Mohon tunggu...
Rafni Melisa Putri
Rafni Melisa Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - MAHASISWA PLS FIP UNP

Hobi saya adalah memasak

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Hilangnya Peran Orangtua terhadap Anaknya Akibat dari Sebuah Perceraian

6 Juni 2023   23:08 Diperbarui: 7 Juni 2023   08:57 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Pada zaman sekarang banyak sekali kita jumpai remaja yang mudah depresi atau frustasi karena berbagai faktor. Entah itu masalah pribadi atau masalah lingkungan. Salah satu faktor yang sering menyebabkan depresi pada remaja adalah faktor dari lingkungan keluarganya. Karena saat ini marak sekali sebuah perceraian dalam keluarga yang bisa secara tidak langsung mempengaruhi keadaan psikologis anak. Perceraian dapat terjadi karena faktor perselingkuhan, kekerasan, perbedaan pendapat, keegoisan, ekonomi, dan banyak sekali faktor yang bisa menyebabkan terjadinya perceraian. Anak yang berada dalam keluarga seperti ini biasanya disebut dengan anak broken home. Broken home merupakan situasi atau kondisi keluarga dimana keharmonisan yang diharapkan banyak orang sudah tidak ada lagi. Situasi ini sangat berdampak besar pada hubungan antara orang tua dan anak-anak, baik dari segi komunikasi, mental, psikologis, dan pendidikan seorang anak.

Di sisi lain, masa remaja merupakan masa di mana seseorang mengalami perkembangan dari anak-anak menuju dewasa. Definisi lain mengatakan masa remaja adalah masa ketika seorang anak tumbuh ke tingkat orang dewasa yang tidak dapat ditentukan secara pasti (Yessy, 2015). Masa remaja berkisar antara umur 12-19 tahun. Pada masa ini adalah masa yang sulit bagi remaja karena akan menghadapi hormon yang berkecamuk, tanggung jawab yang semakin besar, dan emosional yang susah diimbangi. Dan masa peralihan ini juga seorang remaja akan mencari jati dirinya sendiri seiring dengan perkembangan fisik dan psikisnya.

Selama menjalankan proses perkembangan, remaja sangat membutuhkan dukungan dan perhatian dari orang-orang yang menyayanginya dan yang dicintainya yaitu dari orang tuanya. Remaja perlu bimbingan, arahan, nasihat, perlindungan, keamanan, dan pendidikan. Sementara bisa kita lihat saat ini banyak sekali anak yang tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian penuh dari orang tuanya, karena permasalahan yang terjadi di lingkungan keluarganya. Padahal orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan anaknya.

Permasalahan yang terjadi ini disebabkan karena hilangnya keharmonisan di dalam keluarga sehingga menimbulkan perceraian. Ketika orang tua sering bertengkar dan/atau berdebat kemudian menimbulkan kesalahpahaman dan pertengkaran di lingkungan rumah, anak bisa menjadi stres dan bingung harus berpihak ke mana. Sedangkan dirinya sendiri penuh dengan masalah remaja yang dialaminya. Hal ini dapat membuat anak cenderung memiliki perilaku yang berbeda dengan anak-anak lainnya yang masih memiliki keluarga utuh, perbedaannya bisa dilihat dari perilakunya. Kebanyakan anak yang broken home memiliki sifat pendiam, keras kepala, temperamental, dan bahkan menentang orang tuanya. Disebabkan karena anak-anak dari keluarga broken home kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya.

Selain itu, banyak juga faktor yang ditimbulkan dari latar belakang keluarga yang berpisah dalam perceraian atau broken home terhadap anak, yaitu mereka mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif karena mereka tidak lagi dalam pantauan orang tua. Lantaran orang tua, baik ayah maupun ibu, tidak lagi tinggal serumah dengan anak-anaknya, orang tua memiliki kesibukan masing-masing sehingga tidak ada waktu untuk memperhatikan anaknya, bahkan membebaskan anak berbuat semaunya. Biasanya keluarga broken home memiliki pola komunikasi permisif, kondisi ini pada akhirnya mempengaruhi psikologi anak, dengan kata lain penerapan pola komunikasi permisif memengaruhi hubungan interpersonal dan mengarah pada komunikasi yang buruk antara orang tua dan anak-anaknya.

Kemudian dampak lain yang diakibatkan dari keluarga broken home ialah prestasi belajar anak menurun drastis, karena kurangnya motivasi belajar dari orang tuanya. Mereka mengalami banyak kesulitan yang dihadapi dalam hal belajar baik itu di sekolah maupun di rumah, konsentrasinya selalu menurun dan mengarah pada fakta bahwa anak sulit menerima pelajaran yang diberikan, dan sering terlihat menyendiri dan tidak mau bergaul dengan banyak orang.

Selanjutnya dampak lainnya adalah anak memiliki perilaku agresif. Ada beberapa insiden kekerasan merupakan manifestasi dari perilaku agresif, baik kekerasan secara verbal maupun non-verbal. Perilaku agresif juga disebabkan oleh kecemasan masa kecil dan kesepian. Jadi untuk menghindari kekerasan ini memerlukan pendekatan khusus, seperti pendekatan biologis, pendekatan sosiologis, situasional dan humanistik. Namun, pendekatan apa pun yang diambil, akan gagal kecuali inti masalahnya ditangani. Perilaku ini muncul sebagai bentuk keinginan anak untuk mendapat perhatian dari orang lain, karena ia tidak menerimanya di rumah. Selain itu juga karena kurangnya pengawasan orang tua dan pengenalan tata krama yang baik. Sehingga anak broken home bisa memiliki perilaku menyimpang.

Mereka juga sering mendapat stigma dari masyarakat bahwa seorang anak yang berada dalam keluarga broken home mendapat citra buruk di mata masyarakat. Orang-orang masih berpikir bahwasanya anak dari keluarga broken home adalah anak nakal yang tidak bisa diatur hingga akhirnya hanya akan menjadi sampah masyarakat. Karena masyarakat menganggap mereka minim ilmu agama dari orang tuanya. Adanya stigma ini harus diubah karena tidak semua anak yang berasal dari keluarga broken home adalah anak nakal yang tidak bisa diatur. Anak-anak yang berasal dari keluarga broken home cukup banyak yang berprestasi di sekolahnya. Bagaimana sikap anak itu tergantung bagaimana kepribadian anak dan peran dari keluarganya. Sebagian besar orang tua yang bercerai, baik ayah maupun ibu, mereka masih memperdulikan anaknya dan tetap menyayangi anaknya. Orang tua yang bercerai bahkan berebut untuk mendapatkan hak asuh atas anak-anak mereka.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa perceraian yang terjadi dalam sebuah keluarga dapat menyebabkan banyak sekali dampak terhadap anak. Perceraian dapat terjadi karena faktor perselingkuhan, kekerasan, perbedaan pendapat, keegoisan, ekonomi, kesalahpahaman dan masih banyak lagi faktor penyebabnya. Dampak yang diakibatkan dari hal ini yaitu orang tua tidak lagi menjalankan perannya sebagai orang tua yang memberikan kasih sayang dan perhatian penuh terhadap anaknya, dengan kurangnya perhatian dari orang dapat menyebabkan anak dengan mudah terjerumus kepada hal-hal negatif sehingga masa depan anak bisa terancam. Oleh karena itu, anak-anak perlu tetap terus mendapatkan pengasuhan dengan kualitas yang sama dari kedua orang tuanya, meskipun orang tua tidak lagi tinggal bersama di rumah yang sama, tetapi ada beberapa peran sebagai orang tua yang tetap dapat dilakukan bersama. Dengan begitu,  anak mengetahui bahwa meskipun orang tuanya sudah bercerai dan tidak lagi tinggal serumah, tetapi tetap memberikan peran dan kasih sayang kepada anaknya agar anak-anaknya dapat terus menganggap mereka adalah orang tuanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun