barack Obama(1). Masih sangat muda sudah terlibat dalam lembaga "think thank" negara adidaya dan perubahan besar dunia. Bergandengan tangan dengan Presiden Obama yang terobsesi perubahan dan perdamaian dunia, mereka bisa dikatakan, dalam beberapa hal, rekan seperjuangan sesama kaum liberal. Di kandang Google Jared menjadi Director of Google Ideas, di Gedung Putih duduk manis Barack Obama.
Sementara itu di belahan dunia lain, entah di benua mana, pemuda dan mahasiswa masih sibuk bertengkar soal halal-haram soal lurus-sesat yang tak habis-habisnya, lalu menyalahkan negeri maju ketika ketinggalan kereta bagaimana menguasai teknologi dan media massa untuk kepentingan dan kemakmuran negeri. *** *)sumber:
the newyork times,Â
foreign policy,
united for peace and pierce countyBaca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humaniora Selengkapnya