Â
Pondok Pesantren salah satu lembaga pendidikan Islam terkemuka di Indonesia, jauh dari pendidikan tradisional dan ketinggalan jaman yang selalu mengekang kebebasan  perempuan. Namun kebebasan yang dimaksud di sini adalah kebebasan yang memberikan kesempatan bagi perempuan untuk  mengekspresikan gagasannya melalui pengorganisasian dan partisipasi dalam berbagai kegiatan penting. Selain itu, nilai kesetaraan gender  di lingkungan pesantren juga terlihat pada interaksi antara santri dan santriwati, dimana santri laki-laki terlihat sangat menghargai dan menghormati santri perempuan. Keadaan ini sebenarnya bukan disebabkan oleh wacana kesetaraan gender yang  sedang marak di masyarakat, melainkan karena  pemahaman para pimpinan  pesantren tentang bagaimana umat Islam memandang dan memperlakukan perempuan dan sesamanya. Pemahaman tersebut diterapkan  kepada para santri oleh pengurus pondok pesantren dengan menyelenggarakan berbagai kegiatan yang tidak hanya memberikan kesempatan berprestasi bagi santri laki-laki, namun juga memberikan kesempatan bagi santri perempuan untuk mengikuti kegiatan tersebut. Pemahaman yang diterapkan oleh dosen pembimbing menyampaikan pemahaman yang sama tentang sikap hormat dan hormat terhadap siswa perempuan terhadap siswa laki-laki dan sebaliknya. Kebebasan bagi siswa laki-laki dan perempuan untuk bertindak dengan menggunakan bahasa dan buku yang sama dan bagi siswa untuk berpartisipasi dalam komunitas yang sama, sehingga mengarah pada keadilan dan kesetaraan gender dalam aktivitas sehari-hari seperti  proses pembelajaran
Â
Pondok Pesantren sebagai representasi  lembaga pendidikan Islam  di Indonesia  jauh dari pendidikan tradisional dan ketinggalan jaman yang selalu mengekang kebebasan  perempuan. Namun kebebasan yang dimaksud di sini adalah kebebasan yang memberikan kesempatan bagi perempuan untuk  mengekspresikan gagasannya melalui pengorganisasian dan partisipasi dalam berbagai kegiatan penting. Selain itu, nilai kesetaraan gender  di lingkungan pesantren juga terlihat pada interaksi antara santri dan santriwati, dimana santri laki-laki terlihat sangat menghargai dan menghormati santri perempuan. Kenyataannya, keadaan tersebut bukan disebabkan oleh wacana kesetaraan gender yang saat ini  marak di masyarakat, melainkan karena  pemahaman pengelola pesantren terhadap cara pandang dan pandangan umat Islam terhadap perempuan dan sesama umat Islam. Pemahaman tersebut diterapkan  kepada para santri oleh pengurus pondok pesantren dengan menyelenggarakan berbagai kegiatan yang tidak hanya memberikan kesempatan berprestasi bagi santri laki-laki, namun juga memberikan kesempatan bagi santri perempuan untuk mengikuti kegiatan tersebut. Pemahaman yang diterapkan oleh dosen pembimbing menyampaikan pemahaman yang sama tentang sikap hormat dan hormat terhadap siswa perempuan terhadap siswa laki-laki dan sebaliknya. Semoga keadilan dan kesetaraan terwujud antara kedua jenis kelamin dalam kehidupan kita sehari-hari.
Â
Â
Adriana, I. (2009). Kurikulum Berbasis Gender.
Â
Siti Rokhimah. (2014). atriarkhisme Dan Ketidakadilan Gender. MUWAZAH: Jurnal Kajian Gender.
Â
Umar, N. (2010). Argumen Kesetaraan Gender. jakarta: Dian Rakyat.