Mohon tunggu...
Rafi muhammad
Rafi muhammad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hidup

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sistem Pengelolaan Sampah Organik oleh KKN 457 Unej Desa Argosari

5 September 2022   22:02 Diperbarui: 5 September 2022   22:05 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis: Noval Faizi, Salsabila Nadia, Anita Nur Asyah.

Sampah buah-buahan dan sayur-sayuran merupakan bahan sisa yang sudah tidak terpakai lagi biasanya dibuang secara cuma-cuma atau open dumping tanpa pengelolaan lebih lanjut sehingga akan menimbulkan bau tidak sedap dan gangguan lingkungan. Limbah sayuran dan buah-buahan mempunyai kandungan gizi rendah. Penggunaan Effective Microorganisme 4 (EM-4) dalam mempercepat pembuatan pupuk cair dianggap sebagai teknologi karena bertujuan untuk mempercepat proses fermentasi. Effective Microorganisme adalah campuran berbagai jenis mikroorganisme yang bermanfaat bagi pengolaan sampah yang dapat meningkatkan mikroba tanah. Pemanfaatan EM4 dapat memperbaiki pertmbuhan dan hasil tanaman. 

Dokpri
Dokpri

Melihat ramainya pengunjung yang datang ke desa Argosari, kelompok KKN lp2m Unej 457 memberdayakan masyarakat dengan melihat kebutuhan dan juga potensi yang ada, dengan itu program kerja unggulan dirumuskan untuk mengelola sampah yang ada di desa Argosari dan membuat pengembangan produk dari komoditas lokal.

Pupuk kompos sampah organik yang dibuat oleh kelompok KKN 457 ini telah melalui uji sampel yang dilakukan pada UPT BPP Senduro untuk mengetahui kandungan unsur hara pada pupuk kompos tersebut. Proses pengujian sampel ini menunjukkan hasil bahwa kompos mengandung phospor dan kalium dengan tingkatan yang sedang, sedangkan kandungan nitrogen pada kompos sampah organik masih tergolong rendah. Berdasarkan hasil uji dan konsultasi bersama penyuluh BPP Senduro pupuk masih dapat digunakan sebagai alternatif penggunaan pupuk tunggal, selain itu untuk menambah kandungan unsur nitrogen pada kompos dapat ditambahi beberapa bahan yang mengandung nitrogen sebagai kandungan utamanya. Solusi yang ditawarkan oleh KKN kelompok 457 dalam pengelolaan sampah organik ini ditujukan untuk mengurangi pembuangan sampah organik agar dapat dimanfaatkan kembali menjadi produk bernilai tambah.

Pemanfaatan alternatif dalam mengurangi sampah organik salah satunya adalah dengan pemanfaatan maggot BSF. Metode pengurai sampah organik ini disebut dengan biokonversi, biokonversi sebagai perombakan sampah organik menjadi sumber energi metan melalui proses fermentasi yang melibatkan mahkluk hidup. Dalam proses biokonversi umumnya organisme yang dipakai adalah bakteri, jamur, dan larva serangga (family: Chaliforidae, Mucidae, Stratiomydae). Biasanya dalam kehidupan sehari-hari kita mendapati proses biokonversi dalam pembuatan tempe yang memanfaatkan ragi sebagai proses perombak sampah atau fermentasi, dan juga melibatkan bakteri untuk perombak sampah organik dalam proses pembuatan pupuk kompos.

Proses biokonversi sampah organik oleh kelompok KKN 457 UMD diawali dengan mempersiapkan larva BSF muda dan alat berupa 1 timba berukuran 25lt normal dan 1 timba berukuran 25lt sebagai media penampungan air sisa maggot, karet ban dan plastik penutup sedangkan bahan yang digunakan untuk makanan maggot berupa sisa sampah dapur, sisa hasil panen tanaman dan sampah organik lainya. Pembuatan biokonversi sampah organik ini tergolong sangat mudah dengan diawali menyiapkan media atau biopond maggot berupa timba berukuran 25lt dan menyiapkan sampah organik sebanyak 3kg untuk pakan maggot kemudian ditutup dengan plastik dan karet ban untuk pengikat agar suhu biokonversi maggot tetap stabil. Proses biokonversi yang dilakukan berlangsung selama 21 hari dengan tetap melihat kuantitas makanan yang tersedia hingga maggot berubah siklus menjadi Pupa.

Proses pengurai sampah organik dengan maggot yang dilakukan oleh kelompok KKN 457 UMD ini telah melalui beberapa tahap dan pengembangan inovasi biokonversi maggot, bukan hanya sebagai alat pengurai sampah organik, pengembangan yang dilakukan juga dalam bentuk pemanfaatan kotoran maggot sebagai pupuk organik. Proses biokonversi yang sudah melewati masa 21 hari diberlakukan pemisahan untuk proses pengambilan kotoran maggot, dengan kendala media pengembangan lalat BSF hingga menjadi telur terbatas alhasil proses budidaya maggot sebagai pengurai sampah organik hanya sampai di proses biokonversi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun