Mohon tunggu...
Rafli Dwi Putra
Rafli Dwi Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Curahan hati seorang mahasiswa

Seorang mahasiswa yang mendapatkan tugas menulis, serta mencurahkan sedikit isi hatinya lewat tulisannya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budaya Menghakimi Tanpa Ingin Dihakimi

4 November 2021   21:08 Diperbarui: 4 November 2021   21:11 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di zaman Di zaman sekarang ini, banyak sekali orang yang ingin dihakim tanpa ingin dihakimi. Banyak orang yang mengaku kalau dirinya open minded, namun ketika ada orang yang berbeda pendapat dengannya langsung ditolak pendapatnya, langsung menyudutkan orang tersebut agar orang tersebut merasa bahwa dirinya salah dan diri orang tersebut benar, banyak sekali orang seperti itu di zaman sekarang ini.

Dalam kitab satu agama, ada nasihat yang mengatakan agar kita tidak menghakimi orang lain supaya jangan orang lain juga menghakimi kita. Ini saya rasakan ketika saya menghakimi orang lain, pernah suatu saat saya menegur orang lain ketika bermain HP ketika makan. Saya berkata kepadanya : Kamu sudah makannya lama, bermain handphone pula, lalu ia menjawab : Urus saja urusanmu sendiri. Kamu ini terus menghakimi saya, padahal kamu juga makan sambil menonton video di handphone.

Setelah itu saya merenungi kata -- katanya, saya merasa kalau dipikir -- pikir memang tidak adil, saya merasa kata -- kata tersebut cukup mengganggu pikiran saya dan akhirnya saya  memutuskan untuk tidak menegurnya lagi karena saya juga masih bermain HP ketika makan walaupun hanya menonton dan tidak mengganggu saya ketika makan.

Ada satu kutipan ayat dari satu kitab yang berisi kira -- kira seperti ini;  Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engku ketahui? bagaimana engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dimatamu, padahal ada balok di dalam matamu.

Apa maksudnya ? maksudnya ialah, bagaimana bisa engkau melihat sebuah ranting kecil di mata orang lain, sedangkan ada balok di depan matamu kamu tidak kelihatan, bagaimana kamu dapat berkata kepada saudaramu bahwa kamu ingin mengeluarkan ranting kecil itu dari matanya, padahal ada balok yang besar di matamu, namun tidak terlihat olehmu. Maksudnya ialah ketika kita menghakimi orang lain, belum tentu kita lebih baik dari mereka yang kita hakimi atas dasar pikiran kita.

Memang benar kalau kita ini tidak boleh menghakimi orang lain karena kita belum tentu lebih benar dari orang yang kita hakimi. Ini mengingatkan saya dengan kejadian di suatu kitab, kejadiaj ketika sekelompok orang yang membawa seorang Wanita yang berzinah dan berniat untuk melempari orang tersebut dengan batu, namun orang yang dibawai wanita tersebut berkata : Kalau kamu tidak pernah berbuat dosa, silahkan kamu terlebih dahulu yang melempar dia dengan batu. Akhirnya tidak ada yang melemparinya dengan batu karena mereka menyadari kalau mereka juga berdosa dan akhirnya meninggalkan orang tersebut.

Mengapa banyak orang gemar menghakimi orang lain ? Karena kebanyakan orang terbiasa menakar orang lain dengan takaran orang tersebut dan tidak mampu memahami orang lain dari sudut pandang berbeda. Tidak berani berbeda, hanya mau menang sendiri dan menuntut orang lain bersikap seperti yang dia kehendaki.

Apa artinya ? sederhana. Bila tidak mau dihakimi, jangan menghakimi orang lain. Bila mau dimaafkan maka harus memaafkan orang lain, ubah cara pikir agar kita tidak menghakimi orang lain. Karena standar terbaik dalam hidup bukanlah standar dari pikiran sendiri, bantulah orang lain agar kita bermanfaat bagi orang lain. Tidak apa, kesalahan kadang menjadi guru terbaik agar kita berubah menjadi lebih baik.

Berikut ada beberapa cara agar kita dapat mengubah diri kita sendiri agar menjadi lebih baik lagi dan mengurangi sikap menghakimi orang lain.

  • Terbiasalah untuk berpikir positif : Pola pikir yang kurang baik akan memunculkan pikiran yang mudah menghakimi orang lain. daripada melihat sisi negatif dari orang lain, berusahalah untuk memahami sisi positif orang lain dalam situasi apapun.
  • Pisahkanlah tindakan seseorang dari kepribadiannya : Ada saatnya kita mendapati orang lain melakukan tindakan yang kurang terpuji di mata kita, meskipun salah cobalah untuk tidak menghakimi orang tersebut karena satu tindakan yang ia lakukan.
  • Mulai sadari saat kita merasa mulai menghakimi : Hapus kebiasaan kita dalam menghakimi orang lain dengan mengidentifikasi apa yang kita pikirkan tentang orang lain. Begitu tersadar, coba tanyakan kepada diri sendiri apa manfaat pemikiran yang sedang kita pikirkan bagi kita dan orang tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun