Mohon tunggu...
Rafi Mahendra
Rafi Mahendra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif S1 Peternakan Universitas Brawijaya

Ambil pena dan secarik kertas lalu sisihkan waktumu untuk membuat kaligrafi pemikiranmu dalam sebuah catatan. Memori bisa saja terhenti, namun tulisan tidak pernah mati.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Membudayakan Budaya Membaca

6 Juli 2024   20:47 Diperbarui: 6 Juli 2024   20:48 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto pribadi / rafi mahendra 

Membaca membuka jendela dunia bukanlah isapan jempol belaka, melainkan satu keyakinan yang bisa dibuktikan dengan hasil. Bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa membaca dapat membawa kita menyusuri dunia tanpa harus berkelana untuk terbang jauh ke negeri orang. Dengan membaca kita dapat benar-benar menjangkau tempat yang sulit dijangkau oleh kebanyakan orang serta menjelajahi sisi yang tersirat dalam luasnya dunia. Dengan mudahnya menerobos perbatasan-perbatasan tanpa harus menggunakan cara-cara yang tidak diijinkan oleh hukum negara setempat. Segala sesuatu yang tidak mungkin terasa sangat dimungkinkan jika kita sudah tenggelam dalam imajinasi para penulis buku yang ulung. Memaknai buku Sejarah dengan baik dapat dengan mudah kita aplikasikan untuk membangun negara sesuai dengan DNA yang dimiliki oleh nenek moyang pendiri bangsa dan nilai spiritualitas yang ditinggalkan untuk kemudian diwujudkan dalam kebijakan-kebijakan strategis nasional yang bersumber dari nilai-nilai luhur bangsa sehingga tidak menimbulkan gejolak yang beragam sebagai akibat pengimplementasian kebijakan yang condong pada aliran tertentu.

Perkembangan teknologi turut mendorong pola perilaku yang berbeda bagi kaum terpelajar, dengan kemudahan informasi, para pelajar tidak banyak disibukkan untuk duduk lama di perpustakaan menggali ilmu pengetahuan dengan bau khas yang ditimbulkan oleh buku lama Ketika dibolak-balik. Melainkan diinterupsi oleh layar biru smartphone yang kian merebak menyajikan informasi yang terkesan elegan dan mengantarkan kita pada kemalasan mencari lebih detail apa saja ilmu pengetahuan yang ditampilkan. Mengapa mengantarkan pada kemalasan? Karena smartphone tidak menjanjikan kita menjadi semakin pandai akan ilmu yang kita miliki, melainkan smartphone hanya menjanjikan satu cara yang instan, lebih cepat kita mengakses informasi, lebih cepat pula kita lupa akan hal yang kita pelajari tersebut. Karena segala sesuatu yang didapat dengan cara instan, pasti akan hilang dengan cara yang instan pula. Tidak ada satupun hal instan yang memiliki dampak baik lebih besar daripada dampak kerusakan yang ditimbulkan.

Hal yang perlu kita renungkan Bersama adalah Ketika menyaksikan satu persatu toko buku di sekitar kita tutup karena sepinya antusias Masyarakat untuk membaca buku fisik, dan bahkan melemahnya budaya baca buku yang dimiliki karena tergantikan oleh konten-konten yang dihasilkan oleh youtube, Instagram, tiktok dan kawan-kawan bejatnya yang lain. Hal ini tentu menjadi musuh bangsa yang benar-benar dapat kita rasakan keberadaannya saat ini, sehingga ini perlu ada pencegahan sebelum seluruh generasi merasakan dampak buruk akibat media sosial yang mengganggu ekosistem pemikiran para pemikir-pemikir masa depan bangsa yang berasal dari yang saat ini duduk di bangku sd, smp, dan sma serta perguruan tinggi. Tidak banyak saat ini yang menghadirkan buku sebagai topik pembicaraan, melainkan menampilkan obrolan yang berbasis isu-isu yang sedang viral di media sosial serta hal-hal yang tidak dapat dirasakan kebermanfaatan lainnya.

Sebagai mahasiswa tentunya kita semua tidak boleh terlena akan semua kemewahan yang ada dalam sisi hidup kita, melainkan kita harus memanfaatkan segala peluang yang terjadi. Budaya baca buku tidak boleh luntur dalam kehidupan. Ketika remaja tidak pernah membaca buku sastra, maka akan hilang nilai-nilai romantis pada remaja, dan akan berdampak pada bagaimana cara ia menyelesaikan masalahnya. Meskipun tidak dapat berbicara, namun buku akan selalu menuntun kita untuk dapat berbicara dengan baik. Tanpa kita membaca, kita tidak akan pernah mampu untuk menulis dengan baik. Tanpa menulis, kita tidak akan dapat berekspresi dengan baik terkait dengan apa yang kita pikirkan. Dengan pandai membaca dan menulis maka akan menyelamatkan hidup kita dari Upaya-upaya yang mengganggu alam pikiran kita. Membaca buku akan melahirkan sebuah intuisi bagaimana kita dapat membaca kondisi lingkungan sekitar kita dengan baik dan pasti akan mengasah skill analisis untuk berfikir dua kali sebelum melakukan suatu Tindakan yang menentukan Nasib kita selanjutnya. Ketika menjadi prajurit, kita tentu akan selalu menganalisis dan menerka kekuatan musuh. Tanpa kecerdasan untuk membaca keadaan, prajurit terkuat hanya akan menjadi tumbal di medan perang.

Maka sudah sepantasnya kita budayakan budaya membaca di hidup kita, dengan membaca kita dapat lebih bijak, lebih kreatif, dan intuisi berjalan dengan baik karena pengalaman yang kita dapat dari kegiatan membaca. Satukan semangat kita dalam membaca sebagai ikhtiar mengantar maju nya negara yang kita banggakan. Salam Literasi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun