Pertanian perkotaan adalah upaya kolaboratif untuk menggunakan sisa lahan untuk produksi produk pertanian. Pertimbangan dalam urban farming meliputi aspek lingkungan, kenyamanan, estetika dan keindahan yang disesuaikan dengan latar belakang lapangan. lahan di perkotaan terdiri dari pekarangan, tanah kosong dan atap bangunan.
Tujuan pertanian perkotaan pada dasarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menghemat biaya pangan. Namun kemudian dapat dikembangkan menjadi sebuah sentra budidaya tanaman pangan bagi masyarakat perkotaan dan menjadi sumber pendapatan baru.
Secara umum, terdapat tiga perspektif di balik pertanian perkotaan, yaitu perspektif ekonomi yang berfokus pada optimalisasi lahan untuk mencapai nilai ekonomi yang tinggi melalui budidaya tanaman pangan, hortikultura, dan tanaman hias. Perspektif lingkungan juga mendukung ketertarikan masyarakat karena penanaman tanaman di perkotaan dapat membuka perspektif baru tentang pentingnya perlindungan lingkungan dan juga turut berkontribusi meningkatkan kadar oksigen dan mengurangi polusi udara. Aspek terakhir adalah kesehatan, karena pertanian dekat dengan perkotaan, sehingga masyarakat dengan mudah mendapatkan makanan bergizi yang bisa disebut segar dan terjamin kualitasnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan jumlah penduduk di perkotaan Indonesia akan meningkat. Pada tahun 2020, jumlah penduduk di perkotaan yang berkisar 56,7% diperkirakan akan meningkat menjadi 66,6% pada tahun 2035. Peningkatan tersebut disebabkan banyaknya penduduk yang menetap di perkotaan dengan dalih mencari pekerjaan. hal Ini mengurangi area yang digunakan untuk pertanian dan meningkatkan permintaan akan makanan.
Pertanian perkotaan bertujuan untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mengikuti prinsip dasar yaitu dengan penggunaan lahan yang efisien, proses produksi yang ramah lingkungan, hasil produk yang memiliki nilai ekonomis yang dapat bersaing dan terkait kebutuhan akan inovasi teknologi.
Penting juga untuk menentukan pilihan komoditas yang dapat ditanam di daerah perkotaan. Diharapkan pertimbangan ini akan mencerminkan tindak lanjut yang dapat diterapkan setelah menghasilkan produk pertanian. Dasar pemilihan produk tanam antara lain: pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga berbasis pangan lokal, memperhatikan kalender tanam (rotasi tanam) dan kemungkinan pengembangan produk pertanian komersial.
Produk pertanian yang paling dibutuhkan di perkotaan adalah tanaman pangan (padi dan jagung), disusul tanaman hortikultura. Dalam proses produksinya, tanaman yang efektif ditanam di perkotaan adalah tanaman hortikultura yang memiliki umur panen yang relatif cepat dan dapat ditanam di lahan yang minim. Tanaman pekarangan dapat berupa tanaman buah, sayuran, bunga dan tanaman hias lainnya.
Cabai merupakan salah satu tanaman pekarangan yang diminati masyarakat Indonesia, terutama jika digunakan sebagai pendamping hidangan utama (sambal). Tak hanya itu, cabai juga diakui sebagai salah satu produk unggulan nasional dan daerah yang memiliki nilai komersial tinggi. Sehingga dapat tumbuh di pertanian perkotaan dengan ruang terbatas dan mendatangkan keuntungan yang optimal. Penerapan budidaya cabai di perkotaan dapat mendorong kemandirian produksi karena mayoritas konsumen cabai berada di perkotaan.
Salah satu aktivis pertanian perkotaan yang ada di Yogyakarta yakni, Pak Daliman. Ia mendayagunakan atap rumah sebagai lahan pertanian minimalis mampu menghasilkan rupiah hanya dengan 200 bibit cabai, media tanam dan modal galon yang digunakan. Hasil panen 200 cabai bisa mencapai 50.000 rupiah setiap tiga hari, dengan hasil rata-rata ½ kg cabai.
Pak Daliman memilih cabai sebagai tanaman utama di kebunnya karena mudah dipasarkan dan berumur panjang. Ia merawat beberapa buah cabai yang masih berbuah, meski sudah berumur 1,5 tahun. Jenis cabai yang ditanam antara lain : Cabai rawit, cabai besar dan cabai keriting. Manfaat selanjutnya adalah produktivitas tanaman cabai cukup menjanjikan, terus berbunga dan berbuah selama tanaman masih hidup. Berbeda dengan tanaman sayuran yang hanya sekali panen dan ditanam kembali.
 Peluang pertanian perkotaan dapat diterapkan dengan cara memindahkan produsen pertanian ke daerah konsumen (dekat pemukiman penduduk) dan melakukan perombakan beberapa metode tanam dengan adanya teknologi sehingga dapat mempermudah proses produksi. hasil dari produksi selanjutnya dapat didistribusikan secara langsung kepada konsumen. Berdampak pada kualitas hasil pertanian yang lebih baik dibandingkan hasil pertanian pada daerah sentra.