Mohon tunggu...
Rafli Hasan
Rafli Hasan Mohon Tunggu... -

columnist, urban traveler, blogger

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Wali Nanggroe, Kembalilah ke Jalan yang Benar

3 September 2014   18:48 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:44 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_322113" align="aligncenter" width="567" caption="http://atjehpost.com/files/images/wali-nanggoe.jpg"][/caption]

Sebagai seorang tokoh pemersatu Rakyat Aceh, Wali Nanggroe memiliki peran untuk mempersatukan rakyat dengan berdiri di atas berbagai kepentingan dan perbedaan tanpa memihak salah satunya. Dalam upaya menjalankan perannya tersebut maka tentu terbangunnya komunikasi dan kedekatan Wali dengan rakyat menjadi hal yang utama agar dalam tugasnya dapat berjalan dengan lancar.

Namun demikian, harapan tersebut hingga saat ini masih jauh panggang dari asap. Wali masih terkesan sebagai sosok yang dominan dan tak tersentuh di Aceh, disertai dengan pengamanan super maximum dan istana megah puluhan milyar rupiah yang tengah dibangun, harapan akan kedekatan rakyat dan "walinya" sepertinya masih merupakan mimpi yang tak kunjung terjadi.

Wali Nanggroe Aceh ke-9, Malik Mahmud Al Haytar dengan gelarnya yang begitu panjang dan hebat, masih mengesankan "wali" salah satu kelompok di Aceh, bukan walinya orang Aceh sebagaimana mestinya. Ia lebih sering terlihat mengenakan seragam salah satu partai dibandingkan seragam layaknya seorang wali. Ia juga jauh lebih aktif menghadiri kegiatan-kegiatan partai dimana ia sebagai salah seorang Tuha Peut ataupun Dewan Pembina dan Penasehat sebuah partai lokal terbesar di Aceh.

Keadaan tersebut tentu sungguh  bertolak belakang dengan situasi yang diharapkan rakyat Aceh dimana Wali "kembali" ke jalannya yang benar, sebagai Wali yang menjadi panutan, pembimbing dan pemelihara budaya, sejarah dan tentunya rakyat Aceh. Situasi ini ditangkap secara jeli orang sekelompok pemuda asal Universitas Ar Raniry Banda Aceh awal bulan ini. Mereka berunjuk rasa damai menuntut Wali Nanggroe untuk menjadi Imam di Masjid Raya Banda Aceh (http://aceh.tribunnews.com/2014/09/01/mahasiswa-minta-wali-nanggroe-menjadi-imam-di-masjid-raya). Saya menilai tuntutan para mahasiswa ini sungguh menarik, kenapa harus di masjid? atau kenapa harus berawal dari masjid?

[caption id="attachment_322115" align="aligncenter" width="560" caption="http://aceh.tribunnews.com/2014/09/01/mahasiswa-minta-wali-nanggroe-menjadi-imam-di-masjid-raya"]

14097194181238469420
14097194181238469420
[/caption]

Sebagaimana diketahui, masjid merupakan tempat beribadah orang muslim, tempat berdiskusi, ceramah dan kegiatan-kegiatan keislaman lainnya. Dalam sejarahnya, masjid pertama yang didirikan Rasulullah bernama Masjid Nabawi (Masjid Nabi) merupakan tempat Nabi melakukan kegiatan-kegiatan politik, perencanaan kota hingga strategi perang dan bahkan tempat berlindungnya sementara para kaum fakir miskin. Kembali kepada tuntutan para mahasiswa Aceh ini, saya menilai niat mulia para mahasiswa terhadap Wali Nanggroe Aceh yang selama ini seolah "tersesat" dan "tenggelam" dalam kehidupan politik dan duniawi untuk kemudian kembali menjalankan perannya yang sesungguhnya.

Masjid merupakan tempat berkumpulnya berbagai orang dari berbagai strata, ada yang kaya adapula yang miskin, ada yang berprofesi sebagai pedagang hingga politikus, intinya di masjidlah muslim maupun muslimah dari berbagai kalangan berkumpul bersama, beribadah kepada Allah SWT maupun menjalankan aktifitas lainnya. Saya mengagumi kejelian dari para mahasiswa Aceh ini. Sebagai orang Aceh, masjid tak lepas dari perjalanan sejarah dan budaya orang Aceh, suasana keislaman yang kental dan budaya santun yang mencerminkan kemurnian ajaran Islam menjadikan masjid sebagai awal untuk kembali ke jalan yang benar. Dan bukankah tempat ini merupakan salah satu tugas dan peran sesungguhnya sebagai seorang Wali Nanggroe? berada bersama sebagai tokoh pemersatu di tengah-tengah masyarakat?

Oleh karenanya saya berharap, agar Wali Nanggroe sungguh-sungguh memperhatikan keinginan dan tuntutan para mahasiswa Aceh ini yang merindukan sosok Wali Nanggroe yang sebenarnya bagi rakyat Aceh, bukan sosok Wali Nanggroe yang lebih memilih berjalan-jalan ke luar negeri ataupun mengurusi urusan politik. Biarkanlah pemerintahan Aceh sekarang yang mengurusnya, dan Wali Nanggroe cukuplah bersama dan bercengkrama dengan rakyat Aceh di Masjid Raya.

Rafli Hasan

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun