Sungai Cisadane yang mengalir sepanjang 126 kilometer, merupakan salah satu sungai utama di wilayah Jabodetabek. Mengalir dari kaki Gunung Gede Pangrango hingga bermuara di Laut Jawa, sungai ini melintasi daerah-daerah penting seperti Kabupaten Bogor dan Tangerang. Dengan luas daerah aliran sungai (DAS) mencapai 1.343,77 kilometer persegi, Ci sadane tidak hanya berfungsi sebagai sumber air bagi masyarakat sekitar, tetapi juga memiliki peran vital dalam irigasi pertanian dan kegiatan pariwisata. Namun, sebagai salah satu sungai terpanjang di Jawa Barat, Sungai Cisadane telah mengalami degradasi kualitas air yang cukup parah akibat aktivitas manusia. limbah dan sampah yang dibuang secara sembarangan telah mencemari sungai ini, mengancam ekosistem dan kesehatan masyarakat sekitar sungai. Tantangan pencemaran dan pengelolaan sumber daya air menjadi isu penting yang perlu diatasi untuk menjaga keberlanjutan ekosistem sungai ini, sehingga Sungai Cisadane seharusnya dapat menjadi sumber daya alam yang berkelanjutan dan berguna bagi penduduk Bogor dan Tangerang.
Sungai Cisadane telah kian lama mengalami pencemaran. Berdasarkan berbagai data penelitian, kualitas air sungai tersebut dikategorikan tercemar dalam berbagai kelas. Penyebab utama yang mencemari Sungai Cisadane adalah limbah domestik seperti sampah rumah tangga, limbah industri, dan perubahan tata guna lahan, yang dimana, proses-proses pengolahan limbah tersebut tidak memadai sehingga mencemari badan sungai. Aktivitas manusia telah menyebabkan degradasi kualitas air, sebagaimana yang ditunjukkan oleh parameter Biological Oxygen Demand atau “BOD” serta Dissolved Oxygen atau “DO”. Hal ini sangat ironis, dikarenakan sungai memiliki berbagai macam manfaat bagi manusia, namun hal yang menyebabkan rusaknya salah satu sumber kehidupan tersebut adalah manusia itu sendiri, manusia yang sangat membutuhkan sumber daya ini.
Video Pencemaran Sungai Cisadane. (Sumber : DW Indonesia)
Untuk memantau kondisi ini, telah dikembangkan sistem pemantauan kualitas air berbasis metode STORET yang menyediakan data secara real-time. Selain itu, berbagai langkah pemulihan seperti reboisasi dan pengelolaan kawasan hijau terus dilakukan untuk mengurangi dampak kerusakan. Namun, keberhasilan upaya tersebut membutuhkan sinergi dari berbagai pihak—pemerintah, masyarakat, dan sektor industri. Partisipasi aktif dalam menjaga keberlanjutan Sungai Cisadane melalui edukasi, kepatuhan terhadap kebijakan lingkungan, serta penerapan teknologi pengolahan limbah menjadi kunci utama untuk melestarikan sumber daya vital ini.
Sungai Cisadane, sebagai nadi kehidupan bagi jutaan penduduk Jabodetabek terutama Bogor dan Tangerang, membutuhkan perhatian serius dari semua pihak. Upaya pelestarian dan pemulihan ekosistem sungai tidak dapat dilakukan sendirian. Pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan akademisi harus bersinergi dalam mencari solusi yang komprehensif. Setiap individu memiliki peran penting dalam menjaga kelestariannya, mulai dari hal-hal kecil seperti tidak membuang sampah sembarangan hingga ikut serta dalam kegiatan pembersihan sungai. Dengan kesadaran dan tindakan nyata dari kita semua, mari kita jadikan Sungai Cisadane sebagai warisan yang berharga bagi anak cucu kita, sehingga dapat kembali menjadi sungai yang bersih, sehat, dan bermanfaat bagi generasi mendatang.
Referensi
Siahaan. (2011). Kualitas Air Sungai Cisadane, Jawa Barat - Banten (Water Quality of Cisadane River, West Java - Banten. Jurnal Ilmiah Sains, 11. Vol. 08 No. 01.
Ramadhawati, D., Wahyono, H. D., & Santoso, A. D. (2021). Pemantauan Kualitas Air Sungai Cisadane Secara Online dan Analisa Status Mutu Air Menggunakan Metode Storet. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan, 13, 76-91.
Iqtashada, & Febrita, J. (2023). Pengaruh Tata Guna Lahan Terhadap Kualitas Air Sungai Cisadane di Kota Bogor. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan, 8.