Mohon tunggu...
Rafly Firdaus
Rafly Firdaus Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar

Yang terbaik adalah dia yang telah berusaha melakukan yang terbaik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perpisahan Sekolah: Antara Apresiasi dan Kehidupan Hedonis

19 Juni 2023   17:00 Diperbarui: 19 Juni 2023   17:09 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Memasuki akhir tahun pelajaran, sudah menjadi tradisi pihak sekolah untuk melaksanakan moment perpisahan bagi peserta didiknya yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Perpisahan sekolah merupakan suatu tradisi yang ada dalam berbagai jenjang pendidikan, mulai dari Taman Kanak Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), hingga dijenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).

Perpisahan sekolah bisa dikatakan sebagai fase puncak dimana anak menyelesaikan pendidikan di sekolahnya, berpisah dengan gurunya, masyarakat sekitar sekolah, adik kelasnya, serta teman temannya yang akan mengarungi jalannya masing masing. Dengan kata lain, moment perpisahan sekolah merupakan sebuah moment yang sakral.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman moment sakral tersebut telah berkembang menjadi suatu budaya yang justru dikeluhkan oleh para orang tua peserta didik berkaitan dengan biayanya.

Mari sejenak kita mundur jauh ke belakang, saat penulis ataupun para pendidik lainnya masih menjadi seorang anak yang menjalani moment perpisahan. Pada masa itu, perpisahan sekolah dilaksanakan dengan sangat sederhana. Dengan Upacara Adat, anak anak membawa bekal masing masing dari rumah mereka. Cukup dengan memasak nasi kuning dan dimakan bersama sama. Menyanyikan tembang tembang daerah, melaksanakan "Paturay Tineung" dan jauh dari embel embel "Wisuda". Tempat pelaksanakaannya pun cukup dilakukan di halaman Sekolah, dengan panggung dan dekorasi yang sederhana.

Dewasa ini, esensi dari perpisahan sekolah kini telah jauh berbeda. Tanpa kita sadari, ada beberapa perpisahan sekolah kali ini secara tidak langsung justru memberikan contoh kepada anak untuk hidup Hedonis dan memberatkan kepada orang tua. Banyak orang tua yang mengeluhkan kegiatan perpisahan ini, terlebih karena keterbatasan dana. Ironisnya, mereka perlu mempersiapkan dana pula untuk jenjang pendidikan selanjutnya.

Jika kegiatan perpisahan sekolah yang dilakukan di hotel hotel maupun tempat mewah lainnya terus dilakukan, nantinya akan membentuk suatu budaya yang barang tentu akan ditiru oleh sekolah lainnya. Sekolah sekolah akan berlomba lomba untuk saling unjuk kemewahan dalam kegiatan perpisahan sekolah.

Penulis rasa, untuk memberikan apresiasi kepada peserta didik tidak harus dengan menggelar acara perpisahan yang Glamour dan penuh kemewahan. Cukup dengan hal yang sederhana untuk membuat segalanya dapat berkesan. Jikapun memiliki dana yang lebih, menyuguhkan anak dengan kegiatan kegiatan seperti berkemah, menanam pohon, berbagi kepada orang yang membutuhkan tentu jauh lebih bermakna dan memiliki nilai edukasi yang membentuk watak serta karakter bagi peserta didik kedepannya.

Budaya Perpisahan Sekolah dengan konsep Glamour ini tentu membutuhkan banyak biaya. Hal ini akan membentuk kesenjangan antara peserta didik dengan kondisi ekonomi yang beragam. Akan banyak anak yang memaksakan kehendaknya kepada orang tua, dan lagi lagi orang tua yang harus berkorban bahkan rela berhutang demi kebutuhan anaknya. Sekolah yang seharusnya mengajarkan hidup sederhana secara tidak langsung membentuk gaya hidup Hedonis kepada peserta didiknya.

Melalui tulisan ini, penulis berharap bahwa fenomena Perpisahan Sekolah dengan konsep Glamour ini dapat menjadi refleksi bagi kita semua. Bahwa untuk mengapresiasi peserta didik, tentunya tidak harus menerapkan gaya hidup Hedonis. Jangan sampai hanya demi mengejar pengakuan dari orang lain, kita menghilangkan esensi dari pendidikan sebenarnya, sebagai pembentukan karakter dengan nilai moral yang kokoh dan peduli terhadap sesamanya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun