Media sosial telah membawa perubahan besar dalam cara kita menikmati dan membuat karya sastra. Di satu sisi, platform seperti Instagram, X dan TikTok membuka peluang bagi penulis baru untuk memperkenalkan karya mereka kepada audiens yang lebih luas.Â
Media sosial juga menciptakan komunitas literasi, seperti grup diskusi di Facebook, menciptakan berbagai tagar, dan klub buku virtual yang dapat mempertemukan para pembaca dan penulis dari berbagai latar belakang. Fenomena ini membantu memperluas literasi terhadap genre-genre tertentu yang diminati.Â
Namun, tantangan tetap ada. Algoritma media sosial sering kali memprioritaskan konten populer ketimbang karya yang berkualitas. Akibatnya, penulis yang menolak mengikuti arus tren sulit mendapatkan perhatian.Â
Pada akhirnya, dunia sastra di media sosial harus tetap berjaga-jaga. Media sosial memberi peluang tak terbatas bagi para kreator untuk berekspresi, tetapi juga menuntut kita untuk tetap kritis dan selektif. Maka dari itu, untuk masa yang akan datang penting bagi komunitas sastra untuk menjaga keseimbangan antara popularitas dan kualitas agar nilai-nilai sastra tetap lestari di tengah derasnya arus digital.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI