Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sihir Aksara: Misteri Menaklukan Hati Dan Mengubah Dunia

30 Juli 2010   01:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:28 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_210012" align="alignleft" width="265" caption="Aksara Jawa. Hayuh kowen paham belih? (rinoerik.blogspot.com)"][/caption]

Ajaib. Secuil kata menundukan hati yang murka. Sebaris kalimat menyebabkan ribuat bola mata bercucuran air mata. Sepatah seruan mampu menggerakan orang sekampung untuk bergerak menyerbu musuh. Selembar sajak mampu mengubah sejarah untuk selama-lamanya. Itulah hebatnya, aku namakan saja "sihir aksara".

Mari ingat-ingat. Jaman Barok Eropa abad 18 William Shakespiere, sastrawan Inggris, menulis puisi "Dunia Ini Panggung Sandiwara". Gemanya berlanjut sampai ke Indonesia ratusan tahun kemudian. Group band rock God Bless menyanyikan lagu dengan judul yang sama. Sihir aksara bergema abadi, orang Indonesiaketika khawatir atauwaspada akan berbisik, "Dunia ini panggung sandiwara", dengan nada menyindir. Bahkan melantunkan lagu tersebut dengan penuh penghayatan laksana baca ayat-ayat suci. Sebelum itu Filsuf Yunani Socrates berkata, "Orang yang benar-benar bijak adalah orang yang berkata bahwa dirinya tidak tahu apa-apa". Sihir aksaranya tumplek-blek lewat anak didiknya yaitu Plato dan Aristoteles yang membuat para pesohor malu hati untuk pamer ilmu dankepandaian.

Lagi. Pada akhirjaman penjajahan Belanda, Bung Tomo di Surabaya teriak, "Allahu Akbar!!!". Maka ribuan orang keluar kandang dengan senjata apa saja guna mengusir penjajah Belanda dan Inggris dari Indonesia. Pada jaman Reformasi 1988 pemuda dan mahasiswa bergerak ke jalan-jalan sembari berseru, "Reformasi!!", "Hanya satu kata: Lawan!!!" maka tumbanglah rezim Orde Baru pimpinan Presiden Soeharto secara mengejutkan.

Sekarang. Jaman sekarang sihir aksara di masa damai bergelora tiap hari melalui iklan komersial di media massa. Anehnya kita sebagai konsumen yang ketiban ongkos sihir aksara berupa iklan yg dibebankan ke dalam harga barang. Umumnya 25%. Ada pula dalam bentuk surat cinta, SMS, e-mail, blog, status Facebook, jeritan Twitter, dll. Hebatnya sihir aksaramampu menundukan hati orang yang tak pernah bertemu dan jauh di seberang lautan. Sihir aksara bisa dari judul, isi, maupun komentar. Walhasil, sihir-menyihir,dalam artian saling mempengaruhi, sudah bagian dari kehidupan kita.

Jangan lupa, sihir aksara ribuan tahun yang lalu meluncur dari kerajaan langit dalam bentuk wahyu. Mulanya disampaikan dengan lisan lalu disebarluaskan dalam wujud tulisan, ayat-ayat suci. Walhasil pengikutnya milyaran manusia seantero jagat, mengabadikan sihir aksara untuk bermacam keperluan hidup di dunia maupun di akhirat. Sejarah dunia berubah arah. Lalu penentangnya menghembuskan sihir aksara juga. Misalnya kaum komunis menyebut, "Agama adalah racun". Frederic Nitche berkata, "Tuhan telah mampus!". Karl Max beri komando, "Hantu komunisme sedang gentayangan di daratan Eropa". Walhasil Milayaran manusia menganut komunisme/atheisme di Uni Sovyet, China, Eropa Timur, Indonesia, dst. Sejarah dunia bergolak ke segala arah.

Aku sendiri - dengan menulis blog ini - sebetulnya sedang melepas sirih aksara kepada pembaca. Agar terpikat, terkesan, dan nyantel pesan-pesan yang terkandung di dalam tulisan ini. Bahkan tahun lalu aku bikin sihir aksara yang aslinya berasal dari ungkapan Mao Tse Tung (Mao Ze Dong) pimpinan RR China. Dia berkata, "Tidak penting kucing itu berbulu putih atau hitam yang penting bisa menangkap tikus". Itulah sihir aksara penguasa China untuk menjawab keresahan rakyat kenapa China Komunis-Sosialis koq mulai menerapkan sistem perekonomiam kapitalis barat. Tak lain agar China bisa bangkit makmur secara ekonomi dan politik. Terkesan dengan ungkapan tersebut maka aku bikin improvisasi status untukku yaitu, "Tidak penting siapa yang menulis, yang penting apa yang ditulis."

Tak disangka, sihir aksaraku banyak dikutip menjadi status Facebook banyak orang, ini menurut kesaksian kawanku Della Anna kompasianer yang bermukim di Belanda. Menurut pengamatanku pribadi sihir aksara, pendek maupun panjang, akan mampu nyantel di hati dan pikiran orang lain bila disusun dengan cermat, disesuaikan dengan konteks ruang dan waktu, unik, baru, dan autentik. Aku yakin sudah tak ada yang orisinil. Yang ada adalah mengembangkan sihir aksara yang telah ada sebelumnya. Dalam hal ini aku belajar dari Paul Arden dalam buku laris-manisnya yang berjudul "What Ever You Think, Think The Opposite". Dalam buku tersebut paling tidak aku jadi paham hal baru. Bahwa manusia kebanyakan beradaptasi dengan dunia, sedangkan manusia yang unik-kreatif (tokoh besar) membuat dunia beradaptasi dengan manusia tersebut. Maksudnya tokoh tersebut menentukan arah jalannya sejarah.

Untuk itu diperlukan penggalian ide kreatif terus-menerus. Termasuk ubah mindset dan paradigma berpikir agar tidak ketinggalan sepur. Bila kita kehabisan ide bisa jadi akan terserang penyakit reaksioner, sensitif kritik. Misalnya haus sanjungan, gemar cari musuh, murka sentilan, cari kambing hitam. Seolah semua orang salah-tidak-tahu-yang-benar, merasa dirinya sendiri yang benar jika sihir aksaranyatidak laku lagi. Duh, kasihan...

Aku ingat perkataan Imam Al Ghazali. Bahwa kelezatan dunia yang paling diidamkan oleh manusia adalah kedudukan dan kemasyhuran, bukan harta dan wanita. Dengan kedudukan dan kemasyhuran seseorang akan mampu menguasai hati orang lain sampai ke seberang lautan dan melampaui jaman. Lagi pula setiap manusia punya naluri jadi tuhan-tuhan kecil. CumaFir’aun yang nekad mengaku dirinya tuhan. Nah,dari ajaran sang Imam aku melihat jaman sekarang manusia tak hanya ingin jadi tuhan-tuhan kecil, ada pula yang ingin jadi hantu-hantu kecil.

Bagaimanapun, kita tahu bahwa sihir aksara ibarat pedang bermata dua. Bisa untuk mencerahkan, bisa pula untuk menggelapkan dan menyesatkan. Bermacam cara dan jurus: jurus pencerahan, jurus perubahan, jurus sensasi, jurus patriotik, jurus sedih, jurus nipu, jurus cengeng, jurus berontak, jurus mabok, jurus cuek, ,jurus ngamuk,dll.

Nah para pembaca yang budiman, boleh aku tanya, "Apakah Anda merasa tersihir dengan tulisanku ini?"

Salam Sihir Aksara,

Ragile, 30-jul-2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun