Mohon tunggu...
Raga Anugrah
Raga Anugrah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pembelajar sepanjang hayat yang senang dengan isu politik, kebudayaan, filsafat, dan ilmu humaniora lainnya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Identitas dan Benturan Peradaban: Mengkritisi Huntington

7 Mei 2023   19:42 Diperbarui: 7 Mei 2023   22:09 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Clash of Civilization merupakan buku karya Samuel P. Huntington yang amat masyhur. Buku ini berisi teori dan hipotesis Huntington untuk menjelaskan konstelasi politik dunia pasca Perang Dingin. 

Menurut Huntington, persoalan politik antar bangsa adalah pertarungan antar dua peradaban yang akan menghasilkan pemenang sebagai peradaban terluhur. Pada masa sebelumnya, pertarungan peradaban terjadi dan direpresentasikan oleh Uni Soviet melawan Amerika Serikat. 

Uni Soviet dan Blok Timur merepresentasikan peradaban yang berpegang pada komunisme dan ideologi kiri, sedangkan Amerika Serikat dan Blok Barat merepresentasikan liberalisme dan kapitalisme. Keduanya mengalami persaingan militer, ekonomi, dan ilmu pengetahuan dari 1947-1991. Peristiwa itu dikenal sebagai Perang Dingin Blok Timur dengan Blok Barat.

Namun pada tahun 1991 Uni Soviet mengalami keruntuhan. Representasi sang komunis kiri telah tumbang. Hal ini berarti Amerika Serikat, Barat, liberalisme dan kapitalisme menjadi pemenangnya. Benturan peradaban pada Perang Dingin telah berakhir. 

Namun demikian, jika kita kembali pada teori Huntington, pasca keruntuhan Uni Soviet dan ideologi kiri, maka Barat dan liberalisme mesti menemui peradaban baru sebagai lawan. Peradaban baru ini oleh Huntington diidentifikasi sebagai Islam. 

Benturan peradaban selanjutnya adalah Islam dengan Barat. Huntington berpendapat demikian sebab melihat fenomena Islam politik yang ada. Bangkitnya Islamisme di Iran, Afghanistan, Teluk dan negara-negara mayoritas Islam lainnya. 

Pandangan ini didukung dengan maraknya populisme dan politik identitas Islam di negara-negara Barat yang menerima imigran keturunan Arab-Afrika beragama Islam. Beberapa di antaranya menjelma gerakan sosial politik, demi menuntut keadilan bagi kaum imigran yang terpinggirkan.

Tesis Huntington ini didukung oleh studi Islam di universitas-universitas Barat. Banyak peneliti dan para sarjana yang mendapati bahwa Islam tidak kompatibel dengan demokrasi. Sedangkan menurutnya demokrasi dan liberalisme itu sendiri adalah satu paket ideologi. Maka benar adanya jika benturan peradaban pasca Perang Dingin adalah Islam dengan Barat. Setidaknya begitulah menurut mereka.

Namun demikian, rupanya dugaan Huntington itu tidak sepenuhnya dapat dibenarkan. Jika beranggapan bahwa benturan peradaban modern adalah Islam melawan Barat dengan melihatnya banyaknya politik identitas dan populisme, maka seharusnya tidak ada politik identitas lain selain Islam. Tetapi jika kacamata politik identitas diperluas, maka sebenarnya fenomena itu bukan soal Islam melawan Barat. 

Politik identitas dan populisme terjadi tidak hanya pada masyarakat muslim. Di Amerika politik identitas dan populisme terjadi dalam bentuk yang berbeda. Sentimen anti kulit hitam yang melahirkan black live matter, supremasi kulit putih yang anti terhadap ras lain, hingga slogan populisme ala Trump yakni make american great again. 

Fenomena lain yang serupa juga terjadi di banyak negara di belahan dunia, tak terkecuali Eropa. Jika penulis boleh beropini, masuknya masyarakat dalam polarisasi politik identitas bukanlah persoalan Islam-Barat. Namun perbedaan kebudayaan dan etnis yang modern ini saling terhubung dan berinteraksi satu sama lain yang menimbulkan xenophobia karena keasingan antara satu masyarakat dengan yang lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun