Mohon tunggu...
raframa yahya
raframa yahya Mohon Tunggu... -

Saellvertu I IR UA'15

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Litvinenko, Munir dan Mirna

15 Februari 2016   23:44 Diperbarui: 19 Februari 2016   00:30 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awal tahun 2016, berita tentang Alexander Litvinenko kembali mencuat setelah Mahkamah Agung membeberkan hasil penyidikan setelah bertahun-tahun sejak kematiannya. Litvinenko, mantan kolonel KGB atau badan intelijen Rusia itu tewas pada 23 November 2006 setelah mengonsumsi teh di salah satu apartemen milik teman lamanya saat di Rusia. Hasil otopsi menyebutkan bahwa ditemukan kandungan polonium tingkat tinggi pada minuman teh yang dikonsumsi Litvinenko.

Hasil penyidikan yang berlangsung selama 9 tahun membeberkan fakta bahwa Vladimir Putin, politisi yang kontroversial di Rusia sebagai dalang dari kematian Litvinenko, yang juga dikenal sebagai kritikus paling wahid. Hal itu tidak begitu mengejutkan banyak pihak, sebab selama hidupnya, Litvinenko sering mengecam berbagai hal yang berhubungan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Tidak hanya itu, Litvinenko juga sempat memperoleh penghargaan gelar “Veteran MUR” atas operasi-operasi yang dilakukannya dengan MUR atau Departemen investigasi Kriminal Moskwa. Litvinenko juga dikenal sebagai mantan mata-mata dari Rusia sebelum akhirnya pindah dan tewas di London.

Berita tentang terbunuhnya Litvinenko dari racun yang dibubuhkan ke dalam teh yang dikonsumsinya mengingatkan publik Indonesia akan kematian aktivis senior HAM, Munir Said Thalib, yang tewas diracun di pesawat Garuda dalam perjalanannya menuju Amsterdam untuk melanjutkan studinya.

Munir yang sempat menangani kasus Marsinah, buruh yang hilang asal Sidoarjo itu tewas pada 7 September 2006, selang dua tahun sejak berita tewasnya Litvinenko tersebar luas. Jika polonium ditemukan dalam tubuh Litvinenko, ditemukan zat arsenik yang tercampur dalam makanan yang dikonsumsi Munir.

Meski Pollycarpus, pilot Garuda Indonesia sudah ditetapkan menjadi tersangka dan sudah menjalani hukuman, namun hingga kini misteri kematian Munir masih terus mendesak pemerintah untuk segera diselesaikan. Kematian Munir juga mampu menjadi rapor merah terendiri bagi beberapa masa pemerintahan yang tidak segera menyelesaikan kasusnya.

Dua kasus pembunuhan dengan racun yang menimpa dua aktivis sekaligus tokoh paling wahid dalam menumpas ketidakadilan ini menjadi kasus yang perlu menjadi perhatian bagi pemerintah dan masyarakat.

Litvinenko dikenal sebagai mata-mata sekaligus pengkritik kebijakan, sedangkan Munir dikenal sebagai pejuang hak asasi manusia, terutama bagi kaum buruh yang terus menuntut haknya pada Pemerintah. Kedua tokoh ini tewas dengan cara yang tidak begitu berbeda. Diracun dan meninggalkan misteri.

 [caption caption="kasus hak asasi manusia dapat dicegah dan diselesaikan oleh tiap individu"][/caption]

Berbeda lagi dengan kasus Mirna, terduga pembunuh Jessica yang mencuat bersamaan dengan terangkatnya kasus Alexander Litvinenko. Pembunuhan rekan menggunakan sianida yang dicampurkan dalam kopi. Kasus kontroversial yang belum menemukan titik terang ini hampir serupa dengan kasus Litvinenko dan Munir.

Selain penggunaan racun, pengusutan tersangka dan dalang membutuhkan proses yang alot. Meski Jessica bukan salah seorang aktivis maupun politikus seperti Litvinenko dan Munir, namun kasus ini tetap menjadi kasus Hak Asasi Manusia yang sudah sepatutnya ditinjau, bukan hanya oleh pihak yang berwenang, namun juga rakyat dalam menyikapi kasus dan lebih membentengi diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun