Mohon tunggu...
Rafi Robindrana
Rafi Robindrana Mohon Tunggu... -

Can you see your lies?

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran dari Sebuah Film Pendek (Cinta bukan Kekerasan)

26 Oktober 2014   08:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:42 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hallo sahabat seluruh Indonesia, saya ingin membagi pengalaman yang di ambil dari kisah nyata yang tertuang dalam film pendek...

Nata dan Jeje(nama di samarkan) hehehe

Alkisah ada sepasang pemuda pemudi yang menjalin kasih sayang, di awal hubungan Jeje mendapatkan perlakuan yang sangat nyaman dari Nata. Nata sendiri adalah seorang cowo yang mempunyai basic mahasiswa di salah satu kampus kota Jakarta, dan begitupun Jeje mahasiswi di kota Jakarta. seiring berjalan nya waktu, mereka berdua saling kenal dan menjadi pacaran, Jeje memliki keluarga yang terbilang 'cukup' namun demi menutupi rasa sepi dan bosan karena Jeje seringkali di tinggal oleh orang tua nya karena sibuk di kantor, akhirnya Jeje memilih jalan untuk berdiri dalam dua sisi yaitu sisi sebagai mahasiswi dan sisi lain sebagai pekerja di salah satu perusahaan. Hari demi hari mereka lalui berdua, tetapi pada saat itu timbul lah masalah internal antara Jeje dan Nata, bahwa Nata tidak suka Jeje bekerja karena waktu untuk berdua telah habis oleh kesibukan nya Jeje sebagai pekerja. Jeje tetap berusaha pertahankan hubungan nya dengan Nata, namun semakin berjalan nya waktu Nata menjadi kasar kepada Jeje yang tidak dapat memenuhi keinginan nya lagi, berawal dari kata-kata yang kasar di ucapkan oleh Nata kepada Jeje sampai pemukulan yang bersifat kekerasan fisik dan melanggar hukum dan HAM, adik nya Nata pun tidak bisa berbuat banyak akibat takut melihat kaka nya sedang kasar kepada Jeje. Dengan sekuat hati menahan hal itu semua yang di lakukan oleh Nata, akhirnya Jeje menemukan seorang cowo lain teman nya sendiri yang bernama Andre. Jeje selalu mengeluhkan dan meminta solusi ke Andre atas hubungan nya dan perlakuan kasar yang di terima oleh Jeje, dari curhatan Jeje ke Andre tersebutlah Nata mengetahui dan tidak terima jika Jeje dekat dengan Andre dan di situlah semakin kasar perlakuan Nata terhadap Jeje. Pada akhirnya Jeje tidak tahan oleh hal itu semua, Jeje memutuskan untuk putus hubungan kepada Nata, Jeje pun kembali menjalani kehidupan nya yang penuh dengan keceriaan dan banyak sahabat sahabat nya yang selalu support kepada Jeje. Kini nasib Nata pun menjadi seorang cowo keras kepala dan selalu main fisik, seorang yang seperti Nata tidak mempunyai itikad baik untuk belajar dari pengalaman nya dengan Jeje, sampai Nata mempunyai pacar baru pun ia tetap kasar sehingga pacar baru nya menjebloskan Nata ke bui. Ternyata Nata mempunyai sifat seperti itu karena ia terbawa sikap dari keluarga nya yang 'broken home'.....

Dari cerita di atas saya akan meninjau dari segi psikologi komunikasi, Nata adalah seseorang yang mempunyai self-esteem yang rendah, self-esteem yang rendah dapat mengakibatkan penilaian yang  buruk pada masa lalu dan rendah nya keinginan pencapaian di masa depan. pengertian self-esteem sendiri adalah penilaian baik postif atau negatif individu terhadap diri sendiri. bertolak belakang dengan Jeje yang memiliki self-esteem yang tinggi dan memiliki konsep diri yang positif. Konsep diri positif akan lahir pula sikap yang positif

Sikap kasar Nata di pengaruhi oleh keluarga nya yang broken home terutama Ayah nya yang seringkali berbuat kasar ke Ibu nya, maka Ayah nya Nata dapat kita sebut dengan significant others yaitu orang-orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaan kita. Pengambilan keputusan Jeje pada Nata di sebut atribusi, atribusi adalah proses menyimpulkan motive, perilaku, dan karakteristik orang yang melihat dari perilaku yang tampak. Dari segi persepsi, Jeje memiliki sifat Trait yaitu sifat pembawaan. sifat pembawaan ini dapat menjelaskan cara dan bagaimana perilaku seseorang dalam situasi tertentu, seperti Jeje yang selalu menuruti apapun suruhan dan perintah Nata.  Kita dapat menyimpulkan dari kisah ini, bahwa betapa penting nya pengambilan keputusan dan sikap yang positif berupa solusi jalan keluar. Terimakasih :) END

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun