[caption id="attachment_72526" align="aligncenter" width="228" caption="Cinta Laura (kapanlagi.com)"][/caption] By Ragile, Jakarta. Bukan cuma Megawati dan Tifatul Sembiring yang kena imbas kunjungan Presiden Amerika Barrack Obama kemarin. Artis Cinta Laura pun kena getahnya. Bukan soal aksi politis tapi soal aksen berbahasa Indonesia. Kebetulan bulan Oktober lalu bulan bahasa. Masih hangat. Kebetulan pula si cantik berkewarganegaraan Indonesia dan Jerman itu (maaf) cadel melafalkan bahasa Indonesia. Yup, kenapa yach Obama yang cuma parkir di masa kecilnya di Menteng lebih fasih daripada Cinta Laura? Dan kenapa mendadak Cinta Laura jadi sasaran berita? Kekaguman publik kepada sosok Obama membuka mata pemirsa betapa dia nun jauh di Amerika sana masih fasih berbahasa Indonesia. Tentang Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, serta makanan dan jajanan rakyat Indonesia. Menyapa mahasisa di UI dan menyihir petinggi di istana bukan pekerjaan mudah. Kecuali seorang orator dan komunikator ulung sekelas Bung Karno. Obama memiliki itu. Dalam bahasa Eep Saefullah Fatah, pengamat politik muda energik, Obama memiliki aura authentic dalam berkomunikasi. Jika tersenyum, tersenyum seluruh tubuh, bukan seyum kemasan hasil polesan agen pencitraan. Polesan-polesan yang bikin orang sebal. Kembali ke Cinta Laura. Adalah wajar ibunda si artis, Herdianna, membela diri bahwa anak kesayangan tidak kurang nasionalis meski kurang fasih berbahasa Indonesia. Wajar pula publik Indonesia penasaaran kapan sih si artis jelita fasih bener-bener fasih jangan terkesan keinggris-inggrisan. Sampai di sini, dalam soal berbahasa, apa betul cuma Cinta Laura yang keinggris-inggrisan? Kenapa pula tidak ditanya yang kearab-araban? Yang kecina-cinaan? [caption id="" align="aligncenter" width="259" caption="Barrack Obama"][/caption] Pengamatan subyektif saya adalah publik gagap menilai arti dan faedah kunjungan Obama. Para penggemarnya, termasuk saya, respek dan meyakini banyak faedah tersembunyi dan fundamental walau tanpa kucuran duit satu sen pun ke kas negara Indonesia. Faedahnya yaitu konsisten membangun dunia yang lebih ramah dan damai antar bangsa dan antar agama. Sekaligus menyentil betapa Indonesia sudah memilik fondasi untuk membangun sebuah bangsa yang besar dan bermartabat. Sebuah negara yang layak utuh dan berdaulat. Bermodalkan falsafah Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika, kerukunan antar umat beragama. Sayang disayang, mengutip pengamatan Eep Saifullah Fatah, para petinggi kita kurang taat konstitusi, lebih taat konstituen. Ini terbukti jika terjadi hal-hal yang melanggar konstitusi oleh kelompok tertentu yang vokal, sering terjadi pembiaran. Ya, pembiaran. Karena tidak berani ambil tindakan tegas sesuai konstitusi yang berakibat menurunnnya jumlah pendukung/fans/konstituen. Dengan demikian kelompok minoritas tertentu sering dikorbankan. Pada saat yang sama kelompok mayoritas sering pula terkena getah oleh segelintir ulah kelompok kecil yang mengatasnamakan kelompok mayoritas. Tak sulit menerjemahkan makna ucapan Eep, rupanya yang dimaksud adalah FPI (Front Pembela Islam) yang suka memamerkan tindak kekerasan atas nama agama sambil maen hakim sendiri. Adapun sodokan media massa kepada Cinta Laura adalah issue yang seksi untuk dikemas dan jadi barang dagangan berita. Siapapun tahu bahwa kefasihan berbahasa melekat erat dengan bahasa ibu, dan bahasa komunikasi di masa kecil. Obama Sekolah Dasar di Menteng, Cinta Laura, lengkapnya Cinta Laura Kiehl lahir di Quakenbrück, Jerman, 17 Agustus 1993. Masa kecil hingga remaja dihabiskan di luar negeri mengikuti tugas sang ayah. Maka mudah ditebak bahwa Obama lebih fasih berbahasa Indonesia sebagai "bahasa ibu"-nya. Soal lidah yang alot berbahasa apakah perlu divonis tidak nasionalis?
Jangan-jangan makna nasionalisme makin didangkalkan sekedar fasih berbahasa. Serupa dengan keimanan didangkalkan sekedar ngelotok dan merdu mengalunkan ayat-ayat suci. Harga sebuah penampilan luar, oh..... betapa merajalelanya dikau!!!
***
Salam Tuljaenak, Ragile, 12nov2010 * Sumber: Cinta Laura Sangat Cinta Indonesia * ————————————————————–—————————— *Postingan sebelumnya: Admin Mohon Postingan Katreda Rajawen Dicabut... *Postingan kawan-kawan:***Della Anna: Tua Itu Menakutkan? ***Andee Meridian: ***Road To Korea: Dari Salemba Sampai Depak***Dewi Solihat: Kopral Kenthir Naksir Bu Kades Desa Rangkat ***Nuraziz Widayanto: Sistem Peringatan Dini ***Kondo Langit: Papan Catur Dunia Kenthir
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H