Bahasa Indonesia menyimpan sejuta pesona, tidak hanya dari kekayaan strukturnya tetapi juga dari kosakata yang jarang kita dengar. Pernahkah Anda mendengar kata "candramawa", yang berarti hitam bercampur putih? Atau kata "asmaraloka", dunia cinta kasih yang penuh keindahan? Kata-kata seperti ini sering muncul dalam karya sastra, tetapi sayangnya, jarang terlintas dalam percakapan sehari-hari.
Kosakata seperti "baskara" (matahari) atau "jumantara" (awang-awang langit) memiliki daya puitis. Kata-kata ini tak hanya menggambarkan sesuatu, tetapi juga membawa nuansa yang indah. Misalnya, "redum" (suram, mendung) bisa digunakan untuk menggambarkan suasana hati atau cuaca dengan indah. Namun, ada pula kata yang memiliki makna unik dan relevan dalam kehidupan sehari-hari, seperti "adarusa" (orang yang meminjam sesuatu tanpa niat mengembalikannya). Kata ini bisa menjadi sindiran halus di tengah percakapan santai. Kosakata seperti ini tak hanya memperkaya bahasa kita tetapi juga menggugah imajinasi. Kata "bahtera" (kapal) atau "ancala" (gunung) bisa menjadi inspirasi bagi karya seni atau sastra. Sementara itu, kata seperti "nestapa" (kesedihan mendalam) mampu menyentuh emosi pembaca dalam karya sastra.Â
Menghidupkan kosakata langka seperti "nirmala" (bersih, suci) atau "rahayu" (selamat, tenteram) adalah salah satu cara menjaga keindahan bahasa Indonesia. Mari mulai menggunakan kata-kata ini, baik dalam tulisan, percakapan, atau karya sastra. Siapa tahu, kata yang jarang terdengar ini bisa menjadi tren baru yang menghidupkan kembali kekayaan bahasa Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H