Ketika berbicara tentang perbaikan kualitas dalam dunia industri, nama Bill Smith tidak bisa dipisahkan dari metodologi Six Sigma yang telah mengubah cara perusahaan mengelola kualitas produk mereka. Sebagai seorang insinyur dan ahli kualitas di Motorola, kontribusinya telah menciptakan dampak yang berkelanjutan dalam dunia manufaktur dan manajemen kualitas (Rahman dkk., 2023).
Perjalanan Hidup Sang Pionir
Bill Smith lahir pada tahun 1929 di Brooklyn, New York, Amerika Serikat. Pada tahun 1987, Bill Smith bergabung dengan perusahaan Motorola setelah 35 tahun berkiprah di dunia engineering dan quality assurance. Peran beliau saat itu cukup penting bagi perusahaan Motorola sendiri yaitu sebagai vice president and senior quality assurance manager untuk Land Mobile Products Sector (Suwandi, 2020).
Latar belakang pendidikannya di bidang teknik dan pengalamannya yang luas dalam industri manufaktur membentuk pemikirannya tentang pentingnya konsistensi kualitas dalam proses produksi (Johnson & Martinez, 2021).
Bill Smith menyadari bahwa masalah kualitas yang dihadapi Motorola membutuhkan pendekatan yang lebih sistematis dan terukur. "Kualitas bukanlah sebuah program, melainkan sebuah disiplin yang harus diterapkan setiap hari," itulah kutipan terkenalnya yang masih relevan hingga saat ini (Anderson dkk., 2024).
Pengertian Six Sigma
Six Sigma adalah sebuah metoda pemecahan masalah yang terstruktur dan sistematis menggunakan proses standard DMAIC (define, measure, analysis, improve dan control) sebagai alur prosesnya. (Kholil & Pambudi, 2014)
Six sigma merupakan alat pengendalian kualitas yang dikembangkan oleh Motorola, Honerywell, dan General Electric. Six sigma dikembangkan pertama kali oleh Motorola pada tahun 1986. Motorola terbukti selama kurang lebih 10 tahun setelah implementasi konsep six sigma telah mampu mencapai tingkat kualitas 3,4 DPMO (Defects Per Million Opportunities-kegagalan per sejuta kesempatan).
Kontribusi Revolusioner Dalam Dunia Kualitas
Kontribusi terbesar Smith adalah pengembangan metodologi Six Sigma, yang pada awalnya diciptakan untuk mengatasi masalah kualitas di Motorola. Metodologi ini berfokus pada pengurangan variasi dalam proses produksi hingga mencapai tingkat 3,4 cacat per satu juta kesempatan. Artinya dalam satu juta peluang, hanya terjadi 3,4 cacat (DPMO - Defects Per Million Opportunities) (Thompson & Lee, 2022).