Mohon tunggu...
Rafi Mahendra
Rafi Mahendra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif S1 Peternakan Universitas Brawijaya

Ambil pena dan secarik kertas lalu sisihkan waktumu untuk membuat kaligrafi pemikiranmu dalam sebuah catatan. Memori bisa saja terhenti, namun tulisan tidak pernah mati.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kejahatan PKI bagi Bangsa Indonesia

30 September 2023   14:00 Diperbarui: 30 September 2023   18:40 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentunya masi lekang dalam ingatan kita tentang peristiwa yang mengguncang tanah air pada dekade 60-an silam. Peristiwa itu dikenang oleh bangsa Indonesia sebagai suatu luka yang tidak dapat terperihkan, luka yang menyayat hati siapapun, bak kilatan petir di siang bolong. Indonesia dirundung pilu ketika jenderal kebanggaan kita semua, kebanggaan angkatan darat, kebanggaan Indonesia gugur dalam upaya pembelaan mempertahankan serta menegakkan kedaulatan negara dan juga pancasila sebagai dasar serta pandangan hidup bagi bangsa Indonesia. Tiada yang pernah mengira kejadian biadab dan begitu gila terjadi dalam sejarah kehidupan sebuah bangsa. Dalam perang manapun belum ada yang merenggut nyawa 6 jenderal dalam sepertiga malam. Sebuah fitnahan dan juga tuduhan yang tidak mendasar ditujukan kepada jenderal yang disebut dewan jenderal oleh antek antek biadab. Peristiwa itu dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia sebagai G30S/PKI atau gerakan 30 September yang diinisiasi oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) atau GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh).

Sebuah partai yang sejak berdirinya menimbulkan kontroversi di berbagai lini. Partai yang selalu membikin onar dalam perjalanan perjuangan bangsa. Partai yang begitu gencar melakukan promosi akan pentingnya mempersenjatai kaum tani karena terbujuk dengan rayuan-rayuan "revolusi belum selesai". Partai yang menusuk bangsa dan pemimpin bangsa dari belakang. Itulah hal yang harus kita ketahui dan kita ingat bersama-sama bahwasanya PKI dan komunisme tidak akan pernah lagi diijinkan sejengkal pun berdiri dan berhembus nafasnya sedetikpun di Bumi pertiwi. Kebulatan tekad dan perjuangan bangsa Indonesia telah terbentuk dengan adanya Pancasila sebagai dasar, sebagai pondasi yang kokoh, sebagai pandangan hidup, dan cara berfikir maju Bangsa.

Sejarah bangsa, merupakan sejarah yang harus kita junjung bersama sebagai generasi penerus bangsa, yang akan meneruskan perjuangan dan juga menggoreskan tinta emas dalam lembaran-lembaran perjuangan bangsa di hari yang akan datang nantinya. Kita tidak boleh sedikitpun menutup mata tentang dosa-dosa apa yang pernah diberikan oleh komunisme dan antek-antek PKI di masa lalu. Kita harus tau apa yang pernah terjadi di Madiun tahun 1948 yang salah satu kekejamannya ialah menyeret hidup-hidup hingga mengakhiri nyawa gubernur Jawa Timur pertama, yaitu Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo. Masih belum puas dalam upaya mengobok-obok kesatuan negara dari dalam, PKI kembali berulah dengan menculik 6 Jenderal dan 1 Perwira pada dini hari 1 oktober 1965 dengan dalih menyelamatkan negara dari para jenderal yang telah mendirikan Dewan Jenderal menurut PKI. Propaganda dewan jenderal terus digaungkan oleh PKI agar mendapat simpati dari rakyat untuk upaya mengganti ideologi negara dari Pancasila menyeberang ke Komunis yang pada prinsipnya menekankan bahwa semua manusia itu sama dan tidak ada pembagian kelas di komunisme yang membagi masyarakat indonesia ke dalam tingkatan kelas-kelas yang ada.

Tentunya hal tersebut bertentangan dengan tujuan dan cita cita bangsa Indonesia yang telah dirumuskan dengan sungguh-sungguh dan melewati seluruh aspek musyawarah yang panjang dan berliku. Kesepakatan bangsa yang dihasilkan ialah berupa Pancasila dan UUD 1945 yang telah resmi menjadi dasar negara dan juga sumber dari pada segala sumber hukum yang ada di Indonesia. Jangan pernah memberikan ruang untuk komunisme, ketika mereka diberi ruang mereka akan berlagak menjadi tuan rumah dan tak tahu diri serta melakukan hal apapun untuk dapat mencongkel keluar tuan rumah yang sesungguhnya agar tujuannya dapat tercapai. Salam jasmerah! Tinggalkan komentar untuk berdiskusi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun