Mohon tunggu...
Rafael Rela
Rafael Rela Mohon Tunggu... Guru - Petani Humaniora

Ayah dari seorang dua anak perempuan bernama Fransiska. Sehari hari bekerja sebagai buruh kantor. menulis merupakan hoby untuk mengisi waktu luang, dimana kesempatan untuk merenung realitas hidup dan berusaha memaknai pesan tersirat dibalik realitas itu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan Kasih Seorang Suami

14 Mei 2020   13:07 Diperbarui: 14 Mei 2020   13:13 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(kamis,14 May 2020,08.00)

Hari ini kamis, 14 mei 2020, adalah hari ke-14, penantiaan kami terhadap Kehadiran Gea.  Seperti hari penantian sebelumnya, setiap Pagi, pada saat subuh saya berdoa novena kepada Bunda Maria.
Kepada Dia, saya  menitipkan kerinduanku terhadap istri dan kedua anakku, memohon kesehatan bagi Istri dan  memohon doa Ibu Maria utk kelancaran proses kelahiran anak kami yang kedua.
Dan ini sudah menjadi rutinitas Setiap hari, dan akan terus dilakukan diwaktu yang akan datang.

Dihari yang ke -14 ini,  saya sedikit bergembira, karna mama Udit sudah ada bersama istri dan anak dirumah. Kehadiran mama kiranya menguatkan Istri dalam situasi saat ini.

Hal lain yang menggembiraan juga adalah si Sulung Glia  sudah sedikit mandiri, terlihat Dia sudah mengerti bahwa sebentar lagi ia menjadi seorang kakak utk seorang adek. Tingkahnya yang Lucu selalu memancarkan  Kegembiraan utk sang mama.
Bagi saya ini adalah berkat dan jawaban atas doa doa saya. Kelihatan hal kecil dan sederhana tapi cukup mendatangkan penghiburan Dan Sukacita bagi krluarga kecilku. Tuhan berkarya melalui hal hal kecil yang tanpa disadari mempengaruhi situasi hidup Kita.

Kembali pada masa penantian ini.
Istri saya dalam segala keterbatasannya tetaplah sosok yang hebat. Dalam ingatan saya suaminya, dia berjuang sendiri dalam mengurus segala seuatu utk persiapan kelahirannya. Mulai dari hal Besar sampai hal terkecil sekalipun.
Saya ingat baik Ketika menjelang kelahiran si Glia, anak pertama kami, proses pengurusan bpjs utk membiayai kelahiran dilakukannya sendiri. Demikianpun saat pengecekan kandungan terahkir di dokter. Semua dilakukannya sendiri tanpa saya mendampingi. Ada rasa bersalah sesungguhnya dalam hati kecil saya, tapi karna tuntuntan kerja, mengharuskan saya utk tidak mendampinginya. Inilah  hidup keluarga ku yang  penuh dengan banyak kisah perjuangan.  

Dan pada ahkirnya saya merenung kembali ucapan saya kepada dia suatu Ketika pada saat masih pacaran, kelebihanmu Akan menutupi kekuranganku dan kekuranganmu Akan Kututup dengan kelebihanku.
Saya merasa perjuangannya mengurus sendiri persiapan kelahiran anak kami yang kedua adalh bukti kelebihan dia yang menutup kekurangan saya yang Lamban, bahkan terkesan sedikit Tak peduli.
Memang terkadang saat saat tertentu ia marah,  cengeng, menuntut suami berbuat lebih sesuai harapannya, adalah hal biasa terjadi dalam Hidup berumahtangga. Saya berusaha mencoba memahaminya  dengan Cara yang sederhana, berkomunikasi yang jujur, Dan mendukung Setiap keputusannya.


Dengan Cara itu, saya membesarkan hati dan harapannya terhadap masa depan keluarga kecilku.
Selalu ingin membuat dia tersenyum dengan obrolan jenaka, sehingga situasi sulit ini dilalui dengan hati gembira tanpa kehilangan harapan.
 Itulah hal kecil yang saya lakukan,tentu selain doa dan kerja keras, banting tulang utk kesejahteraan mereka.
Seiring waktu saya berusaha utk memberikan teladan Hidup kepada mereka utk selalui dan senantiasa bersyukur atas kenikmatan hidup yang merupakan berkat dari Tuhan.
Atas semua berkat ini, semoga menjadi kado terindah dan memudahkan segala proses persalinan anak kedua kami.

Tak Sabar menanti kehadiranmu my little one "Gea De Rela". Semoga kamu tidak menyulitkan mama saat hendak keluar, sebab kami semua keluarga menunggumu dengan penuh cinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun