Mohon tunggu...
Rafly Saputra
Rafly Saputra Mohon Tunggu... -

Menyapu setiap hari/ASBI/X-SCI-LF

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Legenda Pesut Mahakam

14 Mei 2015   14:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:03 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alkisah, ada sebuah keluarga yang harmonis yang tinggal dan bermata pencaharian di suatu desa. Sepasang suami istri tersebut memiliki dua orang anak. Mereka keluarga bahagia. Anak tertua mereka ialah seorang laki-laki berusia 11 tahun dan anak sulung mereka ialah seorang perempuan berusia 10 tahun. Keluarga mereka hidup dengan baik dan harmonis. Pekerjaan ayah mereka yang sebagai petani dapat mencukupi kebutuhan keluarga. Sedangkan, ibu mereka hanya sebagai ibu rumah tangga yang baik.

Pada suatu hari, sang ibu jatuh sakit. Sakit yang parah. Ibu mereka mengalami panas yang sangat tinggi. Hingga akhirnya ayah dengan dua anaknya menangis. Ibu pergi untuk selamanya. Keluarga tersebut pun bersedih untuk waktu yang lama.

Setelah kepergian seorang istri tercinta, sang ayah pun sangat terpukul dengan apa yang menimpa keluarga mereka. Ayah kedua anak tersebut putus asa, sang ayah bermalas-malasan untuk bekerja. Seakan-akan hilang semangat hidup. Akibat perbuatan ayah mereka yang bermalas-malasan dalam mencari nafkah, kedua anak tersebut pun tak terurus dengan baik. Bahkan, anak-anak tersebut sangat kelaparan. Akan tetapi taka da yang memerhatikan mereka kala itu melihat sang ayah yang putus asa atas kehilangan istri tercintanya.

Pada suatu ketika, di desa tersebut terdapat sebuat acara menari, yang para penarinya mayoritas perempuan. Tatkala itu, seorang kepala daerah mengajak ayah tersebut untuk menyaksikan acara menari dengan bertujuan menghilangkan kesedihan atas duka yang di alami ayah tersebut kepada istrinya. Akan tetapi, sang ayah tidak mau melihat acara itu. Setelah dibujuk berkali-kali oleh kepala daerah setempat, akhirnya ayah itu mau juga untuk menonton penari-penari perempuan itu setelah si kepala daerah menyebutkan bahwa penari-penari tersebut sangat cantik. Sang ayah kemudian menerimanya tawaran kepala daerah setempat tersebut.

Terlena, tergoda, dan terpukau saat sang ayah melihat salah satu penari nan catik bak kulit yang seperti warna susu yang memancing hatinya untuk berkenalan. Setelah acara tersebut selesai, ayah itu pun dengan malu-malu berkenalan dengan san penari cantik tersebut. Setelah bercakap-cakap yang cukup lama, akhirya ayah pun menyatak perasaannya kepada penari begitu pula sebaliknya. Akibatnya hasil dari percakapan itu mereka berdua sepakat memutuskan untuk menikah. “ Aku bersedia menjadi ibu yang baik untuk kedua anakmu” ujar si penari. Mendengar hal tersebut sang ayah pun semakin cinta kepada si penari.

Setelah mendapat izin dari kedua anaknya, pernikahan dilangsungkan. Mereka resmi suami istri. Pada awalnya kedua anak tersebut senang-senang saja. Ibu baru mereka pun baik. Namun, lama-kelamaan sikap ibu mereka berubah. Menjadi lebih galak dan jahat. Saat ayah mereka bekerja untuk mencari nafkah, sang ibu tiri menyuruh mereka mencari beberapa batang kayu di hutan untuk memasak. Hal demikian dilakukan oleh ibu tirinya kepada anak-anak hampir setiap hari disaat ayah mereka sedang bekerja.

“Hei, kalian berdua. Hari ini kalian harus pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar lagi. Kalian tidak boleh pulang sebelum mendapat kayu bakar”. Ujar ibu tiri. Kedua anak tersebut menuruti dan kemudian pergi ke dalam hutan untuk mencari kayu bakar. Disaat sore hari, mereka belum juga mendapatkan kayu bakar yang sesuai dengan perintah ibu tiri mereka. Anak-anak tersebut takut dimarahi bahkan disiksa saat pulang tidak membawa kayu bakar yang banyak. Akhirnya mereka memutuskan untuk tidur dan bermalam di sebuah pondok tua yang mereka temukan di tengah hutan tersebut. Pagi tiba. Mereka berdua kemudian melanjutkan pencarian kayu bakar dengan kondisi kelaparan dan kehausan. Ditengah pencarian, mereka bertemu dengan seorang kakek yang kemudian bertanya “Apa yang kalian berdua lakukan ditengah hutan ini?” mereka berdua pun menjelaskan apa yang terjadi terhadap mereka. Kakek itu kemudian memberi beberapa buah-buahan untuk mereka yang sedang kelaparan. Terima kasih kakek.

Sesuai dengan perintah ibu tirinya, mereka pun pulang kerumah. Namun, didalam rumah tersebut tak ada seorang pun. Ayah dan ibu menghilang dari rumah. Setelah bertanya kepada tetangganya, mereka mendapat hasil bahwa tetangganya melihat sepasang suami istri dengan istrinya yang muda berjalan kearah seberang sungai. Mereka mengikuti jejak orangtuanya ke seberang sungai. Ada sebuah pondok disana. Mereka masuk kedalamnya. Alhasil tak ada seorang pun disana. Didapur hanya terdapat sebuah loyang yang masih panas dan berasap-asap. Loyang tersebut berisikan nasi yang masih panas. Berhubung mereka kelaparan, adik-kakak tersebut memakan nasi yang panas tersebut. Entah mengapa setelah memakan nasi itu, tubuh mereka berdua mendadak panas. Panas tinggi. Mereka berusaha mencari air disekitar rumah. Setelah air didalam rumah habis mereka sirami ke badan mereka yang panas, mereka kemudian keluar dari rumah untuk mencari air. Mereka melihat sebuah sungai. Mereka berlari kearah sungai itu kemudian terjun ke dalamnya. Tiba-tiba kemudian mereka berdua menjelma menjadi dua ekor pesut. Ayah pulang. Tak ada orang dirumah. Kemudian ayah tersebut melihat jejak kaki anak-anak kearah sungai. Ia mengikutinya kemudian ia melihat dua ekor pesut ditepi sungai itu. ia sadar bahwa kedua ekor pesut itu adalah anaknya. Dan ia tersadar juga bahwa isrti adalah makhluk gaib. Ia menangis. Menyesali perbuatannya. Ia pun larut dalam duka.

Budi Pekerti :

Individu

Kita sebagai manusia tak patut untuk bermalas-malasan. Akibatnya orang lain pun dapat dirugikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun