Mohon tunggu...
Rafi Mahendra
Rafi Mahendra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif S1 Peternakan Universitas Brawijaya

Ambil pena dan secarik kertas lalu sisihkan waktumu untuk membuat kaligrafi pemikiranmu dalam sebuah catatan. Memori bisa saja terhenti, namun tulisan tidak pernah mati.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahaya kecanduan Media Sosial dan Fenomena "FOMO"

7 Oktober 2023   21:17 Diperbarui: 7 Oktober 2023   21:20 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hai guys, siapa sih yang ga punya instagram, tiktok, twitter, hingga whatsapp? Tentunya semua memiliki aplikasi itu kan di gawai masing-masing. Nah, kali ini saya akan membahas sebuah masalah yang timbul ketika kita menggunakan media sosial secara berlebihan dan juga tidak terkontrol, yakni Fear Of Missing Out (FOMO) atau sebuah kecemasan berlebih yang timbul ketika seseorang takut akan kehilangan sebuah informasi dari media sosial. Peristiwa ini ditakutkan akan menjadi "bom waktu" bagi yang tidak bisa menangani hal ini. Dikarenakan adanya ketergantungan dan kecanduan akan penggunaan telepon pintar serta minimnya pengawasan orang tua dalam prakteknya.

Dalam International journal of Environmental Research and Public Health yang terbit pada Agustus 2020 lalu, yang berjudul Combating Fear of Missing Out (FoMO) On Social Media: The FoMO-R Method, menyebutkan beberapa kondisi yang memprihatinkan dalam kasus FOMO ini, antara lain : Takut kehilangan kemampuan untuk populer, Takut kehilangan kemampuan untuk menarik, Takut kehilangan interaksi tepat waktu, takut kehilangan kemampuan untuk mempertahankan popularitas, dan masih banyak kasus-kasus lain yang dibahas dalam jurnal tersebut. Tentunya kita sebagai pengguna media sosial harus betul-betul waspada dan juga bijak dalam menggunakannya, karena hal ini bisa menjadi pisau bermata dua apabila kita tidak berhati-hati menggunakannya.

Di dalam jurnal tersebut juga dijelaskan pula bagaimana algoritma FOMO bekerja dengan membuat kita melakukan perilaku yang kompulsif, yakni dengan terus memotivasi individu untuk terus memeriksa akun media sosial mereka agar tetap terhubung kuat melalui media sosial dan juga untuk menghindari kekhawatiran tidak up to date dengan segala sesuatu yang terjadi di dunia maya. Perilaku yang kompulsid juga erat kaitannya dengan kecanduan, kecanduan merupakan ketergantungan kompulsif yang terus menerus pada perilaku atau substansi tertentu. Dalam hal ini ada dua jenis kecanduan, yakni kecanduan zat dan juga kecanduan proses. Kecanduan zat adalah kecanduan zat seperti kokain atau alkohol. Lalu, kecanduan Kecanduan proses terdiri dari perilaku kompulsif yang tidak bergantung pada zat habis pakai, seperti perjudian. Dalam hal ini, itu adalah proses aktual melakukan sesuatu yang dapat membuat individu kecanduan. Menurut definisi ini, FOMO memenuhi gejala kecanduan proses tertentu, terutama arti penting media sosial, gejala penarikan dan juga konflik dengan prioritas lain serta modifikasi suasana hati. Perilaku kompulsif adalah sejenis gangguan kecemasan di mana pikiran yang mengganggu dan subyektif tidak terkendali adalah fitur utama.

Lalu bagaimana cara mengatasi hal ini? Tentunya kita bisa menyiasati lebih dini penggunaan media sosial hanya untuk kegiatan yang positif saja, bukan kegiatan yang menjerumuskan kita menuju lembah yang menyesatkan kita dan juga membuat pola pikir kita menjadi mundur kebelakang. Penggunaan media sosial yang berlebihan juga membuat kita menjadi tidak percaya diri terhadap diri sendiri dan juga cenderung ikut-ikutan mengikuti berbagai trend yang ada agar tidak dicap katrok dan ketinggalan jaman. Jadi, sekarang kamu bisa pilih, antara mau ikutan FOMO atau bijak dalam bermedsos.

Terima kasih sudah membaca, tinggalkan komentar dan mari berdiskusi!

Jurnal terkait artikel bisa dibaca disini teman-teman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun