Mohon tunggu...
Ragam Potret
Ragam Potret Mohon Tunggu... Jurnalis - Menangkap Berita Memotret Realita

Ragam Potret adalah media massa yang fokus menyajikan berita seputar bahasa dan sastra Indonesia. Dengan slogan Menangkap Berita dalam Satu Bingkai Cekrek!. Adapun data dan struktur perusahaan kami sebagai berikut. Pimpinan Umum: Dr. David Setiadi, M.Hum., Manajemen Perusahaan Pimpinan Perusahaan: Najwa Rahila Agustiana, Sekretaris: Annisa Syaqila Supriatna, Bendahara: Najwa Ashma Najiyah, Manajemen Redaksi Pimpinan Redaksi: Annisa Syaqila Supriatna, Wakil Redaksi: Ismi Nurramadhan, Sekretaris: Is-Ma-Ae Tahloding, Editor: Annisa Syaqila Supriatna, Penulis: Ismi Nurramadhan. Alamat Perusahaan: Jl. R. Syamsudin, S.H. No. 50, Cikole, Kec. Cikole, Kota Sukabumi, Jawa Barat 43113 Gedung Perusahaan: Gedung E, Ruang E13, Laboratorium PBSI Email: ragampotret@gmail.com Instragram: ragampotret23 Penanggung Jawab Perusahaan: Najwa Rahila Agustiana 0858-6451-2530 Penanggung Jawab Redaksi: Annisa Syaqila Supriatna 0895-1681-1696

Selanjutnya

Tutup

Seni

Sastra Lisan: Menghidupkan Kembali Sastra Lisan di Era Digital

21 Desember 2024   22:03 Diperbarui: 21 Desember 2024   22:03 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sastra lisan merupakan salah satu bentuk kekayaan budaya Nusantara, yang kini menghadapi tantangan besar di era digital ini. Sastra lisan salah satunya yaitu dongeng, pantun, dan syair yang dahulu menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat kini semakin tergerus oleh perkembangan teknologi. Namun, bukan berarti sastra lisan kini kehilangan tempatnya. Justru di era digital ini, kita dapat menjadikan suatu peluang untuk menghidupkan kembali warisan ini.

Salah satu kendala utama adalah minimnya apresiasi terhadap sastra lisan. Banyak generasi muda yang menganggapnya kuno dan kurang relevan. Padahal, sastra lisan adalah media pembelajaran yang kaya akan nilai moral, filosofi hidup, dan identitas budaya. Dengan teknologi, cerita-cerita ini dapat dikemas ulang dalam bentuk yang lebih menarik seperti podcast, atau video animasi.

Adapun beberapa cerita rakyat yang hanya hidup dalam ingatan para sesepuh tanpa tercatat secara formal. Tanpa adanya upaya untuk melestarikan atau menjaga cerita-cerita tersebut, yang berpotensi hilang selamanya. Oleh karena itu, dibutuhkan peran yang baik untuk mengarsipkan sastra lisan dalam bentuk digital.

Selain itu, kreativitas juga diperlukan agar sastra lisan relevan dengan audiens modern. Cerita rakyat bisa diadaptasi menjadi konten media sosial, drama, atau hal-hal lainnya yang relevan pada zaman digital ini. Khususnya generasi muda yang melekat dengan teknologi bisa belajar mencintai budaya mereka sendiri melalui media yang lebih sesuai dengan gaya hidup mereka.

Melestarikan sastra lisan bukan hanya tanggung jawab budaya, tetapi juga langkah untuk memperkuat identitas nasional. Dengan memanfaatkan teknologi, kita tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga memastikan bahwa nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya tetap hidup dan relevan di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun