[caption id="attachment_322218" align="aligncenter" width="700" caption="Sumber: Koran Jakarta Post Kamis 4 September 2014 Kolom Opini"][/caption]
Ada hal yang menarik pada koran Jakarta Post hari ini. Pada kolom opini, terdapat tulisan berjudul "There's Subsidies and Then There's Subsidies" yang ditulis orang salah seorang tokoh karismatik eks kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), juru runding Kesepahaman damai GAM-RI 2005 Helsinki, politisi partai lokal Aceh, Partai Nasional Aceh (PNA) M.Nur Djuli. Beliau menulis tentang pandangannya soal subsidi BBM yang tengah ramai dibicarakan hingga arah kebijakan pemerintahan yang akan datang dihadapkan dengan isu "buah simalakama BBM".
Secara pribadi sebagai orang Aceh, saya tentu merasa senang dan bangga memiliki tokoh sekaliber beliau yang memberikan ulasannya dalam koran yang menjadi bacaan pokok para duta besar di Jakarta ini. Dalam ulasannya, Nur Djuli membahas tentang subsidi BBM yang pada awalnya akan dihapuskan pada pemerintahan yang baru nanti dan selanjutnya akan diarahkan pada program-program yang lebih produktif di sektor pertanian dan perikanan setelah Presiden SBY menolak keinginan Presiden terpilih Jokowi untuk menaikkan harga BBM pada masa pemerintahannya yang akan berakhir kurang dari 1 bulan ini. Secara jeli, Nur Djuli melihat dari sudut pandang politik, dimana rencana dan keinginan Jokowi tersebut belum tentu berjalan mulus di DPR mengingat peta kekuatan oposisi yang diperkirakan menduduki kursi mayoritas di DPR sehingga kemungkinan rencana tersebut ditolak sangat besar. Oleh karenanya ia menyarankan untuk pemerintahan yang baru agar lebih kreatif dalam menyikapi persoalan BBM subsidi ini dengan mengambil contoh di Malaysia yang memberikan warna biru pada BBM bersubsidi sehingga pengendara motor pun apabila ikut membeli BBM tersebut akan ikut terkena pajak pembeli.
Saya menilai opini Nur Djuli tersebut, menunjukkan kualitas dirinya sebagai warga negara yang baik dengan ikut berpartisipasi dalam memecahkan persoalan-persoalan bangsa melalui pandangan-pandangannya. Meskipun ia sebelumnya dikenal sebagai salah seorang tokoh karismatik kombatan, namun dalam tulisannya tersebut tidak tampak kemarahan, kesinisan dan berbagai hal yang mendiskreditkan lainnya terhadap pemerintahan yang sekarang maupun yang akan datang, sebaliknya ia justru menawarkan solusi yang mungkin dapat dipertimbangkan oleh pemerintahan yang baru nantinya.
Tentunya saya juga berharap agar beliau melalui ide dan sarannya dapat memberikan masukan berharga tidak hanya bagi kemajuan Indonesia namun juga kepada Pemerintahan Aceh sekarang yang tampaknya juga kebingungan dalam mengatasi berbagai persoalan Aceh di semua sektor. Salah satunya adalah persoalan gas dan minyak bumi yang hingga saat ini belum menemukan titik terang antara pemerintah pusat maupun pemerintah Aceh hingga persoalan "Blok Pase" yang sangat menyakiti hati masyarakat setempat. (http://politik.kompasiana.com/2013/04/18/siapa-bermain-di-blok-pase-552534.html)
Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan kebaikan dan petunjuk-Nya agar dalam pemerintahan yang baru nantinya diberikan kekuatan dan keluasan pikiran dalam memberikan solusi terbaik atas berbagai persoalan bangsa.
Saleum dari Aceh
Rafli Hasan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H