Mohon tunggu...
Rafika Azmi
Rafika Azmi Mohon Tunggu... Guru Bahasa Inggris

Seorang Guru Bahasa Inggris yang mempraktikkan belajar Bahasa Inggris dengan metode Video Conference berasama Guru-Guru Lain di Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidik: Jangan Sekadar Tampak Dekat Melainkan Berikan Pengaruh

24 Desember 2022   23:07 Diperbarui: 24 Desember 2022   23:25 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ms. Rafika dan Murid SD Negeri 115463 Sukajadi Desa Pulo Dogom, Kec. Kualuh Hulu, Labuhanbatu Utara (Sumber: Koleksi Pribadi)

Terdapat berbagai hal yang lucu terkait oknum pendidik dan murid-murid belakangan ini. Yaitu, ketika para pendidik menganggap kegiatan pergi bersama dengan murid atau foto bersama membentuk ikatan erat atau bonding. Ikatan erat antara pendidik dengan murid-muridnya. Apakah untuk membentuk ikatan erat sebegitu mudahnya? Lalu, setelah ada ikatan apakah cukup? Atau pendidik harus memberikan pengaruh kepada muridnya?

Bagi saya yang dalam beberapa tahun belakangan ini. Membentuk bonding dengan murid tidaklah semudah itu. Terutama bagi murid dari generasi Strawberry. Generasi yang rapuh secara emosional dan menikmati hal yang serba instan. Bonding dengan murid di era ini adalah ketika kamu yang seorang pendidik dapat membaca bahasa tubuh mereka.

Bonding dengan murid adalah ketika kamu membaca mood atau perasaan mereka hanya dengan lewat matanya. Kurang lebih miriplah dengan bonding di Novel Si Putih Karangan Tere Liye. Bonding antara petarung klan antar galaksi dengan hewan purbanya. Atau bonding tokoh utama Ash Ketchum dari franchise Pokemon dengan salah satu Pokemonnya yang bernama Greninja. Kalau analogi kami ini membuat bingung, bisa mulai untuk membaca novelnya atau melihat tanyangan anime Pokemonnya.

Analogi Bonding Guru dan Murid (Sumber: deviantart.com oleh camilo-revillard)
Analogi Bonding Guru dan Murid (Sumber: deviantart.com oleh camilo-revillard)

Bagi kami seperti itulah bonding yang sesungguhnya. Bila pendidik merasa bahwa dekat dengan murid, tetapi tidak dapat membaca hati dan pikiran mereka maka itu bukan ikatan erat. Itu hanyalah pretending. Pendidik hanya berpura-pura dekat dengan murid. Kepalsuan dalam pendekatan tersebut hanyalah ikatan semu. Apalagi hingga ada murid yang merasa terasing atau tidak dianggap keberadaannya oleh pendidik. Akibat tersebut muncul karena pendidik pilih-pilih murid yang didekati.

Pendidik jangan sampai selalu berusaha tampak sempurna. Terutama di mata wali murid. Jangan pernah terniat di hati para pendidik untuk menjadi pendidik yang paling baik dan paling peduli terhadap murid. Namun, niatnya adalah untuk mendapatkan hadiah atau sanjung puja pujian dari orang lain.

Cukup lakukan yang terbaik, maka semua apresiasi itu akan datang dengan sendirinya. Tanpa harus dibuat-buat apalagi dipaksakan. Segala perilaku kita memang berawal dari niat. Jadi, kalau niatnya dekat dengan murid agar mendapat pujian dan sanjungan, maka kedekatan tersebut tidak akan meninggalkan kesan.

Bila niat awalnya demikian, maka jangan harap di kemudian hari murid-murid tersebut akan kembali datang kepada kita para pendidik. Jangan harap mereka akan berterima kasih dan mengingat kita sebagai guru yang baik dan ramah. Mengingat kita sebagai seorang pendidik yang tidak pernah marah.

Pendidik yang baik harus menetapkan salah tujuan pengajarannya adalah murid yang mendapat didikan kita harus menyadari apa pesan yang pernah pendidik sampaikan. Pastikan bahwa nada marah kita berguna untuk kehidupan mereka di masa depan.

Saya juga bukan seorang guru atau pendidik yang menyatakan diri sebagai pendidik yang baik. Masih banyak butuh proses belajar sebagai pendidik profesional. Namun, dari tulisan refleksi ini saya tahu bahwa kualitas pendidikan jauh lebih penting bila dibandingkan dengan ketenaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun