Salah seorang siswa SMKN 7 Palu mengatakan aksi konvoi ini adalah momentum setahun sekali jadi harus dirayakan. Namun ia tetap menolak melakukan corat-coret.
“Begitu sudah, yang begini itu setahun sekali. Tapi saya tidak suka coret baju,” kata siswa yang enggan namanya dikorankan.
Namun, ungkapan berbeda dari salah seorang siswa SMAN 1 Palu, Erdin. Ia mengaku tidak menyukai adanya aksi konvoi dan coret baju. Menurutnya, hal ini tidak menunjukkan sikap yang baik sebagai siswa.
“Saya senang merayakan kelulusan dengan berfoto bersama teman-teman,” kata Edwin.
Pada dasarnya aksi corat-coret baju seragam sekolah pada saat pengumuman kelulusan ujian Nasional (UN) untuk tingkat SMA sederajat adalah merupakan kebiasaan buruk yang terjadi secara turun temurun.
Perlu disadari bahwa tradisi itu sebenarnya sudah mencerminkan kita sebagai generasi yang penuh dengan sifat hura-hura dan tidak mempedulikan orang lain. Bukankah lebih baik baju seragam itu dikumpulkan dan nantinya disumbangkan kepada adik kelas atau mereka yang lebih membutuhkan?. ***
Sumber: SULTENG RAYA, 3 MEI 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H