Mohon tunggu...
Rafli ShidiqKurniawan
Rafli ShidiqKurniawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Mahasiswa Unversitas Komputer Indonesia yang suka menulis dan juga suka memberikan rekomendasi tempat-tempat yang berada di kota Bandung

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Menantan Nasib di Pusdai Bandung

16 Januari 2024   22:11 Diperbarui: 16 Januari 2024   22:18 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di balik jalan-jalan sibuk di Bandung, tersembunyi kisah hidup seorang bapak tua yang bernama Pa Jajang. Ia tinggal di lorong masjid Pusdai Bandung, dengan penghasilan harian yang terbatas, hanya sekitar 20 ribu rupiah. Meskipun kehidupannya sulit, Pa Jajang tidak pernah menyerah dan selalu mencoba bertahan dengan segala cara yang ia miliki.

Setiap pagi, langit di Pusdai Bandung mulai terang, dan Pa Jajang sudah bangun lebih awal dari matahari. Kasur keras yang terbuat dari papan dan kardus menjadi tempat untuk beristirahat yang dimilikinya.

Pagi itu, Pa Jajang memulai rutinitasnya, dengan langkah-langkah perlahan, ia berjalan ke pasar cihaurgeulis. Matahari pagi yang hangat menyinari jalanan yang penuh dengan kesibukan. Pa Jajang membawa sebuah karung yang berisi barang-barang bekas yang ia temukan di sekitar kota. Barang-barang itu, meskipun sudah tidak layak pakai barang tersebut menjadi modalnya untuk mencari makan.

Tiba di pasar, Pa Jajang mencari penjual barang bekas yang bersedia membeli temuannya. Ia berusaha memperoleh sebanyak mungkin uang dari barang-barang yang dijualnya. Setiap tawaran yang diterimanya, sekecil apapun, akan menjadi harapan untuk menyambut hari esok.

Namun, kenyataan tak selalu sesuai harapan saat harga barang bekas turun, penghasilan Pa Jajang pun terasa semakin sempit. Namun ia tetap bersyukur dengan apa yang dimilikinya. Setelah menjual barang-barangnya, ia membeli makanan sederhana untuk ia makan hari ini.

Di balik kehidupannya yang penuh kekurangan, Pa Jajang memiliki sifat yang luar biasa keuletan dan semangat pantang menyerah. Meski hanya memiliki penghasilan sekitar 20 ribu rupiah sehari, ia selalu berusaha untuk menjalani hidup dengan positif. Tawa kecilnya, meski sering terdengar pelan, memberikan kesan bahwa ia tetap bersyukur atas apa yang dimilikinya. "alhamdulillah dengan mendapatkan uang 20 ribu saya tetap bersyukur karena masih bisa makan untuk hariini" ucap pa jajang.

Beliau juga pernah tidak makan dalam sehari dikarenakan barang barang bekas seperti botol mineral tidak di dapatkannya karena beliau sedang sakit, jadi mau tidak mau beliau hanya bisa bersabar menerima keadaanya.

Tetapi Pusdai Bandung, dengan segala keterbatasannya, tidak bisa meredam semangat dan ketabahan Pa Jajang. Ia terus berusaha berjuang melawan ketidak pastian hidup dan memberikan arti pada setiap langkah yang diambilnya. Dalam kesederhanaannya pa Jajang adalah pahlawan kecil yang menginspirasi, mengajarkan kita arti sejati dari kehidupan yang penuh makna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun