IBNU THUFAIL SEBAGAI SALAH SATU ULAMA SUFI YANG MENGUNGKAP FILSAFAT LEWAT KARYANYA YANG FENOMENAL.
Aqilah fadiah nugraha
(UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)
A. Pendahuluan
Ibnu Thufail merupakan salah satu pemikir besar dalam islam. Nama lengkap Ibnu Thufail ialah Abu Bakar Muhammad Ibnu Abd al-Malik Ibnu Muhammad Ibnu Thufail. Ia dilahirkan di Cadix, provinsi Granada, Spanyol pada tahun 506 H/ 1110 M. Ibnu Thufail dikenal dengan filsuf muslim yang gemar menuangkan pemikiran kefilsafatannya melalui kisah -- kisah yang Ajaib dan penuh dengan kebenaran. Keturunan Ibnu Thufail termasuk keluarga suku Arab yang terkemuka, yaitu suku Qais.
Sebagai keturunan suku Qaisy, ia dengan mudah mendapatkan fasilitas belajar, apalagi kecintaanya terhadap buku-buku dan ilmu pengetahuan mengalahkan cintanya kepada sesama manusia. Hal ini mengantarkannya menjadi seorang ilmuan dalam banyak bidang, seperti kedokteran, kesusastraan, matematika, dan filsafat. Kedokteran dan filsafat dipelajarinya di Sevilla dan Kordoba. Ibnu Thufail memulai karirnya sebagai doktor praktik di Granada. Melalui ketenarannya dalam jabatan itu, dia diangkat menjadi sekretaris gubenur di provinsi itu.
Kesibukan di pemerintahan yang sedemikian padat membuatnya kurang produktif dalam dunia tulis-menulis. Namun , beberapa tema sempat ditulisnya, misalnya kedokteran , astronomi, dan filsafat. Dari sekian buah karyanya, Risalah hay ibnu yaqzhan fi asrar al -- hikmah al -- masyriqiyah adalah yang termasyhur. Kitab ini mempresentasikan pemikiran inti Ibnu Thufail dalam ranah filsafat.
Ibn Thufail kemudian meninggal di daerah Marrakesh pada tahun 581 H/1185 M. Sebagai  bentuk  penghormatan  sultan  kepada  Ibn  Thufail,  beliau  sendiri  yang  turun tangan  dalam  upacara  pemakamannya.  Dan  karyanya,  "Hayy  Ibn  Yaqzhan"  itu,  di pandang  sebagai  sebuah  karya  sastra  prosa  terbesar  yang  pernah  ada  di  abad pertengahan.
B. Peran tokoh dalam mengembangkan tasawuf
Ibnu Thufail adalah satu di antara sekian banyak filosof Islam yang mampu menghasilkan karya fenomenal yang berbau filosofis-mistis mengenai bagaimana akal pikiran mampu menangkap, merenungkan dan menyimpulkan bahwa segala sesuatu ada yang menggerakkan dan penggerak itu tiada lain adalah Tuhan Pencipta Alam Semesta. Pemikiran Islam pada masa itu berada dalam perkembangan yang positif. Hal ini terbukti dengan berkembangnya dunia filsafat Islam yang tidak berkutat di daerah timur saja melainkan merambah ke daerah Barat tepatnya di daerah Spayol yang salah satu filosofnya adalah Abu Bakar Muhammad ibn Abd Al-Malik ibn Muhammad Ibn Muhammad Ibn Thufail Al-Qaisyi atau dikenal dengan Ibnu Thufail. Pemikiran Filsafatnya tergambar jelas dalam karya novelnya "Hayy ibnu Yaqzhan" meski akal mendominasi filsafat ketuhanannya dan disebutkan dalam berbagai literatur bahwa Hayy ibnu Yaqzhan sebagai reka ulang yang terpengaruhi oleh pemikiran filsafat Ibn Shina, namun karya tersebut mendapat tempat di dunia filsafat sebagai karya pencarian jati diri seorang anak manusia bukan hanya sebagai curahan pemikiran atau khayalan Ibnu Thufail belaka. Â Jika dilihat dengan seksama lewat karya momentalnya, Ibnu Thufail ingin memberitahukan bahwa secara hakiki beliau menujukkan pemikiran kefilsafatan yang bernuansa ketimuran dengan membawa prinsip -- prinsip islam.
C. Karya tokoh (sulaiman, 2016) (drajat, 2006) (syarif, 1963)
Ibnu Thufail merupakan tokoh yang tidak banyak menulis seperti tokoh muslim lainnya, tetapi beliau lebih banyak merenung, jadi sedikit karyanya yang bisa ter ekspos untuk generasi selanjutnya. Namun beberapa buku yang memuat beliau mengatakan bahawa Ibnu Thufail juga sempat menulis buku dalam beberapa bidang seperti kedokteran, fisika dan filsafat. Tetapi karangan yang sampai pada kita hanya hay ibn yaqzhan yang merupakan intisari pemikiran -- pemikiran Ibnu Thufail dan sudah diterjemahkan dalam beberapa Bahasa.
Hayy Ibn Yaqzhan bermakna "yang hidup putra yang bangun". Hayy ibn yaqzhan merupakan nama tokoh utama dalam buku tersebut. Dalam buku tersebut hayy ibn yaqzhan dapat dikatakan sampai ke maqam/ tingkat mencari kesejatian. Menemukan sesuatu yang telah ia cari selama ini. Dengan begitu Hayy menyimpulkan bahwa Tuhan itu pasti baik dan bijaksana. Sempurna juga penuh rahmat. Tuhan adalah tujuan seluruh manusia. Karena itu merupakan puncak kebahagian manusia. Dan itu semua bisa dicapai hanya dengan cara dekat dengan Dia tanpa henti dan melepas/ menjauh dari urusan dunia dan materi. Sehingga manusia dapat sampai pada objek pengetahuan tertinggi agar dekat dengan Tuhannya.
D. Pemikiran tokoh
Pemikiran -- pemikiran Ibnu Thufail banyak dituangkan lewat risalah atau surat yang dikirimkan kepada muridnya yaitu Ibnu Rusyd. Sehingga mungkin banyak yang tidak kita ketahui saat ini. Namun karyanya yang paling monumental dan populer yang bisa kita temukan sampai sekarang adalah Hayy ibn yaqzhan, yang judul lengkapnya adalah risalah Hayy ibn yaqzhan fi asror al hikmah al masyiriqiyyah.
Kekhasan pemikiran filosofis Ibn Thufail, sebenarnya terletak pada karyanya yaitu kisah fiksi Hayy Ibn Yaqzhan ini. Dalam kisah tersebut, dia menyatakan pandangan filsafatnya tentang alam semesta, Tuhan, agama, moral, manusia dan wataknya, budaya masyarakat formal serta adanya keserasian antara agama dan filsafat. Dia juga mencoba untuk menjelaskan tentang kemampuan manusia untuk hidup sendiri dan mandiri, tanpa adanya bantuan bahasa, agama, budaya dan tradisi yang mewarnainya, artinya semua hal yang disebutkan diatas itu tidak sepenuhnya selalu mempengaruhi perkembangan akal manusia. Dalam cerita roman Hayy bin Yaqzhan tersebut. Ibn Thufail juga mencoba membuktikan kebenaran tesis kesatuan kebijaksanaan rasional dan mistis melalui kisah fiktif, bahwa manusia dengan segala kelemahannya dapat saja berkomunikasi dengan Tuhan dengan kekuatan akalnya (filsafat) maupun dengan kekuatan kalbunya (tasawuf).
Beliau juga mengatakan dalam hayy ibn yaqzhan pandangan filsafatnya tentang alam semesta , Tuhan, moral, manusia dan wataknya, budaya masyarakat, dan kesinambungan antara agama dan filsafat. Ibnu thufail juga mengutarakan pendapatnya tentang kemampuan manusia hidup sendiri dan mandiri, tanpa adanya bantuan bahasa, agama, budaya dan tradisi yang mewarnainya, maksudnya hal-hal yang disebutkan diatas itu tidak semuanya selalu mempengaruhi perkembangan akal manusia. Dalam cerita roman Hayy bin Yaqzhan tersebut, Ibn Thufail juga mencoba membuktikan kebenaran tesis kesatuan kebijaksanaan rasional dan mistis melalui kisah fiktif, bahwa manusia dengan segala kelemahannya dapat saja berkomunikasi dengan Tuhan dengan kekuatan akalnya (filsafat) maupun dengan kekuatan kalbunya (tasawuf).
E. Relevansi pemikiran ibnu thufail
Dalam risalah hayy ibn yaqzhan, salah satu relevansi dari pemikiran Ibnu thufail mengatakan bahwa melakukan pencarian tuhan awalnya dari pengamatan inderawinya, kemudian menggunakan rasio, lalu yang terakhir dengan batin, akal, dan intuisi.
Setelah  ia  melakukan  segala  sesuatu  menggunakan  akal  dan  indera,  ia kemudian  memutuskan  untuk  ber (hasan, 2004)paling  ke  dalam  disiplin  jiwa  yang  membawa kepada  ekstasi,  yang  merupakan  sumber  dalam  tingkat  tertinggi  pengetahuan. Dalam  konsep  ini,  kebenaran  tidak dapat  dicapai  lagi  melalui proses  deduksi dan induksi, melainkan melalui intuisi yang terdapat di dalam jiwa. Maka dari itu, taraf ekstasi  tidak  bisa  diungakapkan  melalui  kata-kata  atau  juga  tidak  bisa  dilukiskan dalam bentuk apapun sebab lingkup yang dapat diungkapkan dengan kata-kata itu terbatas  dalam  hal  yang  dapat  dilihat,  di  dengar,  di  cium,  dan  di  raba  dengan menggunakan indera. Esensi Tuhan yang merupakan cahaya suci yang hanya bisa dilihat  oleh  cahaya  yang  ada  dalam  esensi  itu  sendiri  melalui  esensi  pendidikan yang tepat atas indra, akal, serta jiwa.
F. Kesimpulan
Ibnu thufail merupakan salah satu filosof muslim yang memberikan inspirasi kepada para cendekiawan di zaman berikutnya. Sebuah konsep yang telah dituangkan Ibnu thufail dalam bukunya yang fenomenal hayy ibn yaqzhan merupakan konsep filsafat yang memberitahukan secara rinci bagaimana menuju kebahagiaan sejati melalui jalan taqorrub ila Allah. Ibnu thufail menggambarkan lewat seorang yang bernama hay ibn yaqzhan dalam perjalanannya mencari tuhan yaitu lewat pengamatan indranya, rasio, akal, jiwa dan intuisi. Â Jika dilihat dengan seksama lewat karya momentalnya ini, Ibnu Thufail ingin memberitahukan bahwa secara hakiki beliau menujukkan pemikiran kefilsafatan yang bernuansa ketimuran dengan membawa prinsip -- prinsip islam.
Daftar pustaka
Drajat, a. (2006). filsafat islam buat yang pengen tahu .
Hasan, a. f. (2004). tokoh - okoh masyhur dunia islam . surabaya : jawara surabaya .
Mas'udi. (2015). Pemikiran Filsafat Ibnu Thufail (Khazanah Pemikiran Filsafat Dari Timur Asrar Al-Hikmat Al-Masyriqiyyah). fikrah ; jurnal ilmu aqidah dan studi keagamaan , 411-430.
Shofiatul, n. (2020). Relevansi epistemologi, jiwa dan akal dalam perspektif ibnu thufail. al ibrah .
Sulaiman, a. (2016). buku mengenal filsafat islam . bandung: penerbit yrama widya.
Syarif, m. (1963). a history of muslim philosophy. germany : allgluer heimatverlag.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H