Mohon tunggu...
Muhammad Rafiq
Muhammad Rafiq Mohon Tunggu... Jurnalis - Bersahabat dengan Pikiran

Ketua Umum Badko HMI Sulteng 2018-2020 | Alumni Fakultas Hukum Universitas Tadulako | Peminat Hukum dan Politik | Jurnalis Sulawesi Tengah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenal Gempa dan Tsunami di Sulawesi Tengah

18 April 2019   22:47 Diperbarui: 18 April 2019   22:48 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puing bangunan di Perumnas Balaroa akibat gempa bumi yang mengguncang Kota Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9/2018). Gempa bermagnitudo 7,4 mengakibatkan ribuan bangunan rusak dan sedikitnya 420 orang meninggal dunia. FOTO: KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO

Sesar Peleng di Banggai Kepulauan

Memasuki tahun 2019, tepatnya Jum'at malam, 12 April 2019 pukul 18.40.51 WIB gempa kuat dengan magnitudo 6,9 mengguncang wilayah Kabupaten Morowali, Kabupaten Morowali Utara, dan Kabupaten Kepulauan Banggai.

Setelah dilakukan pemutakhiran oleh BKMG, magnitudo gempa berubah turun menjadi magnitudo  6,8 dengan episenter terletak pada koordinat 1,89 LS dan 122,57 BT tepatnya di Teluk Tolo pada jarak 82 kilometer arah baratdaya Kepulauan Banggai dengan kedalaman 17 kilometer.

Gempa tersebut menunjukkan berpotensi tsunami. Akan tetapi, Kepala Bidang informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Dr Daryono mengatakan setelah dilakukan pemutakhiran magnitudo dan melakukan monitoring terhadap muka air laut melalui pengamatan tide gauge di lokasi Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara dan Taliabu Provinsi Maluku Utara, menunjukkan tidak ada kenaikan muka air laut yang signifikan.

Setelah ditelusuri lebih dalam, gempa itu merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar aktif, yakni sesar peleng. Sesar itu memiliki jalur berarah baratdaya-timutlaut di Pulau Peleng dan menerus ke Teluk Tolo.

Bila mengkaji lebih dalam, Sesar Peleng merupakan sesar aktif yang memiliki laju sesar sebesar 1,0 milimeter per tahun dan magnitudo maksimum yang mencapai 6,9. Dugaan ini didasarakan pada alasan lokasi episenter terletak pada kelurusan Sesar Peleng yang menerus ke laut dan sumber gempa ini memiliki mekanisme pergerakan mendatar menganan atau dextral.

Dampak gempa itu dirasakan di wilayah Kabupaten Poso, Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali, Kabupaten Banggai dan Kota Palu

Wilayah Kepulauan Banggai berada di kawasan rawan gempa dan tsunami. Secara tektonik di wilayah itu terdapat beberapa sesar aktif, diantaranya Sesar Naik Batui, Sesar Balantak, Sesar Ambelang, dan Sesar Peleng.

Melengkapi catatan di sebelumnya, Kepulauan Banggai pernah dilanda tsunami pada 13 Desember 1858 menyebabkan banyak desa-desa di pesisir pantai Kepulauan Banggai mengalami kerusakan yang parah.

Selanjutnya pada 29 Juli 1859 wilayah Kepulauan Pulau Banggai kembali dilanda tsunami yang menerjang dan merusak banyak bangunan rumah yang terletak di wilayah pesisir.

Terakhir pada 4 Mei 200, gempa dengan magnitudo 7,5 memicu tsunami yang melanda Luwuk Kabupaten Banggai dan Peleng. Tsunami Banggai ini memiliki ketinggian yang diperkirakan mencapai hingga 3-6 meter di Kecamatan Totikum, Kayutanyo, dan Uwedikan dengan landaan tsunami sejauh 100 meter dari garis pantai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun