Kasus peretasan PDN membuat geram masyarakat Indonesia karena penyebabnya yang terbilang sepele, yaitu kelalaian dalam back up data. Pada saat itu, pemerintah terkena Ransomware Brain Cipher, ransomware berbahaya yang dapat mengunci file penting dengan enkripsi khusus secara instan. Sesuai dengan namanya, ransomware ini memaksa korban untuk membayar sejumlah uang dalam batas waktu tertentu untuk mendapatkan kunci dekripsinya.
PDN merupakan pusat penyimpan data yang berperan penting dalam mengumpulkan berbagai data dari bermacam-macam sektor di Indonesia. Akan tetapi, PDN belakangan ini telah menjadi target serangan siber. Brain Cipher ini tentunya tidak hanya menargetkan data organisasi besar, tetapi juga dapat mencuri data pribadi dari masyarakat melalui PDN. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang geger atas gagalnya keamanan siber di pemerintahan Indonesia.
Brain Cipher bekerja dengan memanfaatkan celah-celah pada keamanan sistem untuk mengunci file menggunakan algoritma yang rumit. Hal tersebut membuat file-file korban tidak bisa dibaca sama sekali. Setelah dilakukan enkripsi pada data, peretas kemudian meminta tebusan uang dalam bentuk kripto kepada korban dalam batas waktu yang telah ditentukan (Symantec, 2023).
Data pribadi memiliki nilai tinggi di pasar gelap sehingga menjadi target utama serangan siber (Verizon, 2024). Informasi sensitif seperti nomor KTP, alamat, dan detail bank dapat disalahgunakan oleh peretas untuk melakukan pencurian identitas atau penipuan finansial.
Untuk melindungi data pribadi dari ancaman ransomware seperti Brain Cipher, ada beberapa langkah praktis yang bisa diambil. Pertama, pastikan Anda back up data secara berkala ke perangkat penyimpanan eksternal atau layanan cloud, sehingga Anda bisa memulihkan data jika terjadi serangan. Kedua, gunakan autentikasi dua faktor (2FA) pada semua akun online karena ini akan menambah lapisan keamanan tambahan yang sulit ditembus oleh peretas. Ketiga, hindari mengunduh lampiran atau mengklik tautan yang mencurigakan di email maupun media sosial. Keempat, gunakan password manager untuk membuat dan menyimpan kata sandi yang kuat dan unik bagi setiap akun Anda. Terakhir, pastikan semua perangkat dan perangkat lunak Anda diperbarui secara berkala untuk menutup celah keamanan yang dapat dimanfaatkan oleh peretas.
Meningkatkan kesadaran tentang ancaman siber sangatlah penting, terutama dengan maraknya serangan ransomware seperti Brain Cipher. Edukasi tentang cara mengenali serangan phishing dan langkah-langkah perlindungan lainnya bisa membantu masyarakat agar lebih waspada. Teknik phishing ini sering digunakan untuk mengakses informasi sensitif, seperti kata sandi dan data keuangan. Dengan memahami ciri-ciri pesan atau email yang mencurigakan---seperti pengirim yang tidak dikenal, kesalahan tata bahasa, atau tautan yang tampak tidak wajar---masyarkat dapat lebih waspada dan mampu menghindari potensi serangan.
Selain itu, langkah-langkah lain yang juga perlu diajarkan meliputi penggunaan kata sandi yang kuat, penerapan autentikasi dua faktor, serta pembaruan perangkat lunak secara berkala. Melalui kampanye kesadaran siber, baik melalui komunitas, seminar, maupun materi edukasi daring, pemahaman masyarakat mengenai risiko siber dapat ditingkatkan. Pendekatan ini diharapkan dapat membangun budaya ketahanan siber yang lebih tangguh serta melindungi individu dan institusi dari ancaman yang semakin kompleks. Kasus peretasan PDN oleh Brain Cipher adalah pengingat bagi kita semua bahwa tidak ada yang kebal dari serangan siber. Dengan menerapkan langkah-langkah sederhana seperti melakukan backup data, menggunakan enkripsi, dan memperbarui sistem secara berkala, kita bisa melindungi data pribadi dari ancaman ransomware yang semakin canggih (CISA, 2023).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H