Mohon tunggu...
M Rafli Iltizamulloh
M Rafli Iltizamulloh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Goresan tinta biasa

Ikatlah ilmu dengan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dzun Al-Mishri

2 April 2022   17:14 Diperbarui: 2 April 2022   17:21 1196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

DZUN AL-MISHRI
NAMA: JIBRIL DEWA NUGROHO
NIM: 210101110071

Dzun Nun AlMishri adalah seorang tokoh Sufi utama abad ke-3 Hijriah, Dia yang bernama lengkap Abu alFaidi Tsauban bin Ibrahim Dzu alNun al Mishri alAkhimini Qiby, lahir di Akhmim, sebuah kota kuno di tepi timur Sungai Nil dan di dataran tinggi Mesir , dalam 796 M (180 H). "AlMishri" dalam nama keluarga DzunNun berarti "Mesir", merupakan julukan atau gelar untuknya oleh orang-orang yang memang banyak keturunan non-Mesir. Dia belajar, mengajar, bepergian dan bepergian secara ekstensif di berbagai wilayah di Jazirah Arab, Maghreb, Palestina dan Suriah (Baghdad).
Salah satu muridnya adalah Sahl Alutari, seorang sufi Persia yang memperkenalkan Khazanah pada Nur Muhammad (Muhammadiyah) di dunia Tasawuf. Di ssebuah riwayat disebukan bahwa, Dzun-Nun memahami rahasia bahasa hieroglyph, yang merupakan sebuh system tulian Mesin Purba yang banyak terdapat di berbagai peraminda mesir dan peniggalan bangunan kuno di mesir. Bahkan sampai saat ini belum sepenuhnya terkuak yang ada di dalamnya.
Dzun Nun Al-Misri adalah seorang sufi yang terkenal dan termuka diantara sufi-sufi lainnya pada abad 3 Hijriah. Sebagai seorang ahli tasawuf, ia memdang bahwa ulama-ulama hadist dan fikih memberian ilunya kepada masyaraka sebagai salah satu hal yang menarik pada keduniaan disamping sebagaiobor agama. Dengan adanya pandangan hidupnya yang sangat sensitive sehingga banyak yang menentangnya. Tidak samapai disitu saja, bahkan para Fuqaha mengadukannya kepada ulama Mesir yang enuduh sebagai orang yang zindiq, pada akhirnya dia sampai memutuskan untuk sementara waktu pergi dari negerinya dan berkelana ke negeri lain.
Jasa-jasa dari Zun Nun yang paling besar yaitu ia sebagai peletak dasar tentang jenjang perjalanan sufi menuju Allah Swt, yang biasanya disebut al-maqomat. Dimana ajaran ini memeri mengenai petunjuk arah jalan menuju kedekatan dengan Allah Swt sesuai dengan pandangan sufi. Disamping itu, ia merupakan sebagai pelopor doktrin al-ma`rifah. Hal ini juga ia membedakan antara pengetahuan dengan keyakinan menurut ia ma`rifah. Untuk hal ini ma`rifah membedakan antara pengetahuan dan keyakinan. Menurutnya, pengetahuan adalah hasil pengamatan inderawi, yaitu apa yang ia dapatditerima melalui panca indera. Seangkan untuk keyakinan merupakan hasildari apa yang dipikirkan dan diperoleh melalui intusi. Ia membagi tiga kualitas pengetahuan, yaitu:
1)Pengetahuan oaring yang beriman tentang Allah Swt pada umumnya, yaitu engetahuan yang diperoleh melalui pengakuan atau syahadat.
2)Pengakaun tentang keesaan Tuhan melalu bukti-bukti dan pendeostrasian inilah dan hal inimerupakan milik orang-orang yang bijsk, pintar dan terpelajar.
3)Pengetahuan tentang sifat-sifat Yang Maha Esa, dan ini merupakan milik orang-orang ang soleh (wali Allah) yang dapat mengenal wajah Allah Swt dengan mata hatinya.
Konsep Ma'rifah Dzun-Nun Al-Mishri, setelah memaparkan makna dari nama Dzun-Nun Al-Mishri, bahwa penulis akan menyampaikan sedikit tentang konsep ma'rifah Dzun-Nun Al-Mishri. Konsep ma'rifah Dzun-Nun tidak lepas dengan makna yang ia dapatkan dari namanya itu karena nama itu menunjukkan sebuah kepemilikan dan penguasaan terhadap makna dari huruf tersebut. Sebagaimana kita ketahui bahwa huruf  Nun yang menjadi sentral di kehidupan dunia ini, oleh karena itu untuk mencapai sentral tersebut manusia juga harus memakai sentral dari diri manusia untuk bertemu dengan sentral kehidupan ini.
Sentral yang disebut diatas yaitu Qalbu, dimana qalbu ini merupakan sentral dari manusia dan untuk bertemu dengan sentral yang hakiki maka manusia harus bisa mengoptimalkan sentralnya agara sampai kepada sentral yang hakiki. Mengapa Qalbu atau hati bisa disebut sebagai sebuah sentral, karena pada qalbu ini berkumpul seluruh kelakuan dan tindakan semua manusia.
Oleh karena itu menurut Dzun-Nun yang biasa dilakukan oleh hati tersebut yaitu: emosi, dekat, shahabat, cinta, mengenal, penyingkapan, menyaksikan, al-ittihad, al-hulul, wahdatul wujud, dan wujudiyah. Dimana ada sebuah perbedaan pengertian yang dimaksud oleh Dzun-Nun dengan penyingkapan, perbedaan ini dibagi kepada tiga bagian, yaitu:
al-Mukasyafah, inkisyaf, dan al-kasy-syaf. Al-Mukasyafah merupakan saling keterbukaan dimana seorang hamba yang meminta  serta Allah yang memberi; inkisyaf, adalah penyingkapan atau keterbukaan Allah sebagai karunia kepada hambanya dan seorang hamba hanya menerima saja, tidak dengan meminta. Pada bagian ini keterbukaan hanya diartikan sebagai karunia Allah dan manusia tidak meminta untuk keterbukaan tersebut; al-kasysyaf, pada hal ini tidak menggambarkan proses tentang bagaimana keterbukaannya akan tetapi adanya sebuah pengalaman keterbukaan.
Pada penjelasan diatas disebutkan bahwasanya sentral kehidupan hanya bisa dirasakan oleh sentral manusia, yaitu dimana hati manusia bisa merasakan keterbukaan dengan Allah hanya dengan penglihatan hati yang menjadi sentral kehidupan manusia.
Menurut DzunNun, hati belum tentu melihat Allah karena hati yang paling dalamlah yang bisa melihat Allah SWT. Sebelum langsung ke lubuk hati yang terdalam, akan dibahas beberapa lapisan hati yang harus dilalui seseorang sebelum dapat ma'rifah kepada Allah SWT.
Dan lapisan-lapisan tersebut adalah: asSuduur, al-Quluub, adhDhamaair, al-Fuwaaid, assir, sir alasraar dan Basyirah Yang dimaksud dengan assuduur adalah hati yang paling luar, pada fase ini hati mengalami penyempitan dan perluasan, ia tidak bisa konsisten dalam pendiriannya. posisinya selalu goyah dan tidak memiliki istiqamah. Setelah melewati atau melewati tahap ini, ia akan melangkah lebih jauh pada tahap kedua, yaitu al-Quluub. Setelah memasuki tahap ini, hati orang tersebut akan kuat dan posisinya lebih konsisten.Selain itu, orang yang telah mencapai tahap ini akan merasa tenang hatinya.
Jadi setelah lapisan kedua ini berhasil dan tetap konsisten dengan keduanya, yaitu langkah pertama dan kedua. Jadi, tahap selanjutnya adalah adhDhomaair, dimana bagian ini disebut juga tahap terdalam dari jantung. Ia menyimpan dan menempatkan cahaya hati, jika sudah mencapai tahap ini akan memiliki indra atau biasa dikenal dengan indra keenam.
Jadi kesimpulan menurut Dzun-Nun yaitu bahwasanya kalau kita ingin sampai pada tingkat ma'rifah, maka kita harus melaluinya setahap demi setahap dan dilakukan dengan kesungguhan dan keseriusan. Dan dia juga mengatakan bahwasanya adanya perbedaan ma'rifah kepada Allah yang disebabkan oleh kemampuan dan kesadaran dia sebagai makhluk. Ma'rifah juga sepenuhnya diberikan oleh Allah SWT atas karunianya dan kasih sayangnya. Oleh karena itu seorang hamba tidak akan sampai pada tingkat ma'rifah tanpa usaha dan anugrah serta karunia Allah SWT.

Ahmad. (2015). Biografi Dzun Nun Al-Misri dan Ajarannya. Retrieved from Bacaanmadani: https://www.bacaanmadani.com/2018/03/biografi-dzun-nun-al-misri-dan-ajarannya.html
SOLICHIN, M. P. (2016, Oktober 29). PENGERTIAN TENTANG TEORI MA'RIFAT BERDASARKAN, "Dzun-Nun Al-Mishri. Retrieved from Facebook: https://id-id.facebook.com/notes/-tijan-titian-jannah-/pengertian-tentang-teori-marifat-berdasarkan-dzun-nun-al-mishri/1268375616537369/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun