Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mungkinkah Prita Mulyasari Berterimakasih Kepada RS Omni? (Sebuah Renungan)

30 Desember 2009   03:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:43 845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Bisa jadi ini pertanyaan yg menggoda. Bisa jadi ini pertanyaan yg sia-sia. Bisa jadi ini pertanyaan yg membuka tabir hikmah di balik peristiwa. Tergantung dari sudut mana Anda memandang dan paradigma berpikir Anda. Selalu linear atau bisa allegoris. Serta Sikap Anda menanggapi setiap peristiwa. Mungkin Ada yg komen, "Untuk apa?". Mungkin Ada yg menepis, "Akh ada-ada saja!". Mungkin Ada yg skeptis dan sinis, "Kamu sudah gila kali...". Mungkin Ada yg beri peluang dan balik bertanya, "Bisa heboh, apa mungkin?".

Kasus Prita-Omni yg menyedot perhatian publik dalam enam bulan terakhir menegaskan carut-marut dunia hukum di negeri kita Republik Indonesia. Legalitas minus moralitas. Kalo kasus KPK-POLRI diibaratkan Cicak-Buaya maka Prita-Omni bisa diibaratkan Semut-Gorilla, sekedar untuk gambaran perbandingan kekuatan antara dua pihak yg bersengketa. Prita rakyat biasa yg biasanya tunduk pada hukum dan siap dihukum semaksimal mungkin. RS Omni perusahaan besar yg punya sumber daya materi guna memanfaatkan celah-celah hukum semaksimal mungkin, tanpa melanggar hukum  untuk meminimalkan jerat hukum.

UU ITE yg jadi sandaran RS Omni kembali dipertanyakan, "untuk melindungi siapa?"

Musibah Mengundang Amarah
Adalah hak kita untuk melawan dan membalas setiap bentuk pelanggaran dan penindasan. Dan adalah hak kita pula untuk melepas hak melawan dan hak membalas. Yg merasa wajib membalas hanyalah amarah di dalam hati. Amarah yg sah dan dibenarkan oleh hukum untuk apa yg disebut keadilan. Terutama bagi kita yg terlanjur beranggapan bahwa kebahagiaan dan kemulian identik dg tidak adanya masalah di dalam hidup. Tapi lupa bahwa manusia-manusia yg paling mulia (misal Nabi Musa, Nabi Muhammad dan Nabi Isa) kenyang ditimpa masalah dan musibah. Bahkan Nabi bersabda bahwa para nabi adalah manusia yg paling banyak ditimpa musibah (baca:cobaan).

Musibah Membawa Berkah
Marilah kita mundur sejenak mengenang perjalanan hidup beberapa orang-orang besar dan mulia dan dimuliakan sepanjang sejarah. Nabi Musa diuber-uber Raja Firaun yg sangat bengis beserta pasukan perang dan jamaah ahli sihir. Dan beliau menjadi nabi besar, bisa jadi setelah ditindas oleh kekuatan paling besar pada jaman itu. Pemuda bernama Soekarno tiba-tiba muncul jadi tokoh besar dunia setelah ditindas oleh kekuatan raksasa di Hindia Belanda. Gus Dur dan Megawati secara mengejutkan naik tahta jadi Presiden RI setelah puluhan tahun ditindas oleh kekuatan raksasa Orde Baru.

Musibah membawa berkah, sebuah paradoks yg aneh tapi nyata. Sebuah tantangan sekaligus peluang. Musibah bisa dimaknai cobaan dari Tuhan YME guna menguji kesabaraan, keteguhan, dan jiwa besar. Kita tahu  bahwa masalah besar adalah perkara kecil di mata orang yg berjiwa besar, dan bahwa masalah kecil adalah perkara besar di mata orang yg berjiwa kerdil.

Seperti yg sudah pernah saya tulis di sini:
http://filsafat.kompasiana.com/2009/12/22/kiat-meraih-sukses-setelah-dizalimi-memaafkan-sebuah-pengalaman/

Akhirnya Terserah Prita. Setelah mengikuti perjalanan kasus Prita-Omni maka saya berkeyakinan bawa Prita cukup kuat dan tabah untuk menghadapi semua itu. Dia bisa jadi simbol perlawanan wong cilik yg haus keadilan. Dia juga berpeluang untuk menjadi tokoh besar yg secara kecelakaan telah "dibesarkan" oleh RS Omni. Dan untuk "naik kelas dg lompatan jauh ke atas" langit spiritual dan untuk panen raya buah kekayaan hati juga kebesaran jiwa. Dan Dengan bonus rejeki lahir-batin melimpah ruah yg tidak pernah disangka-sangka oleh siapapun. Maka mungkin saja Prita berterimaksih kepada RS Omni dg caranya sendiri. Entahlah!

Bagaimana kalo pertanyaannya dibalik menjadi: Mungkinkah RS Omni Berterimakasih kepada Prita Mulyasari? Dan apa pula alasannya?

Sekali lagi ini hanya sebuah renungan dari saya sendiri untuk belajar mengambil hikmah di balik peristiwa, tragedi, dan musibah. Kalo cocok silakan dicomot, kalo tidak cocok jangan repot-repot hehehe....Semoga menjadi renungan yg bermanfaat. Wassalam.
*
*
Ragile, 30des2009

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun