Generasi Z atau yang biasa disebut gen Z, adalah orang orang yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, dan merupakan generasi yang tumbuh dengan internet dan media sosial. Penggunaan media sosial yang tinggi di kalangan Gen Z telah menjadi fenomena global, termasuk di Indonesia. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana penggunaan media sosial dapat mempengaruhi kesehatan mental generasi ini. untuk menjawab pertanyaan tersebut kami telah melakukan penelitian dengan metode survei online dengan kuesioner yang terstandarisasi untuk mengukur tingkat kecemasan, depresi, dan self-esteem pada Gen Z di Indonesia. menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan media sosial dan kesehatan mental Gen Z. Â
Media sosial memiliki beberapa dampak positif bagi Gen Z. Media sosial dapat membantu Gen Z untuk:
- Terhubung dengan teman dan keluarga: Media sosial memungkinkan Gen Z untuk tetap terhubung dengan teman dan keluarga yang tinggal jauh.
- Mendapatkan informasi: Media sosial dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat tentang berbagai topik, seperti berita, pendidikan, dan kesehatan.
- Mengekspresikan diri: Media sosial dapat menjadi platform bagi Gen Z untuk mengekspresikan diri dan membangun identitas mereka.
Media sosial dapat menjadi platform untuk belajar hal baru dan mengembangkan keterampilan. Namun media sosial juga memiliki beberapa dampak negatif, seperti contohnya adalah cyberbullying. Cyberbullying adalah fenomena perundungan yang memanfaatkan teknologi digital sebagai medianya. Berbeda dengan perundungan tradisional yang terjadi secara langsung, cyberbullying dilakukan melalui platform online seperti media sosial, aplikasi pesan instan, forum internet, dan game online. Gen Z rentan terhadap cyberbullying, hal tersebut dapat menyebabkan para Gen Z depresi, mengalami kecemasan, dan bahkan bunuh diri. Juga dampak lainnya adalah media sosial dapat menciptakan perasaan FOMO, yaitu rasa takut tertinggal dari pengalaman orang lain. Hal ini dapat menyebabkan kecemasan, depresi dan bahkan gangguan mental. Selain itu paparan gambar tubuh yang ideal di media sosial dapat menyebabkan Gen Z merasa insecure dan tidak puas dengan tubuh mereka sendiri. Hal ini dapat menyebabkan gangguan makan dan depresi.
Dari Analisis Data Kuesioner dari 20 responden, dan data kuesioner yang dianalisis menunjukkan beberapa temuan penting:
- Durasi Penggunaan: Mayoritas responden (63%) menggunakan media sosial selama 3-4 jam per hari, dengan 27% menggunakannya lebih dari 4 jam per hari. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan cukup umum di kalangan Gen Z.
- Platform yang Digunakan: Platform media sosial yang paling populer di kalangan Gen Z adalah Instagram (82%), diikuti oleh TikTok (64%), YouTube (55%), dan Facebook (45%).
- Jenis Konten: Konten yang paling sering dilihat adalah meme dan hiburan (73%), diikuti oleh berita dan informasi (55%), dan foto/video teman/keluarga (45%). Mereka menghabiskan waktu dengan menonton konten meme dan hiburan dikarenakan Meme dan konten hiburan merupakan bagian integral dari budaya online dan menjadi cara mereka untuk bersosialisasi dan terhubung dengan orang lain.
- Dampak Psikologis: Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental Gen Z. Data menunjukkan bahwa 45% responden sering merasa cemas dan khawatir, 36% merasa sedih dan tidak bahagia, dan 36% merasa ragu dengan diri sendiri.
- Cyberbullying dan Body Image: 18% responden pernah mengalami cyberbullying, dan 45% merasa media sosial membuat mereka terobsesi dengan penampilan, dan 36% lainnya sering merasa insecure. yang menyebabkan mereka merasa iri dengan penampilan dan gaya hidup para influencer, yang dapat menyebabkan perasaan minder dan tidak percaya diri.
Beberapa penelitian lain juga menunjukkan dampak negatif media sosial terhadap kesehatan mental Gen Z. Sebuah studi oleh Royal Society for Public Health di Inggris menemukan bahwa Instagram dan Snapchat adalah platform yang paling berbahaya bagi kesehatan mental remaja. Studi lain oleh Jean Twenge Di Amerika Serikat menemukan bahwa remaja yang menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial lebih rentan terhadap depresi, kecemasan, dan masalah kesehatan mental lainnya.
Meskipun banyak penelitian menunjukkan dampak negatif media sosial, namun perlu diingat, Gen Z juga merupakan generasi yang cerdas, hal tersebut dibuktikan dengan 55% Gen Z yang mengisi kuesioner memiliki strategi untuk mengatasi dampak-dampak negatif dari media sosial yaitu dengan cara:
- Batasi waktu penggunaan: Batasi waktu penggunaan media sosial maksimal 2 jam per hari.
- Pilihlah platform dan konten yang bermanfaat: Pilihlah platform dan konten yang bermanfaat dan sesuai dengan minat Anda.
- Hindari cyberbullying dan body image: Jika Anda mengalami cyberbullying, laporkan kepada pihak berwenang. Jangan bandingkan diri Anda dengan orang lain di media sosial.
- Kembangkan strategi untuk menggunakan media sosial dengan lebih bijak: Matikan notifikasi media sosial, atur waktu layar, dan lakukan aktivitas lain yang tidak melibatkan media sosial.
- Jika mengalami dampak negatif, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional: Jika Anda mengalami depresi, kecemasan, atau masalah kesehatan mental lainnya akibat penggunaan media sosial, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional.
Dan kesimpulan yang dapat kami ambil adalah bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental Gen Z. Penting untuk menggunakan media sosial dengan bijak dan mengembangkan strategi untuk meminimalkan dampak negatifnya. Dengan demikian, Gen Z dapat memanfaatkan media sosial untuk mendapatkan manfaatnya tanpa membahayakan kesehatan mental mereka.
Dan meskipun ada tanda-tanda penggunaan tidak sehat, banyak Gen Z aware dengan bahaya media sosial dan berusaha menggunakannya dengan bijak. Penting untuk menggunakan media sosial dengan bertanggung jawab.
Metode Analisis yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah:
- Analisis deskriptif statistik.
- Analisis kualitatif terhadap komentar dan jawaban terbuka.
Keterbatasan yang kami alami dalam pembuatan essay:
- Ukuran sampel yang terlalu kecil.
- Kurangnya informasi kontekstual tentang responden.
Oleh:Â
- Nurul Dwi Istiqomah (235221222)
- Rafika Yuda Amalia. (235221238)