Mohon tunggu...
Rafli Hasan
Rafli Hasan Mohon Tunggu... -

columnist, urban traveler, blogger

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Metro “Nasdem” TV (akhirnya) “Berteriak” di Aceh

17 Februari 2014   18:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:45 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_295936" align="alignnone" width="691" caption="http://www.flickr.com/photos/atjeh_group/12581965875/"][/caption]

Akhirnya Metro TV memberitakan teror dan intimidasi yang terjadi di Aceh. Pagi ini dalam program acara Bincang Pagi bertajuk “Waspada Teror di tahun Politik”, Metro tv menyiarkan secara live diskusi terkait penyerangan posko Partai Nasional Demokrat (Nasdem) di Matang Kuli Aceh Utara.

Sebagaimana diberitakan kemarin, telah terjadi serangan terhadap posko Nasdem di Matang Kuli Aceh Utara oleh 2 orang tak dikenal (OTK) dengan menggunakan sepeda motor. Menurut saksi mata, kedua OTK tersebut memberondong posko Nasdem dengan tembakan senjata M-16 sehingga mengakibatkan rusaknya bagian dari bangunan posko. Selanjutnya, kedua OTK itu turun dari sepeda motornya dan masuk ke dalam posko dan menganiaya dua orang kader Nasdem yang sedang berada di dalam posko. Setelah selesai melakukan penganiayaan, keduanya langsung pergi meninggalkan lokasi.

Melihat dari kejadian ini, sebagian rakyat Aceh mungkin sudah “cukup akrab” dengan intimidasi dan teror yang memang kerap terjadi di Aceh, khususnya jelang pemilu. Menurut data dari Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KONTRAS) Aceh, sepanjang tahun 2012 saja tindak kekerasan yang terjadi berjumlah 104 kasus, jauh lebih besar daripada tahun sebelumnya yang mencapai 72 kasus, dimana 50 kasus diantaranya dilakukan oleh oknum parpol lokal (Partai Aceh). Namun demikian, mungkin ini baru pertama kalinya terjadi di Aceh dimana Partai Nasional menjadi korbannya.

Biasanya, kekerasan di Aceh terjadi di antara sesama partai lokal yang ada. Itupun sifatnya terbatas, hanya terjadi antara dua kekuatan eks kombatan GAM yang telah bertransformasi menjadi kekuatan politik lokal, yaitu Partai Nasional Aceh (PNA) dan Partai Aceh (PA). Pertanyaannya sekarang adalah apakah motif terselubung di balik penyerangan salah satu partai nasional tersebut? Logikanya, sebagai “pemain baru” di Aceh, Nasdem bukanlah ancaman bagi partai-partai nasional lainnya yang telah lama bercokol di Aceh, apalagi bagi partai-partai lokal Aceh yang kekuatannya jauh lebih besar.

Pertanyaan berikutnya adalah, mengapa baru sekarang Metro tv secara khusus menyoroti kasus ini? Toh, (maaf) tak ada korban jiwa. Berbeda dengan kejadian sebelumnya di Kuta Makmur, Aceh Utara, Ketua PNA Kecamatan Kuta Makmur Aceh Utara, Juwaini, tewas secara mengenaskan setelah dianiaya oleh oknum PA, Zulkifli Jamal alias Abu Don. Peristiwa penting ini luput dari “perhatian” Metro tv.

Secara umum, kita semua tentu paham bahwa media-media nasional senantiasa menyertai kepentingan dari sang pemilik media khususnya di bidang politik sehingga terkadang melupakan fitrahnya sebagaijurnalis yang dituntut untuk independen dan mengungkap kebenaran dengan adil dan jujur serta berimbang. Saya menilai, bahwa keadaan yang terjadi di Aceh selama ini, khususnya jelang pemilu kerap kali luput dari perhatian media yang memiliki kekuatan untuk menggiring opini publik ke arah kebenaran tentunya. Para media ini lebih memilih untuk menghindari kebenaran dibandingkan dengan kepentingannya. Ketika ketiadaan kepentingan di sana, maka melupakan kebenaran menjadi pilihan. Sekarang, Metro tv mulai “berteriak” ketika kepentingannya mulai terusik, entah oleh siapa. Namun apakah perlu, untuk setiap kali kita menyuarakan kebenaran, kepentingan kita harus terlebih dahulu terusik? Seharusnya tidak, meski disadari bahwa dalam jurnalisme professional, kebenaran mutlak terkadang merupakan bisnis yang sangat berbahaya.

Always speak the truth,

Rafli Hasan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun