Mohon tunggu...
Rafika M
Rafika M Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana IAIN Palopo/Komunikasi Penyiaran Islam

Pendidikan, ilmu komunikasi, dan isu-isu sosial

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Distraksi Media Sosial pada Anak: Refleksi atas Kebijakan Australia

10 Desember 2024   12:55 Diperbarui: 11 Desember 2024   05:36 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak bermain gadget(Kompas.com)

Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Dengan menawarkan manfaat, seperti konektivitas, pembelajaran, dan hiburan juga memiliki dampak terhadap kehidupan kita termasuk anak-anak dan remaja, seperti distraksi akademik, dampak kesehatan mental, dan paparan konten yang tidak pantas. 

Menurut A. Gani dikutip dalam artikelnya yang berjudul "Pengaruh Media Sosial Terhadap Perkembangan Anak Remaja" mengemukakan dampak media sosial bagi anak remaja, diantaranya lebih malas belajar karena terlalu asyik dengan media sosial, konsentrasi terganggu, malas berkomunikasi langsung di dunia nyata, dan tingkat pemahaman bahasa terganggu. Situs jejaring sosial akan membuat anak dan remaja lebih mementingkan diri sendiri juga menjadi lahan yang subur bagi predator untuk melakukan kejahatan. Selain itu aktivitas berlebihan akan berujung ketergantungan bagi anak remaja.

Meneropong dampak negatif sosial media pada anak menjadi landasan bagi Australia untuk memberlakukan kebijakan yang fokus pada perlindungan privasi anak dan pengawasan terhadap platform digital. Salah satu inisiatifnya adalah Larangan Media Sosial untuk Anak di Bawah 16 Tahun di Australia (Social Media Ban for Under-16s in Australia), serta kewajiban platform untuk menyediakan kontrol orang tua. Selain itu, Australia juga mendorong transparansi algoritma platform guna mengurangi penyebaran konten berbahaya dan memprioritaskan kesejahteraan pengguna muda. 

Namun, efektivitas kebijakan ini bergantung pada sejauh mana platform mematuhi peraturan dan bagaimana keluarga menerapkan kontrol internal. Tantangan lainnya adalah daya tarik media sosial yang kerap memancing anak-anak untuk melampaui batas waktu penggunaan yang sehat, mengorbankan fokus mereka pada pendidikan dan interaksi sosial di dunia nyata.

Kebijakan tersebut tidak lepas dari pro dan kontra di tengah masyarakat Australisa, dikutip dari laman website Australian Human Rights Commission yang berfokus pada isu hak asasi manusia, dari pihak yang mendukung menaru harapan besar akan mengurai dampak nayata dari media sosial bagi anak. Pandangan lain  mempertimbangakan pemenuhan berbagai hak asasi anak di Australia, yaitu hak atas kebebasan berekspresi, hak akses informasi, dan hak inklusi dan partisipasi. Kebijakan tersebut juga dianggap tidak efektif dan berisiko pada privasi warga yang termuat dalam persyaratan akses media sosial.

Bagi penulis kita bisa melihat isu ini mestinya menjadi alaram bagi kita semua yang hidup di tengah media baru, dimana media sosial memiliki dampak postif dan dampak negatif yang nyata bagi generasi kita. Sedikit bercermin, Indonesia sebagai negara dengan populasi muda yang besar dan tingkat penggunaan media sosial yang tinggi, dalam upaya melindungi generasi kita dari ancaman distraksi media sosial belum secara khusus menekankan regulasi terkait pembatasan media sosial bagi anak. Maka, Alternatif lain yang bisa kita upayakan adalah memaksimalkan edukasi literasi digital di ruang belajar, serta dukungan kepada orang tua untuk mengelola waktu layar anak adalah langkah yang relevan. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, sekolah, dan sektor teknologi diperlukan untuk menciptakan ekosistem digital yang lebih sehat bagi anak-anak.

Penting juga melakukan pendekatan berbasis komunitas yang melibatkan nilai-nilai lokal, budaya keluarga, dan dialog terbuka antara orang tua, guru dan anak. Orang tua dan guru perlu menjadi teladan dalam penggunaan teknologi dan mendorong anak-anak untuk menemukan keseimbangan antara dunia maya dan dunia nyata. Refleksi kebijakan Australia sebagai langkah awal untuk kita sadar betapa pentingnya untuk  melindungi generasi muda Indonesia dari distraksi media sosial, sehingga generasi kita tumbuh sebagai individu yang bijak dan sehat di era digital.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun