Mohon tunggu...
Rafly Arido Putra
Rafly Arido Putra Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Rafly Arido Putra adalah seorang mahasiswa yang memiliki ketertarikan besar dalam dunia karir hiburan. berdasarkan ketertarikannya, ia ingin membuat konten faktual terkait dengan karir dan pekerjaan didunia hiburan atau entertaintment.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Viralnya Stereotipe dan Ekspektasi Gen Z di Dunia Kerja

24 Juni 2024   19:29 Diperbarui: 24 Juni 2024   20:05 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Belakangan ini sedang ramai diperbicangkan permasalahan antara stereotip gen z dan ekspektasinya di dunia pekerjaan. Hal ini ditandai dengan ramainya perbincangan antara ekspektasi gen z yang mempertanyakan ketersediaan mess dalam sebuah kantor. Hal ini diunggah oleh konten creator dengan nama Angel Wijaya. Dalam Video Tiktok nya, ia menjelaskan keanehannya Ketika salah satu pelamar kerja di tempat ia bekerja menanyakan ketersediaan Mess sebagai fasilitas karyawan. Hal ini tentu menuai banyak komentar dari netizen terkait dengan ekspektasi gen z dan stereotip gen z dalam dunia pekerjaan.

Sterotip adalah satu atau seperangkat prasangka yang hadir didasarkan pada penilaian atau anggapan berdasarkan karakteristik perilaku orang lain. Secara umum, penilaian tersebut dadasarkan pada ras, suku bangsa, jenis kelamin, kelompok sosial dan generasi sosial. Orang orang yang lahir dalam rentang waktu tertentu disebut dengan kelompok demografis.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Gen Z adalah generasi orang orang yang lahir pada rentang tahun 1997 sampai 2012. Per tahun 2023, Generasi ini adalah generasi yang paling mendominasi dengan jumlah hingga 74,83 jiwa atau 27,94% dari populasi rakyat Indonesia. Presentasi hasil tersebut diperlihatkan melalui perbandingan dengan kelompok demografi yang lain. Menurut Corey Seemiller, ia menyampaikan bahwa generation z adalah generasi yang sangat beragam dan dibentuk oleh perubahan sosial dan teknologi. Berdasarkan demografinya, Gen Z adalah generasi yang tumbuh dan berkembang dengan cara berinteraksi dan memahami dunia serta konteks sosial. Perkembangan Gen Z yang dipengaruhi oleh sosial media mempengaruhi ekspektasi Gen Z terhadap dunia kerja dan stereotipnya.

Kanal Youtube Satu Persen Indonesian Life School dalam videonya tentang Gen Z menjelaskan stereotip Gen Z. beberapa asumsi awal terkait dengan stereotip Gen Z adalah bahwa mereka orang orang yang gampang baper, remaja jompo, gampang stress, manja dan tidak memiliki tatak rama dalam dunia kerja. Hal ini berperngaruh ke stereotip selanjutnya yakni Gen Z menginginkan tempat kerja yang nyaman dan memberikan gaji yang besar tanpa kerja yang berat dan tanpa tekanan kerja. Satu persen menyampaikan bahwa riset terkait dengan karakteristik anak menjelaskan bahwa pengaruh masa kecil mempengaruhi karakteristik stereotip dari Gen Z. perbedaan generasi dari Gen Z dan generasi sebelumnya yang disebut Milenial memberikan perbedaan antara cara tumbuh dari dua generasi tersebut. Hal ini mengakibatkan adanya perbedaan dari milenial dalam mengurus anaknya yang ada pada generasi Gen Z yang sehari harinya telah menerima lebih banyak informasi dari sosial media. Dengan demikian, ada keterkaitan antara ekspektasi Gen Z dalam parenting dan ketidaksesuaian ekspektasi dari orang tua mereka dalam mendidik.

Ferro Ferrizka Aryananda, Executive Director Yayasan Pijar Foundation, dalam kanal Youtube Dr. Indrawan Nugroho menjelaskan pendapatnya terkait dengan stereotip Gen Z dalam dunia kerja yang cenderung negatif. Gen Z yang tumbuh dengan sosial media terbiasa mendapatkan informasi dengan mudah dan sangat cepat. Hal ini mengakibatkan luasnya referensi tentang hal hal yang ideal dalam dunia kerja akan tetapi berdasarkan informasi yang terpotong potong. Ia menekankan contoh ini Ketika Gen Z mendapatkan informasi melalui TikTok. Dengan demikian, Gen Z terbiasa untuk melihat hasil akhir yang ideal tanpa diberikan informasi yang lengkap dan menyeluruh terkait dengan cara untuk sampai pada hasil akhir tersebut. Sehingga, yang terjadi adalah minimnya ekspektasi perjuangan dalam mencapai kesuksesan. Aryananda juga menyampaikan bahwa Gen Z harus menyadari bahwa dunia itu kejam dan tidak pernah ideal. Maka Gen Z harus berekspektasi untuk banting tulang dan bekerja keras untuk mencapai tujuan terlepas dari berbagai kemudahan yang tersedia.

Disisi yang lain, pengguna tiktok dengan nama Daniel Christian Tarigan, seorang Founder dan Dosen Praktisi, mencoba untuk memberikan perspektif yang lain dari alasan hadirnya stereotip Gen Z. ia memfokuskan bahasannya terkait dengan stereotip Gen Z yang tidak memiliki kerja keras dan tata krama dalam dunia kerja. "Kualitas generasi muda hari ini adalah output dari hasil Pendidikan kita di masa lalu." Ucapnya dalam salah satu video tiktoknya. Ia memaparkan bahwa kita tidak bisa menyalahkan Gen Z atas perilaku mereka seakan akan itu adalah kesalahan mereka. Namun, ia mengajak penontonnya untuk melihat sisi lain yang menyebabkan adanya karakteristik tersebut. Lebih lanjutnya, Pendidikan karakter selama 10 tahun terakhir dikurangi dan diganti dengan berbagai Pelajaran yang bersifat kognitif. Bahkan, Pendidikan kewarganegaraan saja berfokus pada Pendidikan tata negara ketimbang etika dan sikap. Dengan demikian, bahwa hasil dari dikurangi nya Pendidikan karakter di lingkungan sekolah berpengaruh besar terhadap karakteristik Gen Z  yang dimiliki sekarang. Hal ini juga tentu berpengaruh secara beriringan dengan ekspektasi Gen Z di dunia kerja.

Ekspektasi dari Gen Z bisa dilihat dari video CXO Media yang melakukan wawancara dengan lima mahasiswa yang sedang melakukan program magang di Lazada. 

"Menurut aku berhasil tidaknya itu tergantung ya jadi enggak ada standarisasi jadi menurut aku yang paling penting bukan Cuma work life balance tapi work love live balance sih."  Ujar Karina, 21 tahun dalam video itu.

"kalo aku sendiri milih gaji besar di pinggir kota, karena aku tipe orang yang kalo abis kerja trus capek mending balik ke kos atau tempat tinggal trus tidur. Jadi di pinggir kota atau Tengah kota itu sama aja. Bahkan lebih banyak yang bisa di explore kalo di pinggiran kota karena kalo di Tengah kota itu pasti macet." Ujar Angelo, 22 tahun dalam video itu.

            "alasan gue pilih ini (bekerja tidak sesuai dengan passion tapi punya banyak uang) karena gue gak punya hal yang gue gak suka banget, jadi gua bisa fleksibel ngambil bidang apapun itu. Ini dari pengalaman masa kecil gue juga. jadi selama itu ngasiling banyak duit, gue realistis aja sih." Ucap Ridjky dengan umur 20 tahun di video itu.

            Berdasarkan sumber diatas, ekspektasi gen z bervariasi berdasarkan kesukaan mereka, pengalaman masa kecil mereka dan tujuan hidup mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun