Oleh: Muhamad Rafli Al Rosyid
Jumat, 04 Oktober 2024 - Puspaga goes to community kali ini didampingi oleh fasilitator Muhamad Rafli Al Rosyid, yang menerapkan pendekatan dalam proses diskusi kepada ibu-ibu kader KSH RW 03 Kelurahan Jajartunggal, Kecamatan Wiyung, Kota Surabaya.
Keluarga seharusnya menjadi tempat yang nyaman dan mendukung, namun tak jarang ada keluarga yang justru memberikan pengaruh negatif bagi anggotanya, hingga dikenal sebagai keluarga toxic. Ini adalah keluarga yang interaksinya lebih sering memicu ketidaknyamanan daripada kasih sayang, dan biasanya berdampak pada kesehatan mental anggota keluarga, terutama anak-anak.
Apa Itu Keluarga Toxic?
Keluarga toxic adalah keluarga yang gagal memberikan kasih sayang, rasa aman, dan dukungan. Dalam keluarga yang sehat, perbedaan dan konflik bisa diselesaikan dengan saling menghargai. Sebaliknya, keluarga toxic seringkali ditandai oleh kebiasaan orang tua yang abusive, sering berteriak, suka melabeli anak, atau membandingkan mereka dengan orang lain. Kebiasaan-kebiasaan ini menciptakan luka emosional pada anak, menurunkan rasa percaya diri, dan bahkan menyebabkan gangguan psikologis.
Anak
Anak yang tumbuh di lingkungan toxic bisa mengalami:
1. Kepercayaan Diri Rendah: Anak merasa tidak berharga akibat kritik atau kurangnya dukungan.
2. Gangguan Mental: Keluarga toxic berisiko menyebabkan kecemasan, depresi, dan stres pada anak.
3. Kesulitan Sosial: Anak cenderung sulit berinteraksi dan memahami emosi orang lain.
Membangun Keluarga yang Sehat
Untuk menghindari dampak toxic, ciptakan suasana keluarga yang positif dengan:
- Komunikasi Terbuka: Berikan ruang bagi setiap anggota keluarga untuk berbagi perasaan.
- Menghargai Keunikan: Setiap anggota keluarga unik dan tidak perlu dibanding-bandingkan.
- Dukungan Tanpa Syarat: Kasih sayang dan dukungan tanpa syarat akan membantu anak tumbuh menjadi individu yang percaya diri.
Kesimpulan
Keluarga yang toxic dapat meninggalkan luka mendalam pada anak. Dengan menerapkan pola asuh yang baik dan lingkungan yang mendukung, keluarga dapat menjadi tempat yang hangat dan penuh cinta, yang memberikan dampak positif bagi perkembangan anak.