Peserta diberi kebebasan untuk memilih jenis tes, baik Saintek maupun Soshum tergantung program studi yang dipilihnya. Antara saintek dan soshum terdapat perbedaan dari segi jenis soal dan jurusan.Â
Apabila peserta memilih prodi rumpun saintek seperti kedokteran, matematika, statistika, farmasi, maka diharuskan memilih ujian saintek yang berisi soal TPS dan TKA saintek meliputi matematika, fisika, kimia, biologi.Â
Namun jika peserta memilih prodi rumpun soshum, seperti manajemen, akuntasi, psikologi, ekonomi, maka diharuskan memilih ujian soshum yang berisi TPS dan TKA soshum meliputi geografi, sosiologi, ekonomi, dan sejarah. Selain itu peserta SBMPTN tidak hanya kelas 12, namun juga alumni atau siswa gapyear maksimal 2 tahun sebelumnya. Pelaksanaan UTBK SBMPTN adalah di universitas-universitas tertentu yang telah ditunjuk oleh pihak LTMPT.
Lalu diantara SNMPTN dan SBMPTN, mana yang sebaiknya harus kita pilih? Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. SNMPTN dibebaskan biaya pendaftaran alias 0 rupiah, sedangkan SBMPTN dikenai biaya pendaftaran Rp200.000 untuk kelompok ujian saintek/soshum, dan Rp300.000 untuk tes campuran.Â
Kemudian jika mengikuti SNMPTN maka siswa hanya perlu mengurus nilai raport, hal yang sangat mudah dan gampang bukan? Namun, jika memilih SBMPTN maka siswa harus belajar jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan tes karena harus mempersiapkan latihan-latihan materi dan soal guna menghadapi tes UTBK, karena faktor utama kululusan SBMPTN adalah nilai UTBK peserta, semakin tinggi nilai yang diraih, maka semakin besar persentase diterimanya dan semakin rendah nilai UTBK, maka semakin rendah pula kemungkinan diterima.
Bagaimana peluang diantara keduanya?, mana yang memiliki persentase peluang yang lebih besar? Dikutip dari laman dikti.kemendikbud.go.id, dari 854.599 peserta SNMPTN 2021, yang dinyatakan lolos berjumlah 110.459 siswa atau persentase diterima hanya sekitar 18,56 persen.Â
Sedangkan SBMPTN 2021 yang terdiri dari 777.858 peserta, yang diterima sekitar 184.942 siswa yang tersebar di 74 universitas dan institut negeri, 40 politeknik negeri, dan 11 PTKIN/ UIN di Indonesia. Rata-rata ersentase diterimanya adalah sekitar 23,78 persen dengan rincian persentase kelompok ujian saintek sebesar 22,15 persen, kelompok ujian soshum sebesar 22,15 persen, dan kelompok ujian campuran sebesar 25,54 persen.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa persentase diterima SBMPTN lebih besar daripada SNMPTN. Meskipun SNMPTN prosesnya sangat mudah dan anti ribet, namun jangan salah, belum tentu siswa yang nilai raportnya tinggi langsung keterima. Mengapa demikian? Karena SNMPTN tidak hanya mengandalkan nilai raport, tapi juga mempertimbangkan faktor lain seperti akreditasi sekolah, jumlah alumni yang diterima di universitas tersebut, prestasi siswa, dan perkembangan statistik nilai raport.Â
Maka menurut penulis, lebih baik siswa tidak hanya bergantung pada SNMPTN, namun juga perlu mempersiapkan SBMPTN sebagai jalan kedua apabila tidak lolos seleksi SNMPTN. Dan alangkah baiknya lagi jika siswa mengikuti dan mempersiapkan dengan matang kedua seleksi tersebut, mulailah belajar dan berlatih soal dari sekarang dan tingkatkan motivasi untuk menggapai kampus impianmu. Semakin banyak peluang yang kamu coba, maka semakin besar pula peluang kamu diterima. Tetap semangat dan pantang menyerah!!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H