rasa ini;
seperti ikan-ikan yang berenang
di ombak lepas,
terombang-ambing angin
yang setia pada laut.
ku kirim pelampung
paling hangat
yang bisa menghantarmu
pada kaki gunung
paling getir.
mulutku merapal kata-kata;
lalu kukemas dan
ku sebar luas
pada tiap-tiap penduduk laut.
mataku sembab
menahan kantuk ditubuhku.
semoga sampai dan mujarab
doaku.
pada tunggu
yang tak pernah memiliki tangga.
kalut memanggilku;
mengirim getar
di dadaku yang getir.
lalu di kepalaku
dan kepalamu;
kata-kata tiada habis dirakit--
kedua mata kosong
bibir terus mengunyah
menelan bait-bait
yang tak pernah usai tersusun.
pada semoga;
ku harap puisi ini menjadi doa
dan berakhir dalam aamiin yang sama.
Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H